Juna terdiam, menyandarkan tubuhnya pada meja guru kelas IPA 1. Wajahnya kelihatan seperti sedang berpikir keras. Juna begitu bingung, ia bahkan tidak punya firasat sama sekali bahwa Dara akan menolak mengerjakan tugas hanya demi bertemu orang itu.
Sebentar.
Orang itu? Sebenarnya siapa dia? Justru semakin tidak masuk akal bila Dara bertemu teman SMPnya. Jelas-jelas Juna satu SMP dengan Dara, tapi selama SMP, Dara 'kan tidak punya teman dekat selain dirinya, apalagi di Jakarta.
"Nggak masuk akal," gumam Juna yang juga terdengar oleh Dita dan Bima.
Bima yang sedari tadi mengerutkan keningnya ikut bingung.
"Iya. Nggak masuk akal," Bima angkat suara, setuju dengan ucapan Juna.
Mereka kompak menoleh pada Bima dengan tatapan menyelidik.
Bima melirik Dita dan Juna bergantian, "Ada yang salah sama ucapan gue?" tanya Bima kikuk.
"Gue setuju kok sama lo, Jun, ng-- gak masuk akal, kan?" tambah Bima sedikit ragu.
Dita menghela napasnya berat. "Satu-satunya cara, ya kita ikutin, Jun,"
Dita memang selalu punya ide cemerlang diantara mereka bertiga. Kalau kalian ingin tahu, saat Dita chat Dara, itu juga atas ide dari Dita demi semuanya lancar tanpa hambatan.
*** Flashback on
Selangkah Juna akan masuk perpustakaan sekolah, Bima yang berada di belakang Juna menarik lengan bajunya, membuat Juna berbalik.
"Lo kenapa sih, Bim? Pake narik-narik baju gue segala," Juna berdecak kesal.
Bima mendekati mulutnya dengan telinga Juna,
"Gue lupa bawa kartu anggota,"
lirih Bima hingga hanya Juna yang dapat mendengarnya."Gue takut dimarahin sama Bu Lian, masa murid kelas unggulan nggak bawa kartu, kan malu-maluin," tambah Bima.
Juna menghela napasnya gusar.
"Lagian siapa juga yang mau minjem buku, Bima Pradito," ucapan Juna terdengar sedikit ditekan karena kesal dengan Bima.
"Hah?" terlihat jelas kening Bima mengkerut karena ia sangat kebingungan.
Juna langsung melangkahkan kakinya memasuki perpustakaan. Tanpa menjawab pertanyaan Bima.
Terlihat ada seorang wanita berseragam guru begitu rapih sedang duduk di bangku penjaga perpustakaan, sambil memainkan ponselnya. Juna dan Bima langsung berjalan menghiraukan Bu Lian yang terlihat tidak memperhatikan mereka.
"Selamat pagi!" sapa Bu Lian yang mengagetkan mereka dan sontak mereka berhenti berjalan dan langsung menoleh ke arahnya.
"Pa--pagi, Bu," keduanya kompak menjawab sapaan Bu Lian.
"Jam berapa ini?" tanya Bu Lian santai sambil masih memperhatikan ponselnya tanpa menatap keduanya.
Juna refleks melihat jam yang melingkar di tangannya.
"Handphone ibu nggak ada jamnya?" tanya Bima sekenaknya.
Bu Lian kemudian menatap Bima, berdiri dari bangkunya, menurunkan kacamatanya lalu menatap Bima dari bawah kaki hingga ujung kepala.
"Kamu kelas 10 IPA 1, kan?" tanya Bu Lian menyelidik.
Juna menyikut lengan Bima tanpa bersuara.
Bima melirik Juna yang pandangannya entah kemana seolah tak ingin tahu.
"I..Iya, bu," jawab Bima ragu.
"Mau tau nggak, kamu? Handphone saya ini muahal. Baru seminggu saya beli. Jadi nggak mungkin kalau di handphone muahal--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine [NEW COVER]
Teen FictionDara Valerie dan Bara Arjuna telah bersahabat sejak menduduki Sekolah Dasar. Hingga kini saat mereka memasuki masa SMA, persahabatan mereka tetap utuh. Bara sangat menyayangi Dara melebihi kata sahabat itu sendiri. Apakah Bara berani untuk menyatak...