Deja Vu?

25 7 0
                                    

SKENARIO ALLAH
Jangan pernah mengharapkan hidupmu sama dengan kisah dongeng dan film. Karena tiap kisah ditulis oleh penulis naskah sedangkan kisahmu ditulis oleh Allah.
Jadi mana lebih baik
*unknown*

Sudah 3 Hari semenjak kejadian itu berlalu. Namun sampai detik ini mendekati Dewi pun Alvando belum ia lakukan. Jangan mendekati, Memandangi Dewi pun kali ini ia tak mampu untuk melakukannya.  Kacau balau, memikirkan rasa bersalah kepada Dewi membuatnya makin tertekan.

"Oi !!! Lu dari kemarin ngelamun mulu, kenapa sih?" Tanya Akmal.

Kedua sahabat ini sedang hang out di cafe dekat sekolahnya selepas pulang sekolah. Seperti biasa, Alvando memesan Kopi Cappucino yang ditaburi oleh coklat dan Akmal memesan Kopi Moca dengan susu putih. Alvando yang dari tadi hanya mengaduk kopinya itu dengan sedotan putih tanpa mencoba nya sama sekali.

"Ya, gitulah Mal." Jawab Alvando dengan nada agak lemas.

"Gitu gimana sih?, ngomong yang jelas kek." Tutur Akmal

Sambil menikmati kopinya, Alvando menceritakan kejadian hari itu kepada Akmal. Setiap detail yang dia ingat dia gambarkan, sangat mendalam. Ini seperti kejadian itu baru saja terjadi.

"Jadi gimana nih bro. Menurut gua itu momen terbaik gua bersama Dewi, tapi disisi lain itu hanya menghancurkan semua usaha gua untuk dapatkan dia. Baru aja mulai udah gini." Alvando sambil menghela nafas dalam-dalam.

"Hadeuh... Lo juga sih samain semua cewek. Gini, Lo harus gentleman jadi cowok. Besok, lo ajak dia bicara terus minta maaf. Lo untuk sekarang jangan mikir buat dapetin dia dulu, tapi berpikir buat bersahabat dengan dia dulu. Paham? " Akmal sambil menepuk bahu sahabatnya itu.

Apa yang dikatakan Akmal ada benarnya juga. Alvando sekarang harus memperbaiki hubungannya dengan Dewi. Bodo amat tentang target, yang penting Alvando bisa bersahabat juga dengan Dewi.

<__><__***__><__>

Sebuah sinar terbit dari ufuk timur menunjukan sinar terang di pagi hari, yang menjanjikan sebuah harapan yang besar, yang menandakan kita telah lahir kembali di dunia. Langit membiarkan hamparan ladang biru melebar. Ketika gunung gunung terjaga, dan lembutnya angin angin menyapa. Butiran-butiran embun pagi hari terlihat sudah di dedaunan hijau. Terlihat tetesan-tetesan embun tersebut mengalir ke dalam tiap jiwa, yang mengikis kerasnya batu jiwa tuk mengungkapkan makna suatu hari.

Hari ini Alvando datang lebih awal dari sebelumnya. Terlalu sedikit siswa yang lain nampak pada jam itu. Alvando melangkah menuju ke kelasnya dan terkejut sudah ada Dewi yang lebih awal datang. Entah apa karena kejadian kemarin atau karena sedang sakit, Dewi yang duduk di mejanya hanya terdiam dan kali ini tak mampu lagi memelototi Alvando.

Canggung, itulah aura yang kini menyelimuti seluruh ruangan kelas. Ditambah lagi hanya mereka berdua yang baru datang dan masih mengingat kejadian itu membuat mereka salah tingkah satu sama lain. Tak terasa sudah sekitar 15 menit tanpa suara keluar dari lisan keduanya. Keresahan mereka makin memuncak di hati masing-masing, yang ingin menghentikan seluruh kegundahan diantara mereka.

Ini tak bisa tuk diteruskan. Hal ini harus dihentikan sekarang. Tutur Alvando dalam hatinya.

Alvando sesaat menghela nafasnya dan .....

"Yoo Al!!!!" Teriak menyala Ryan dan Fian memasuki kelas.

Alvando seketika mengurungkan niatnya untuk menunaikan tekadnya. Penyesalan makin menumpuk didalam hatinya. Bodohnya tak menggunakan momen tersebut sebaik mungkin.

Bintang Dan LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang