9 - Salahkah Aku?

37 6 0
                                    

Hello, Assalamu'alaikum!

Mine udah update lagi nih!!!

Selamat membaca, semoga suka ;)

----------------------------------------------------

"Dara!! Tolong ambilin buah di kulkas ke 3 ya."

"Gelasnya rapihin dong, Dara."

"Ini kenapa ada mangkuk di meja sih, Ra?!"

"Kamu awasin Rio dulu, Bunda lagi masak Rendang!!"

Begitulah, apabila akan kedatangan tamu, semua sibuk mempersiapkannya. Apalagi Dara adalah anak sulung di rumahnya, jadi itulah yang menyebabkan ia harus membantu ibunya. Di rumah Dara tidak ada pembantu rumah tangga, tentu saja membuat segalanya kerepotan minta ampun. Entah siapa yang akan datang, keluarga Walikota? Gubernur? Ataukah Presiden? Bukan!

TAPI...

"Selamat datang di rumah kami, sudah lama gak kumpul. Ayo silakan duduk, Pak." Ayah Dara menyambut tamu dengan senyuman hangat.

"Terimakasih, Pak, sudah mengundang kami untuk makan malam di rumah." Balas Pak Surya.

Surya adalah ayah Juna. Meskipun rumah Dara dan Juna dekat, namun keluarga mereka jarang sekali kumpul bersama seperti malam itu entah memperingati apa, Dara juga tidak tahu. Apalagi kali ini membawa rombongan keluarga besar dan hampir semua seumuran orangtua Dara. Sebelumnya, Dara belum pernah bertemu keluarga Juna yang lain selain dirinya dan orangtuanya.

"Jangan kaku begitu, kayak ke siapa aja. Lagipula kita sudah lama gak kumpul seperti ini, kan?"

Kemudian semua tertawa mendengar perkataan Ayah Dara. Ayah Dara tipecal yang sangat humble pada setiap orang, apalagi pada keluarga Juna.

"Silakan duduk." Bunda Dara mempersilakan.

Dara tersenyum simpul setidaknya memperlihatkan bahwa ia juga menyambut keluarga Juna, walaupun dalam hati terdalam, ia begitu enggan menampakkan diri di hadapan Juna setelah kejadian siang tadi.

"Ini bun tamu besarnya?" bisik Dara pada Bundanya, meskipun masih bisa terdengar jelas oleh yang lain.

"Kalau gitu mah aku gak perlu dandan cantik gini."

"Eitsss, gak boleh ngomong gitu! Jarang-jarang kan kamu dandan cantik seperti hari ini."

"Jadi biasanya aku gak cantik, Bun?!"

Semua menoleh dan menatap Dara serempak. Membuat Dara malu, sangat malu.

"Suuttt! Berisik! Malu dong sama tamu."

Dara menghembuskan napasnya gusar.

Sekarang, Juna duduk berhadapan dengan Dara. Dara sangat tidak nyaman dengan posisi Juna itu. Kalau gini, Dara bisa-bisa patah tulang leher karena harus menghadap kanan, kiri, atau bawah, tanpa menatap ke depan.

"Bunda, Dara tukeran duduk ya sama Bunda? Please?" bisik Dara pada Bunda yang duduk di sebelahnya.

"Kenapa sih? udah gapapa disitu aja. Biar enak ngobrolnya sama Bara."

"Enak dari mana, Bun?! Enek sih iya." rengek Dara.

"Sebetulnya kita juga mengajak sepupu Juna. Mungkin ada yang belum mengenalnya, karena dia sibuk sekali, meskipun rumahnya sebelahan dengan kami, ya kan Pah?" tutur Reni, ibu Juna.

"Oh iya betul, tapi dia bilang akan terlambat, katanya ada pasien yang harus dioperasi. Jadi bagaimana kita mulai saja dulu?" lanjut Pak Surya.

"Oh begitu. Yasudah kita mulai saja makan malamnya." balas Mela.

Mine [NEW COVER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang