*Ella POV*
Lalala~ baiklah kurasa cukup untukku bernyanyi dikamar mandi dan tidak kuliah lagi, 1 hari sudah cukup untuk diriku membeli buku dan kepergok oleh adikku--mengira aku sedang berpacaran dengan anak berumur 13 tahun. Tapi jika kenyataannya kau sedang pingsan itu beda sekali bukan?
"hmm...wangi apa ini?" tanyaku begitu mencium aroma yang membuat perutku terdengar musik keroncong(an), aku buru-buru memakai pakaianku dan mengambil tasku lalu turun ke lantai bawah dan begitu sampai di meja makan aku melihat Lucky sedang memasak sambil memakai celemek--owh ya ampun betapa lucunya adikku memakai peralatan perempuan itu, akhirnya aku menantinya di meja makan sambil bertopang dagu melihat punggung Lucky dan entah perasaan apa yang menghinggapiku, aku begitu intens melihat Lucky memasak seakan aku ingin memeluknya dari belakang tapi tentu saja itu tidak mungkin! aku terlalu meninggikan harga diriku sebut saja itu gengsi. Jadi aku hanya tersenyum menatapnya.
"kau sedang memasak?" tanyaku pada Lucky begitu dia sudah selesai dengan acara memasaknya. Dari tadi dia tidak melihat diriku sudah menunggu begitu lama pada makanan yang belum disiapkan.
"menurutmu apa aku sedang bermain game?" tanya Lucky yang sukses membuatku kesal dengan dirinya dan ingin menambal mulutnya yang pedas itu.
"ah sudahlah! jangan jawab lagi! cepat berikan makanan itu sebelum aku mati kelaparan!" kataku marah-marah dan Lucky dengan santainya membawa makanan itu ke mejaku--dia memang tidak peka terhadap amarahku. Dengan sigap aku menelan makanan itu dengan menggebu-gebu.
"kalau kau makan dengan amarah seperti itu makananpun akan takut melihat perutmu, owh ya ampun Ella kau bukan anak kecil! jangan mengotori mejanya dengan sisa-sisa makananmu!" semprot Luckyluck menyebalkan, ck aku benci adik cerewet.
"masa bodoh!" aku manyun dengan mulut penuh makanan.
"sana cepat pergi sebelum aku kehilangan kendali" kata Lucky membuatku mengernyitkan kening dan sendok makanku jatuh ke bawah
"apa maksudmu?" tanyaku tidak mengerti.
"maksudnya ini!" katanya lalu tiba-tiba saja dia menggelitik pinggangku.
"hahahaha.....hei hentikan bodoh!" aku tertawa sambil menjauhkan tangan Lucky dariku, entah kenapa perutku tiba-tiba sakit. "sudah cukup Lucky, kau membuatku sakit perut!" aku memegang perutku, mungkin karena terlalu banyak tertawa.
"huh! salahmu sendiri karena tidak segera menghabiskan makananmu" katanya ketus, ck kalau saja perutku tidak sesakit ini dengan senang hati ku jitak kepalanya.
"aw...aduh!" benar-benar perutku ini sedang tidak beres.
"ada apa denganmu? sakit perut?" kata Lucky panik sambil melihat ke perutku, ya ampun aku malu.
"daripada bertanya terus, lebih baik kau cepat bawa obat kemari!" kataku tak sabaran.
Lalu ku lihat Lucky pergi berlari dan aku hanya bisa menahan sakit perut ini selama beberapa menit atau mungkin jam-an. Dan begitu Lucky kemari aku bernafas lega, dia memberikanku obat sambil membawa segelas air lalu ku minum obat itu.
"lebih baik kau tidak perlu kuliah hari ini" Lucky menyarankan.
Aku menggeleng "tidak bisa Lucky, cukup 1 hari untukku tidak masuk kuliah--aku tidak mau ketinggalan pelajaran lagi"
"tapi dengan kondisi seperti itu apa kau sanggup melakukannya?" tanya Lucky tak yakin.
"aku yakin" lalu perlahan-lahan sakit di perutku berkurang, rupanya obat itu manjur.
"aku akan antar kau" kata Lucky dan kusambut dengan anggukan setelah itu aku pergi naik mobil bersama Lucky dan begitu sudah sampai Lucky berpesan jika aku sakit lagi tinggal telpon saja dirinya lalu entah kenapa saat Lucky sudah sampai di tempat kuliahku semua anak pada melihat ke arah kami apalagi kaum perempuan, rupanya pesona Lucky tidak bisa disembunyikan, ya walau harus ku akui kalau Lucky memang tampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eveylyne's Blood
Vampiresebuah cerita tentang seorang gadis yang tidak tahu akan kenyataan yang sebenarnya tentang dunia ini--dia adalah Ella, Ella tidak peduli tentang hal itu, yang dia perlukan hanya keajaiban yang membuat hidupnya berubah dan ternyata dia akan mendapatk...