8 - Bimbang

56 6 0
                                    

Hello, Assalamu'alaikum!
Maaf banget baru update mwehehe :D
Happy reading on my new part stories!

---------------------------------------------------

Dara berjalan menghampiri pintu rumahnya lalu membukanya dengan pelan.

"Assalamu'alaikum." salam Dara.

"Nah, ini anaknya udah pulang." sambut Bundanya antusias.

Bundanya langsung berdiri lalu menghampiri Dara.

"Dari tadi ditungguin, lama amat, Ra? Bara mana?"

"Emm, Juna udah pulang, Bun." bohong Dara.

"Yaudah, Bunda ke belakang dulu, ya. Ajak ngobrol, jangan diem aja!" titah Mela, lalu pergi meninggalkan Dara.

Dara melepaskan tas lalu duduk, tatapan tajamnya terus tertuju pada orang yang bertamu.

"Dokter ngapain ke rumah?" tanya Dara.

Dokter itu tersenyum membentuk lesung pipi diwajahnya.

"Rumah saya dekat, hanya berjarak 50 meter dari sini."

"Dara gak nanya itu, Dok!" ketus Dara.

Dara tahu umur dokter itu masih sekitar 20 tahunan. Oleh sebab itu, Dara berani untuk bersikap jutek dan ketus. Dokter itu juga sering cari-cari perhatian padanya. Dokter bilang itu caranya agar pasien tidak takut dengan dokter, tetapi justru Dara semakin risih dengan sikap dokter itu.

"Saya sudah ngobrol banyak sama Bunda kamu." Jeda Dokter itu, "Maaf, mungkin terlalu kaku untuk berkenalan. Tapi saya sudah terbiasa seperti ini."

Dara melipatkan tangan didadanya, "Dokter udah kenal saya, kan? Yaudah, terus?"

"Kamu kan belum kenal saya, saya Galuh." Kenalnya, kemudian mengulurkan lengan.

Dokter Galuh. Ia adalah dokter yang menangani Dara saat di rumah sakit. Galuh yang menemani Dara saat orang tua Dara sedang tak di rumah sakit dan ia juga kerap kali mengajak Dara untuk mengobrol meskipun Dara selalu diam dan jutek.

Dara melirik uluran tangan Galuh, "Dokter mau saya balas pakai tangan kiri?"

Galuh mengernyitkan dahinya, "Maksud kamu?"

"Tangan kanan saya sakit, dan dokter juga tahu itu, kan?" tanya Dara.

"Nah itu dia, tujuan saya kesini untuk mengontrol keadaan kamu. Masih sering sakit?"

Dara mengangkat sebelah alisnya, "Ngontrol? Untuk apa? Saya kan bukan pasien rumah sakit lagi."

"Memang benar, tapi saya kan masih punya tanggung jawab untuk membantu kamu cepat pulih." ujar Galuh.

"Dokter kan udah kasih saya obat-obatan yang buanyakkkk itu. Saya rutin minumnya kok, dok. Tenang aja. Jadi dokter gak perlu kontrol saya."

"Dengar Dara, saya kesini juga atas pinta Ayah kamu untuk menemani kamu rawat jalan."

"Hah?!" Dara terkejut.

"Saya udah sembuh, kok, dok!" Dara mencari-cari alasan.

"Kalau begitu, jabat tangan saya dengan tangan kanan kamu. Ayo." tantang Galuh.

Dara menghela napasnya gusar, "Lagian luka segini doang pake rawat jalan segala." cibir Dara.

Kemudian terlihat ada notifikasi Whatsapp masuk di ponsel Dara, ia langsung memeriksanya.

+6281267344490

Hai! Lagi apa sekarang?

Nomor pengirim pesan itu tak dikenali oleh Dara, kemudian ia mencoba mengingat-ingat siapa yang meminta nomornya hari itu.

Mine [NEW COVER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang