Rock masuk ke dalam ruangannya dengan napas yang sedikit memburu. Rock tidak tahu kapan terakhir kali ia merasa emosi gelap mematikan seperti ini. Seharusnya kencan Celine dengan Grey tidak memengaruhinya seperti ini. Anehnya, ia terpengaruh.
Rock duduk di balik meja kerjanya, bersandar dengan mata terpejam sembari memijit pelan keningnya.
Beberapa saat kemudian, terdengar pintu ruangannya diketuk samar. Rock membuka mata dan melihat gadis cantik yang sudah memorak-porandakan emosinya itu melangkah masuk ke ruangannya dengan tangan membawa segelas kopi beralaskan tatakan.
Seperti hari-hari sebelumnya, Celine tampak sangat cantik. Tubuh indahnya dibalut setelan kerja sopan, yang uniknya membuatnya tampak seksi. Pandangan Rock turun menyusuri pinggul langsing nan padat itu, turun lagi ke rok di atas lututnya, menyusuri stocking hitam yang membalut dengan seksi paha dan betis indah gadis itu.
Pikiran Rock seketika berkelana. Membayangkan ia berlutut di hadapan Celine, menyusuri betis dan paha gadis itu dengan mulut, makin naik ke atas, menyingkap rok span Celine ..., dan ....
"Ehm!"
Dehaman itu membuyarkan khayalan kotor Rock. Wajahnya seketika membara. Rock memarahi dirinya yang tak bisa berhenti berpikiran nakal tentang Celine. Tujuh tahun mengenal gadis itu, dua tahun Celine berada di dekatnya delapan hingga sembilan jam sehari, tapi Rock selalu berusaha mengontrol pikirannya agar tidak mengarah ke hal-hal penuh gairah. Selama ini ia cukup berhasil melakukan itu, lalu mengapa dalam dua hari ini ia gagal? Rock sangat tahu jawabannya. Itu karena selama ini ia tidak berani berlama-lama memandang Celine. Sementara, sejak pagi Celine menghidangkan kopi dan ia terpana pada keindahan mata Celine, lalu pada bibir seksinya, sudah tidak ada jalan kembali baginya untuk berpikiran jernih.
Celine menghidangkan kopi ke atas meja. Wangi memukau kopi dan parfum Celine yang berbaur, menguar menyentuh indra penciuman Rock. Seketika Rock ingin menarik tubuh langsing itu ke dalam pelukannya, membenamkan wajahnya di kelembutan rambut Celine, menghirup aroma bunga gardenia yang menguar dari tubuh gadis itu.
"Hai, Celine," sapa Rock dengan ekspresi dibuat sedatar mungkin.
"Hai, Rock."
"Bagaimana tidurmu tadi malam? Nyenyak?" Itu pertanyaan biasa yang Rock kemukaan pada Celine hampir di setiap pagi pertemuan mereka, tapi pagi ini ada maksud tersembunyi di sana. Rock ingin tahu apakah Celine tidur nyenyak setelah kencannya dengan Grey? Atau justru sebaliknya? Namun sepertinya Rock tak perlu terlalu banyak berharap. Tidak ada lingkaran samar di bawah mata Celine, yang menunjukkan dengan jelas betapa nyenyak tidur gadis itu.
"Nyenyak, Rock. Aku harap kau juga begitu," ujar Celine lembut dan pelan.
Suara yang terdengar sedikit parau itu mengirim getaran ke seluruh saraf Rock. Betapa seksi suara Celine. Selama ini Rock sangat menyadari bahwa Celine adalah gadis yang menarik, tapi sekarang, kesadaran itu naik berkali-kali lipat.
"Yah, begitulah," desah Rock tanpa sadar. Tidurnya tidak nyenyak. Sepanjang malam ia memikirkan Celine. Sepanjang malam, dalam dinginnya kamar di penthouse-nya, dadanya panas terbakar saat terbayang bagaimana Grey mengecup pipi Celine atau menggandeng tangan gadis itu. Sungguh seumur hidupnya Rock belum pernah menggandeng tangan Celine apalagi mengecup pipinya. Ia tidak pernah berani melakukan kontak apa pun dengan gadis itu.
"Begitulah, bagaimana?" Alis indah Celine sedikit terangkat.
Rock tersadar jawabannya tadi mengambang. Ia tersenyum menawan pada Celine, senyum yang entah mengapa ia lakukan untuk memikat hati wanita itu.
"Tidurku nyenyak." Sarafku tegang, lanjut Rock dalam hati. Sudah beberapa hari ini hidupnya tanpa seks. Untuk kali pertama sejak masa remajanya ia tidak berhubungan seks sampai berhari-hari.
"Aku senang mendengarnya." Celine duduk di kursi yang ada di seberang meja Rock. Ia mulai mengeluarkan ponsel untuk melihat catatan jadwal Rock.
"Aku rasa aku bisa berhenti sebelum akhir bulan, Rock. Sandie menguasai seluruh pekerjaanku."
Garis rahang Rock menegang. "Kenapa kau sepertinya sangat ingin buru-buru pergi? Apakah ini karena Grey?" tanya Rock tajam.
"Grey? Apa hubungan dia dengan ini?" Celine mengerut kening bingung.
"Apakah dia memintamu segera meninggalkan perusahaanku? Apa dia cemburu memikirkan kau memiliki atasan yang masih lajang?"
Sesaat Celine tampak semakin bingung, namun kemudian tawa kecil lolos dari bibir seksinya. Rock mengatup rahang semakin ketat. Kesal dengan keinginan liar untuk membekap bibir itu dengan bibirnya.
"Imajinasimu terlalu tinggi, Rock."
"Lalu kenapa harus buru-buru?"
"Aku ingin segera pergi berlibur."
Sesaat, suasana di sekitar mereka menghening.
"Jadi, apakah kau dan Grey sudah lama berkencan?" Rock memecah keheningan.
Celine menatap Rock dengan seringai mengejek. "Apakah itu menjadi urusan atasanku yang lajang?" canda Celine.
Rock mendengus kesal. "Aku bertanya sebagai teman. Sebagai kakak." Rock ingin mengigit lidahnya sendiri sampai putus. Dari mana ide sebagai kakak itu datang? Selama ini ia memang menunjukkan sikap sebagai seorang teman atau kakak yang perhatian pada Celine, tapi sumpah, Rock sama sekali tidak ingin menjadi kakak Celine. Rock ingin menjadi kekasihnya!
Tubuh Rock mengejang oleh pemikiran terakhir itu.
Ya.
Kenyataan itu tak bisa dimungkiri. Selama ini diam-diam ia menginginkan Celine. Persahabatannya dengan Davien-lah yang menahannya mendekati gadis itu lebih jauh. Tidak ada laki-laki waras yang mengencani adik sahabatnya, bukan?
Rona memudar dari wajah Celine. Sesaat gadis itu terdiam, kemudian menghela napas panjang, tampak muram.
"Jadi, kau mengizinkan aku pergi akhir pekan ini?" tanya Celine dengan nada datar, mengabaikan pertanyaan Rock yang belum dijawabnya.
"Tidak. Akhir bulan, Celine. Tiga minggu dari sekarang."
***
bersambung...
rock, kalo cinta, katakan cinta.
tapi masalahnya rock masih tidak mengerti apa yang dia rasa pada celine...
btw, jangan lupa tinggalkan jejak yoo all..
vote dan komeeeennnn yang cetaarrrr!!
Loveee,
Evathink
Pekanbaru, 16 mar 2019
*btw, saya lagi di pekanbaru hoho
untuk yang pesan novel saya, tetap akan dikirim dari Surabaya ya, ada temen yang bantuin packing n kirim.
see you
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Secret [Tamat]
RomanceForbidden Desire #1 Celine Blythe story.... Celine Blythe telah mencintai Rock Xander, atasannya yang tampan sekaligus sahabat kakaknya, selama bertahun-tahun. Namun Rock jelas tidak memandang dirinya sebagai wanita dengan daya tarik fisik menggoda...