chapter 4 : salah tingkah

731 18 2
                                    

*Ella POV*

Aku terkejut atau aku yang pura-pura tidak mendengar perkataannya sehingga membuatku berlebihan seperti ini, oke Ella jika ada seseorang yang menyukaimu terlihatlah seperti orang biasa.

"apa yang kau katakan nak?" aku rasa aku harus memanggil namanya daripada kata 'nak' itu lagi tapi entah kenapa aku menyukainya.

"aku bilang aku benar-benar menyukainya, aku suka jika mencium pipi seseorang" katanya santai sambil memandang langit-langit rumahnya, entah apa yang sedang dia pikirkan tapi kurasa dari sorot matanya tersimpan perasaan rindu yang mendalam.

"jadi kau juga melakukan hal seperti itu kepada pacarmu" tanyaku mengintrogasi perihal tentangnya, walaupun dia sudah memperkenalkan dirinya tapi tetap saja kurang memuaskan untukku, aku tahu aku tidak berhak ikut campur dalam urusannya tapi mau bagaimana lagi aku terlanjur bertanya.

"aku tidak punya pacar, dan berhentilah memandangku seperti itu kak, aku kan sudah memperkenalkan diriku kepada kakak, seharusnya kakak juga melakukan hal yang sama seperti yang kulakukan!" kata Daniel sambil sedikit menggertak, rupanya dia sudah kesal, ahaha kau ingin melawanku anak ingusan.

"maaf, baiklah akan kuperkenalkan, namaku Gabriella Petterson, umurku 20 tahun, aku sekolah di universitas di dekat rumahku, aku mempunyai adik namanya Lucky dan kedua orangtuaku sedang pergi ke luar kota karena masalah pekerjaan mereka, tidak ada hal menarik tentang diriku, dan juga aku jarang bersosialisasi dengan orang lain,  apakah itu sudah cukup memuaskan untukmu?" tanyaku langsung.

"cukup memuaskan sampai akhirnya aku tidak dapat bertanya lagi, tapi.....apa kakak punya nama panggilan?" tanyanya.

"panggil saja aku Ella" kataku datar.

"nama panggilan yang cantik tapi aku lebih suka memanggil kakak dengan sebutan Bri" kata Daniel tersenyum, entah kenapa Daniel mempunyai wajah yang terbilang tampan dan senyum yang manis, rambutnya coklat dan matanya seakan menghipnotis, mungkin dalam kurun waktu yang tak terduga aku bisa saja menyukai anak ini, tapi kurasa hanya sebagai adik.

"terserah kau lah mau memanggilku apa!" kataku kesal dengan Daniel.

"hahaha!" dan sekarang anak ini malah menertawakanku, awas saja kau akan kubalas perbuatanmu Daniel.

"ngomong-ngomong kenapa kamu tidak sekolah?" tanyaku heran.

"aku malas pergi, disekolah itu sangat membosankan" kata Daniel, ckckck anak ini nakal juga ternyata.

"itu tidak baik, kau tahu? pendidikan itu penting!" kataku menggertak, baiklah kurasa tidak sampai meja patah tapi kuharap Daniel mengerti maksudku.

"sudahlah kak, seharusnya kakak bersyukur aku tidak sekolah hari ini, karena aku yakin pada saat kakak bangun kakak akan berteriak-teriak memanggil orang rumah, asal kakak tahu saja para pembantu di rumah ini sedang libur beberapa hari" katanya lalu beranjak dari tempat duduknya dan pergi entah kemana.

"hei kau mau kemana?" tanyaku kalap--kurasa memang benar apa yang dikatakannya, aku mudah kalap.

"aku mau ke kamarku dulu, kakak mau ikut?" tanyanya sambil tersenyum menggoda, apa aku harus takjub dengan senyumannya? kurasa tidak.

"boleh saja" kataku tak kalah tersenyum super menggoda padanya, dan kulihat Daniel terkejut, hahaha kena kau anak kecil. "loh ada apa dengan wajahmu Daniel?" aku tidak menyangka kalau dia bisa malu seperti itu, wajahnya merah seperti tomat, kurasa belum pernah ada yang menggodanya--wow itu suatu rekor untuk-ku.

"ah! tidak, kalau begitu ayo ikut aku kak Bri!" kata-nya dengan masih malu-malu, hahaha imut sekali wajahnya, aku gemas--ingin mencubit pipinya itu.

Eveylyne's BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang