PART 1 - 2
Suara pintu dibuka dan entakan sepatu membuyarkan lamunan Celine.
"Hei, Celine, kau kenapa?"
Mengusir segala kemuraman hatinya, Celine berbalik dan mengulas senyum samar pada Sandie, sekretaris general manajer, seorang wanita pertengahan tiga puluhan bertubuh langsing. Sandie telah menikah dan memiliki sepasang putra-putri berusia tujuh dan lima tahun. Suaminya, Karl, adalah seorang pria awal empat puluhan yang cukup tampan. Karl menjabat sebagai manajer penjualan di perusahaan lain.
"Hai, Sandie, aku hanya merapikan dandanan," balas Celine sambil berbalik menuju meja dapur, siap membawa kopi hitam panas yang ia buatkan untuk Rock. Rutinitasnya setiap pagi adalah membuatkan pria pujaan hatinya itu kopi panas. Rock sangat menyukai kopi buatannya.
Pria pujaan hati. Celine menyeringai masam pada diri sendiri. Ia harus berhenti menyebutnya demikian.
"Kau akan membuat kopi juga?" tanya Celine
"Yeah, aku membutuhkan suntikan kafein. Tadi malam Angel rewel sekali."
"Oh, apakah dia demam?" Wajah cantik putri Sandie melintas di benak Celine.
"Ya, badannya sedikit panas."
"Aku menyesal mendengarnya, Sandie. Semoga Angel cepat sembuh kembali."
"Terima kasih, Celine."
Celine mengangguk samar. "Omong-omong, aku harus pergi."
Dua menit kemudian, Celine sudah berada di ruangan Rock, menghidangkan kopi.
"Selamat pagi, Celine," sapa Rock dengan senyum menawan.
Celine tak mampu menahan deburan degup jantung yang mengentak dadanya. Setelah bertahun-tahun, senyum Rock masih saja membuat jantungnya berdebar dengan keras.
"Pagi, Rock," sapa Celine hangat, menyembunyikan sebaik mungkin nada memuja sekaligus pedih dalam suaranya.
"Bagaimana kabarmu hari ini?"
"Baik. Kau sendiri?"
"Baik. Akhir pekan yang menyenangkan, bukan?" senyum Rock melebar.
Dada Celine nyeri bak tertusuk sembilu, tapi ia tetap mengangguk. Ya, akhir pekan Rock tentunya selalu menyenangkan karena ada wanita cantik dengan tubuh seksi bersamanya. Sementara Celine, hanya menonton drama percintaan yang membosankan di rumah. Jane mengajaknya turut serta dalam kencannya dengan Alfred, tapi Celine menolak. Melihat tatapan memuja Alfred pada Jane membuat dada Celine nyeri diremas oleh rasa iri. Kapan akan ada laki-laki yang menatapnya seperti itu?
"Apa jadwalku hari ini?" tanya Rock sambil meraih gelas kopi kemudian menyesapnya pelan. "Kopimu selalu yang terenak, Celine. Tidak ada yang bisa membuat kopi senikmat buatanmu."
Celine tersenyum tipis mendengar pujian yang telah beratus kali Rock ucapkan. Ah, andai saja seperti kopi buatannya yang tak tertandingi, Celine berharap tidak ada wanita yang membuat Rock terpikat selain dirinya.
Celine menyusupkan tangan ke saku blazer dan mengeluarkan ponsel untuk melihat catatan jadwal Rock.
"Kau ada janji dengan Mr. Geon dan Miss Aiyana, pukul sepuluh nanti."
Mr. Geon adalah general manajer di perusahaan Rock, sementara Miss Aiyana adalah super model yang sedang naik daun, yang dikontrak untuk menjadi brand lisptik terbaru mereka yang rencananya akan dirilis bulan depan.
"Oke," sahut Rock.
Lalu Celine menyebut jadwal-jadwal yang lainnya.
Rock menyimak dengan baik, lalu mengangguk-angguk.
"Ah ya, Celine, nanti tolong carikan hadiah untuk Gisela. Kau tahu, kan, sesuatu yang indah dan mewah."
Darah Celine berdesir nyeri. Akhir pekan Rock kemarin pasti luar biasa.
"Jangan lupa, sertakan juga selusin mawar merah."
Dengan enggan Celine mengangguk. Setiap kali, Celine-lah yang membelikan hadiah dan mengirimkan bunga untuk wanita-wanita yang beruntung terpilih menghangatkan ranjang Rock, sekaligus wanita menyedihkan yang didepak pria itu. Hidup Rock bisa dikatakan hampir tidak pernah dilalui tanpa wanita. Begitu Rock memutuskan hubungan dengan kekasihnya, keesokannya Rock sudah memiliki pengganti.
Keadaan tersebut selalu menyakiti hati Celine. Begitu juga sekarang. Selama ini ia masih bertahan dan tetap memuja pria itu meski harus menggigit bibir, menahan rasa sakit. Sementara pria itu sama sekali tak tampak menyadari kesakitan yang Celine derita.
Namun kali ini, Celine tak sanggup lagi bertahan. Jane benar, alangkah naif jika ia masih terus berharap Rock akan jatuh cinta padanya, sedangkan pria itu masih sibuk terus bergonta-ganti pacar. Sibuk memuaskan wanitanya.
Seperti halnya Rock tak pernah tertarik kepadanya selama ini, pastinya sampai kapan pun keadaannya akan demikian. Jadi untuk apa lagi menyia-nyiakan waktu? Lagi pula menjadi sekretaris bukanlah profesi yang ia inginkan. Sebenarnya Celine tidak bercita-cita memiliki karier apa pun. Ia hanyalah wanita sederhana romantis yang ingin menikah dengan lelaki pujaan hatinya. Menjadi seorang istri dan ibu. Celine senang disibukkan dengan kegiatan rumah, membuat biskuit, cake, memasak atau mengurusi bunga-bunga di kebun.
Celine mengangguk dan tersenyum tipis pada Rock, senyum penuh kepalsuan. Di dalam hati ia berjanji, hari ini juga, ia akan menyerahkan surat pengunduran diri pada Rock. Ia tak sanggup lagi terus-menerus seperti ini. Betapa bodoh dirinya selama ini, menyakiti diri sendiri dengan semua omong kosong kisah ranjang Rock, dengan harapan konyol pria itu akan menyadari kehadirannya. Tertarik padanya. Jatuh cinta padanya.
***
Bersambung...
please tinggalkan jejak dear, vote dan komen.... makasi...
love,
evathink
29 jan 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Secret [Tamat]
RomanceForbidden Desire #1 Celine Blythe story.... Celine Blythe telah mencintai Rock Xander, atasannya yang tampan sekaligus sahabat kakaknya, selama bertahun-tahun. Namun Rock jelas tidak memandang dirinya sebagai wanita dengan daya tarik fisik menggoda...