Chapter 5.

49 7 2
                                    

Dari pintu masuk, aku melihat seorang perempuan menggendong bayinya yang berumur tiga bulan sedangkan tangan kanannya berusaha melipat kereta bayi. Lalu, aku buru-buru lari mendekatinya.

"Boleh kubantu?"

Dia mengangguk sambil memperbaiki gendongan bayi gemuknya. Aku menekan tombol lift dan menahannya. Mempersilahkannya masuk duluan lalu menutup kembali. Rossa – tetanggaku mendesah lega dan berterima kasih padaku.

"Semoga harimu menyenangkan," ucapku saat meninggalkan lift.

Aku memegangi kepalaku yang sedikit pusing, tapi aku masih bisa berlari. Udara di luar sini sangat sejuk, aku bisa mencium wangi bunga dan dedaunan yang gugur di sepanjang jalan. Autumn menjadi musim favoritku sejak kecil. Dan di sanalah kita bertemu. Gadis kecil berambut pirang, yang membuat senyumku mengembang di sampingnya. Di saat musim gugur, dia selalu mengajakku memandangi dedaunan yang jatuh ke tanah – ada warna hijau, kuning kecoklatan dan oranye. Kami berlarian di bawah dedaunan sambil melompat pada setiap tumpukkan daun.

Tidak jauh dari apartemenku, terdapat taman lari yang berada di pusat kota Istanbul. Di sebelah taman, terdapat restoran kecil dengan pencahayaan redup dan di penuhi lilin-lilin kecil di setiap meja. Kebanyakan pelari menghabiskan waktunya di sana, sekedar sarapan pagi atau bahkan nongkrong bersama teman-temannya.

Kurang dari satu menit berlari, lututku terasa sakit akibat benturan di kamar mandi beberapa hari yang lalu. Tapi aku memaksa diriku berlari. Tiga puluh detik kemudian, rasa sakit itu merambat ke seluruh otot-ototku.

Aku merasa kesakitan pada setiap langkah kakiku.

"Aku tidak bisa berlari hari ini," ucapku pada diriku sendiri.

Aku tidak bekerja di hari Sabtu sehingga aku memilih untuk berlari santai daripada mengurung diri di apartemen seperti tahun-tahun sebelum bekerja di Muse. Sedangkan Nessa harus bekerja malam ini. Aku melihatnya pada selembar catatan kecil yang tergantung di lemari es.

Aku mulai menghitung langkah saat berjalan. Rasa sakit di lututku tidak terlalu buruk selama aku masih bisa berjalan

"Lihat-lihat donk kalo jalan!" seru seorang wanita berlari dengan kereta dorong saat melewatiku.

Perempuan hamil dengan kereta dorong itu memiliki dua bayi gemuk di dalamnya. Aku tidak mengenalnya. Aku hanya seorang mahasiswa berumur dua puluh tahun yang tinggal di Istanbul dan aku sama sekali tidak ada hubungan dengannya. Terkadang, aku merasa kasihan pada diriku sendiri. Tidak juga. Tapi aku lebih suka mengurung diri dan mengeluh tentang hidupku yang membosankan daripada mencari teman baru. Aku tidak tahu di mana harus mencari pertemanan. Istanbul tidak terlalu ramah dan seandainya saja Nessa tidak berbicara kepadaku terlebih dahulu aku mungkin tidak akan pernah memiliki teman di sini.

Mencari teman baru itu sulit. Wajah-wajah yang biasa kukenal sejak Taman Kanak-Kanak, kebanyakan tinggal di desa dan kami sudah kehilangan kontak. Nessa adalah orang pertama yang menyambutku dengan hangat. Sedangkan Hardin, dia bertindak seperti membenciku tetapi aku tahu itu lebih baik.

Kecemburuannya pada hubunganku dengan ayahnya adalah lambang segala sesuatu yang salah dalam hidupnya. Tidak adil memang, karena aku harus memulai hidup baru dengan mereka.

Dia benci cara ayahnya mengajakku untuk tinggal di rumah besar mereka. Dia juga benci saat ayahnya memperbolehkanku untuk mengendarai mobilnya. Aku tahu, ini akan menjadi bagian tersulit dalam hidup baruku. Bahkan aku bisa merasakan amarah dan rasa sakitnya. Aku tidak tumbuh di rumah yang sempurna sepertinya. Aku memiliki seorang ayah yang telah meninggal sebelum aku memiliki kesempatan untuk mengenalnya.

Yoga Nugraha -- kisah-kisah yang diceritakan ibuku tentang lelaki itu, membuatku merindukannya bahkan tanpa mengenalnya. Dia adalah pria yang rendah hati, katanya, yang meninggal pada usia muda dengan cara tidak adil. Kupikir, aku akan beruntung mengenalnya, tetapi aku tidak mendapatkan kesempatan itu. Berbeda dengan Hardin yang tidak memiliki seorang ibu. Tetapi pada akhirnya, penderitaan adalah satu hal yang tidak boleh kita bandingkan dengan yang lain.

REWRITE Nothing More (ONGOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang