3 - The Extraordinary Gift

63 6 0
                                    



Dara mendengus kesal karena Juna meninggalkannya berangkat sekolah. Juna tidak menunggunya di depan rumah hari ini. Padahal Juna sudah berjanji akan berangkat dan pulang bersama dengan Dara. Meskipun sudah hampir seminggu, tetapi Dara belum terbiasa berada di Jakarta. Terpaksa Dara naik ojek online untuk mengantarnya ke sekolah.

Sesampainya di sekolah Dara baru ingat bahwa hari ini ada ulangan kimia dan ia belum sempat belajar karena semalam ketiduran. Bakal menjadi hari tersial untuknya. Apalagi guru kimia, Bu Lian adalah guru yang sangat tidak disukai hampir oleh semua murid. Sedari awal ia mengajar di SMA Pertiwi, semua siswa yang diajari olehnya hampir menyesal memilih jurusan IPA.

Dita menghampiri Dara yang terlihat begitu sibuk membolak-balik halaman buku paket kimia di atas mejanya. Sementara lengan yang satunya menulis rumus-rumus di buku tulisnya. Pasalnya hanya Dara yang sibuk sendiri diantara teman sekelasnya.

"Lo kenapa, Ra?" tanya Dita heran.

"Apanya?" Dara berusaha menjawab pertanyaan Dita tanpa melihat ke arahnya.

"Itu, lo ngapain sih pagi-pagi buka buku kimia?"

"Gue belum belajar, Ta."

"Lah?"

"Bel masuk berapa menit lagi, Ta?"

"10 menit. Lo mau kemana, Ra?"

Dara berlalu meninggalkan Dita ke perpustakaan. Ia tidak bisa fokus menghapal jika Dita terus-terusan mengajaknya berbicara. Lagipula ada buku yang harus Dara pinjam untuk menambah rumus yang sedang ia hapalkan.

Perpustakaan masih sepi. Ini kesempatannya untuk bisa fokus menghapal rumus-rumus. Dara mencari buku di jajaran rak buku kimia. Kanan kiri, atas bawah. Ia belum menemukan bukunya. Ia tak punya banyak waktu hanya untuk mencari buku itu. Belum lagi untuk di hapalkan, waktunya hanya tersisa 6 menit.

Sesaat ia melihat seorang siswa laki-laki duduk dan memegang buku yang ia cari. Terlihat jelas dari sampulnya. Kemudian Dara menghampirinya tanpa berlama-lama.

"Sorry, itu.." Dara menunjuk buku yang dipegang laki-laki tersebut.

Laki-laki itu menoleh dan melepas earphone di telinganya.

"Ada apa?" tanyanya.

Demi tuhan. Dara langsung mematung melihat wajah tampannya yang tak ketulungan. Matanya ingin keluar rasanya. Membaca buku, mendengar musik, dan tampan. Sungguh perpaduan yang begitu sempurna.

Laki-laki itu menepuk lengan di depan wajah Dara dan berhasil membuat Dara tersadar.

"Kenapa?"

Laki-laki itu tersenyum, "Kamu balik nanya?"

Dara terkejut. Kamu? Baru kali ini ada laki-laki yang memanggilnya dengan sebutan kamu. Dara pikir, semua siswa laki-laki di sekolah ini mempunyai sifat sombong dan angkuh. Tapi yang satu ini berbeda.

Lalu ia menundukkan kepalanya, "Maaf."

"Gak usah minta maaf. Kamu mau ini?"

"Iya."

"Nih ambil, Dara."

"Makasih ya."

Tanpa menjawab rasa terimakasih Dara, laki-laki itu hilang begitu saja saat Dara kembali mengangkat wajahnya. Dara menoleh ke kanan dan kiri, namun kemana laki-laki itu?

Jika tak salah dengar, laki-laki itu memanggilnya Dara? Dari mana ia tahu namanya? Apakah laki-laki itu seorang malaikat yang diutus untuk membantunya lalu hilang entah kemana dan datang kembali saat Dara membutuhkannya?

Mine [NEW COVER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang