Malam yang hening dan angin yang bertiup ke arah Utara, membuat. Indra berkerut dahi saat meneguk kopi panas.
Suara Didi terdengar sayup-sayup, sejenak meragukan hati Indra.
"Ah, tak mungkin itu suara Didi," pikirnya sendiri, dan ia melanjutkan menghirup kopi panasnya. Tetapi, beberapa saat kemudian anak pemilik warung itu berkata kepada Indra, "Bang, sepertinya itu suara teman Abang."
Sekali lagi Indra berkerut dahi sambil menelengkan kepala, menyimak suara yang ada di kejauhan. Pemilik warung yang sudah lanjut usia itu juga berkata kepada anaknya, "Iya, ya?! Sepertinya itu suara orang yang tadi ke sana, ya, Man? Jangan-jangan dia dalam bahaya," kalimat terakhir ditujukan kepada Indra."Alaaah, Mak! Dia itu suka bercanda. Pak!
Jangan mau percaya dengan lagaknya! Pasti dia main-main saja itu!"
Indra tetap tenang, sedangkan pemilik warung dan anaknya kelihatan menyimpan kecemasan.Didi berusaha mempercepat larinya sambil tangan kirinya memegangi tangan kanan supaya tak bergerak. Tapi, bagaimanapun juga kekuatan tangan kiri itu tidak sebanding dengan tangan kanannya.
Sekali lagi tangan kanannya bergerak cepat menampar wajah sendiri, kemudian mencakarnya dengan ganas dan kuat sehingga sebagian kulit wajah Didi mengelupas perih. "Aaauw...!" teriak Didi begitu kuat menahan penderitaan itu.
"Indraaa...! Indraaa...!
Aaaow...!"Anak pemilik warung segera memandang ke arah jalanan yang sepi dan gelap itu.
Ia melihat sesosok bayangan manusia yang berlari terhuyung-huyung dengan teriakan-teriakan kian jelas.
Angin yang berhembus kali ini berubah arah, bertentangan dengan pelarian Didi, sehingga suara teriakannya nyaris terbawa angin seluruhnya.Hanya anak pemilik warung itu yang mendengar lebih jelas, sebab ia melangkah beberapa meter dari depan warungnya.
Ia segera menghubungi Indra dan berkata dengan tegang, "Bang! Bang, itu teman Abang dalam bahaya! Ia berlari-lari menuju kemari!"
Indra tertawa dalam gumam.
"Dia pasti ketakutan, disangkanya ada setan yang mengejarnya!
Mampuslah kau! Sok berani dia!"
Indra tetap meremehkan temannya itu, sehingga anak pemilik warung menjadi jengkel sendiri.
Ia tinggalkan saja Indra yang menyepelekan pemberitahuannya.Ia kembali melangkah di tempatnya semula dan memandang dengan mata menyipit, langkah-langkah Didi yang mulai tak mampu secepat semula.
Didi tersungkur jatuh dengan menggeram-geram, mengerahkan tenaganya untuk melawan gerakan tangan kanannya itu. Tetapi, kekuatannya itu tak mampu menguasai tangan kanannya yang bergerak sendiri di luar keinginannya.Bahkan kali ini tangan kanan itu menjambak rambutnya sendiri, kemudian mengangkat kepala dan membenturkan kepalanya sendiri ke tanah. Berkali-kali tangan kanan itu membentur-benturkan kepalanya ke tanah hingga kotor dan berlumur darah.
Sesekali Didi mencoba menahan hentakan kepalanya, namun selalu gagal dan akhirnya batu runcing pun mengenai keningnya beberapa kali, hingga makin deras darah yang mengalir dari wajahnya.
"Aaaow! Aaaow! Aaaow...!"
Didi berteriak kesakitan. Kemudian ia berusaha sekuat tenaga untuk bisa berdiri. Dan, ia berhasil.Tangan kanannya bergerak kaku melepaskan rambutnya. Gerakan kaku itu akibat kekuatan Didi memaksa agar tangan tersebut tidak bergerak. Tangan kirinya segera menarik turun tangan kanannya dengan kekuatan yang terpaksa menguras tenaga.
Dalam keadaan melawan kekuatan gaib yang lelah merasuk dalam tangan kanannya itu, Didi tetap melangkah cepat, berlari ke arah warung.
![](https://img.wattpad.com/cover/176619483-288-k490503.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl At Middle Night.
HorrorTakkan ada yang menyangka bahwa Mahmud bunuh diri dengan cara yang tidak wajar,banyak spekulasi yang bermunculan di antara teman² kampusnya,apakah bunuh diri ataukah di bunuh ?