Gelap semua terlihat gelap, aku bahkan tidak dapat melihat tanganku sendiri walaupun yakin baik-baik saja, yah...setidaknya aku masih memiliki raga dan bukannya sekumpulan debu yang berterbangan di langit. Baiklah, apa yang harus ku lakukan disini? Menggaruk kepalaku, berbicara sendiri atau berdiam diri layaknya patung--kurasa aku tidak akan memilih opsi apapun."Evey," Aku mendengarnya, siapakah itu? Apa dia yang akan menolongku dari kegelapan ini.
"Evey." Nada itu terdengar lagi. Baiklah, suaranya sedikit membuatku paranoid sekaligus jengkel. Tapi dia sedang memanggil siapa.
"Tunjukan dirimu!" Bentuk sapaan yang salah menurutku, tapi aku tidak memikirkan kata yang cocok. Disaat-saat seperti itulah aku melihat cahaya kecil yang jaraknya tidak terlalu jauh dariku. Aku ragu untuk mendekat tapi siapa yang tahu kalau cahaya itu bisa menerangi jalanku untuk keluar dari sini.
Berbekal keyakinan yang kuat pasti selamat, aku mencoba menghampirinya, lebih dekat lagi dan lagi sampai akhirnya cahaya itu malah membesar--membuatku menutup mata karena silau.
"Buka matamu Evey." Aku mendengarnya lagi, suara yang sama saat aku berada di dalam kegelapan, kenapa terdengar begitu dekat.
Entah dorongan apa yang membuatku patuh tapi aku yakin sekarang aku tidak sendirian. Begitu aku mengucek mataku aku malah melihat pemandangan bunga yang membuatku kagum. Saking asyiknya aku bermain dengan bunga-bunga itu, aku tidak ingat seseorang yang memanggil nama 'Evey' tadi.
"Ehem!" Ku dengar suara batuk tertahan, ku angkat kepalaku dan berdiri untuk melihatnya.
Wanita cantik berumur 30 tahun-nan dengan rambut hitam panjang terbawa angin dan wajah oriental khas orang Asia ditambah senyuman superior-nya yang ditujukan padaku "Terlalu asyik ya sampai orang dihadapanmu ini diabaikan?" Ucapnya menahan kesal yang malah membuatku memicingkan mata curiga jika dia orang baik.
"Maaf, siapa kau sebenanya?" Tanyaku mengerutkan dahi, mungkin bingung dan waspada jikalau ada hal aneh yang terjadi.
"Namaku Lily, kupikir kau tahu tentangku setelah melihat mimpimu itu tapi ternyata dugaanku salah." Dia tersenyum sedih, aku malah miris dibuatnya.
"Mimpi? Tunggu sebentar, apa aku pernah bermimpi tentangmu?" Tanyaku mengerutkan dahi.
"Menurutmu?" Dia malah balik bertanya, mata hitamnya seakan membawaku ke alam lain.
"Aku tidak tahu." Kugelengkan kepala ringan.
"Sudahlah aku yakin kau akan mengingat mimpi itu sedikit demi sedikit, ternyata kekuatan Evey bisa membuatmu jadi seperti ini." Katanya santai tapi sedikit membuatku terkejut. Sebenarnya apa yang sedang dia bicarakan.
"Apa maksudmu?" Aku tidak mengerti inti pembicaraannya. Aku bahkan tidak tahu kekuatan Evey itu kekuatan macam apa.
"Dengar! Kekutanmu itu dapat membuatmu menjadi hilang ingatan dan parahnya kau berubah menjadi manusia, entah alasan konyol apa sampai kau berbuat seperti itu tapi aku ingin menghentikannya, aku ingin kau kembali seperti semula walaupun selama ini kau menderita karena kepergian kami."
"Aku tidak mengerti." Begitu aku berkata seperti itu tatapan matanya mulai mengintimidasi diriku.
"Kau adalah Eveylyne lie loullie, aku ini Ibumu--yang telah melahirkanmu. Maafkan aku karena telah menelantarkanmu selama ini tapi itu dilakukan agar kau tetap aman dan kurasa keluarga Chares tidak mengingkari janjinya." Dia memgang pundakku erat-erat.
"Tidak! Kau pasti salah orang. Aku--namaku Gabriella Petterson. Aku mempunyai keluarga, aku bahkan memiliki adik laki-laki yang menyebalkan tapi aku tetap menyayanginya. Siapa kau sampai membuatku terlihat bodoh karena alasan konyolmu itu?" Aku menepis tangannya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eveylyne's Blood
Wampirysebuah cerita tentang seorang gadis yang tidak tahu akan kenyataan yang sebenarnya tentang dunia ini--dia adalah Ella, Ella tidak peduli tentang hal itu, yang dia perlukan hanya keajaiban yang membuat hidupnya berubah dan ternyata dia akan mendapatk...