PART 3
Celine melangkah ringan menuju ruang kantor Davien Blythe. Saat ini jam makan siang, ia berencana mengajak kakaknya makan bersama sekaligus menceritakan tentang pengunduran dirinya dari perusahaan Rock.
Celine tiba di depan ruangan Davien. Tanpa mengetuk lebih dulu, ia membuka pintu.
Seketika mulut Celine ternganga dengan tidak elegan. Matanya membeliak melihat pemandangan yang tersaji di depannya.
Ia tadi memang tidak menghubungi Davien lebih dulu dengan asumsi kakaknya akan ada di kantor. Lagi pula jarak kantor perusahaan Rock dan Davien tidak terlalu jauh, jadi tidak masalah kalau Davien tidak berada di tempat. Ia bisa pergi makan siang sendirian.
Asumsinya ternyata sangat benar. Kakaknya berada di tempat, namun dengan kondisi di luar bayangannya. Davien tampak sedang bercumbu dengan seorang wanita muda yang Celine kenal sebagai sekteraris kakaknya itu. Marlyn Boyd baru dua bulan ini menjadi sekretaris Davien.
Melihat kehadiran Celine, keduanya terkejut. Si wanita murahan buru-buru merapikan pakaiannya, sementara Davien, meski tampak dengan gerakan santai merapikan diri, tak urung rona gelap mewarnai tulang pipinya.
Celine menatap tajam saat sekretaris kakaknya itu berlalu melewatinya. Dari dulu, ia tak pernah suka pada sifat playboy Davien, yang akan melahap wanita mana saja-asal bertubuh seksi dan berkaki indah.
"Hei, Manis. Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Davien dengan nada santai yang dibuat-buat.
Celine melangkah mendekati kakaknya dengan wajah cemberut. Davien tampak duduk kaku di balik meja.
Celine menarik kursi di depan meja Davien dan duduk di sana dengan tas tangan di pangkuan. "Aku ingin mengajakmu makan siang."
"Ide brilian. Ayo," Davien mengangguk senang dan berdiri.
Dua puluh menit kemudian mereka sudah duduk berdua di sebuah restoran Prancis.
"Aku mengundurkan diri dari perusahaan Rock," kata Celine membuka pembicaraan sambil menyesap teh lemon.
Alis Davien terangkat.
Celine tersenyum lemah. "Aku ..., aku pikir ..., aku butuh suasana baru."
"Hmm ...."
Meski hanya gumaman pelan itu yang terdengar dari Davien, tak urung wajah Celine merona mendengar sindiran samar kakaknya.
Dua tahun lalu, ketika Celine lulus kuliah dan melamar di perusaahaan Rock yang bergerak dibidang kecantikan; memproduksi lipstik dan segala kosmetik mahal dan mewah, pria itu enggan menerimanya. Celine yakin bukan karena ia tak cukup pantas mengisi posisi itu, tapi karena ia adik seorang miliuner-yang bila dipikir-pikir sangatlah tidak mungkin bekerja sebagai sekretaris dengan gaji rata-rata.
Davien Blythe, kakaknya yang berjarak usia enam tahun dengannya, memprotes keras. Namun Celine meyakinkan ia ingin bekerja dan belajar mandiri. Davien menawari posisi di perusahaannya, tapi Celine menolak dengan alasan tidak seru bekerja di perusahaan milik kakak sendiri, membuat sang kakak geleng-geleng pasrah.
Lalu Celine meyakinkan Rock untuk menerimanya. Akhirnya ia pun bekerja di perusahaan pria itu.
"Aku hanya ingin berganti suasana. Aku butuh liburan."
"Hmm ..., sebenarnya apa yang terjadi, Celine? Apakah akhirnya kau menyerah?" Davien menyesap kopi hitamnya dengan tatapan tak lepas dari sang adik.
"Apa?"
"Kau sudah lelah bertepuk sebelah tangan, ya?" Davien meletak gelas kopi ke atas meja.
"Apa maksudmu, Davien? Jangan berbelit-belit."
"Cintamu yang tak berbalas itu. Apakah akhirnya kau menyerah?"
Celine menatap kakaknya ngeri. "Kau ..., tahu ...?"
Davien menyeringai samar.
Celine terdiam kaku dengan wajah memanas. Davien tahu ia memuja Rock ..., mencintai pria itu.
"Aku tahu kau mencintai Rock, Celine."
"Tak ada yang luput darimu, bukan?" desah Celine kesal.
Davien tersenyum penuh kasih sayang pada adiknya. "Apalagi yang membuatmu rela menjadi sekretaris Rock sementara aku bisa menawarimu kemewahan, kalau bukan karena tergila-gila padanya?"
Celine terdiam kaku dengan wajah serasa terbakar.
"Dia tidak cocok untukmu, Sayang. Dia playboy. Sejak awal aku tidak setuju kau bekerja padanya, yang aku yakin untuk mendekatinya. Aku juga tidak setuju jika kalian menjalin hubungan. Kau akan patah hati."
"Sekarang pun aku patah hati."
Davien mengulurkan tangan ke seberang meja, mengusap-ngusap punggung tangan adiknya. "Kau akan baik-baik saja, masih banyak pria lain, yang lebih layak untukmu. Lebih tepat. Aku senang akhirnya kau berhenti berharap. Aku meyakinkan diri, setelah bekerja pada Rock, kau akan berhenti mencintainya setelah tahu sepak terjangnya."
Bahu Celine terkulai. Kepalanya menunduk dengan mata berkaca-kaca. Satu sisi hatinya terharu dengan perhatian kakaknya, di sisi lain ia semakin patah hati.
Setelah beberapa menit berlalu dalam keheningan, akhirnya Celine berdeham. Ia mendongak menatap kakaknya. "Terima kasih, Davien."
***
bersambung...
vote dan komen yang banyak ya sayang2ku, biar cepet update next part hoho. tq all. see you
evathink
9 feb 2019
Ebook versi lengkap(tamat+epilog) tersedia di GOOGLE PLAY BUKU
untuk versi cetak, ready stock, bisa order di saya, WA 08125517788
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Secret [Tamat]
RomanceForbidden Desire #1 Celine Blythe story.... Celine Blythe telah mencintai Rock Xander, atasannya yang tampan sekaligus sahabat kakaknya, selama bertahun-tahun. Namun Rock jelas tidak memandang dirinya sebagai wanita dengan daya tarik fisik menggoda...