*Alex POV*
Bagaimana bisa Nergha terluka dengan begitu mudahnya? Bukankah dia dapat berpura-pura mati dan bisa menutup tanda vitalnya saat diserang? Memang Nergha bisa menggunakan kemampuan khususnya itu saat sedang genting tapi yang membuatku heran kenapa Nergha tidak sadar jika ada seseorang yang hendak membunuhnya? Atau jangan-jangan makhluk itu tidak memiliki gelombang energi sehingga Nergha tidak merasakannya.
"Khazayn!" Khayalanku terhenti karena sebuah suara yang lagi-lagi menggangguku seharian ini. Ingatkan aku jika akan membawa gada berpaku dan memukul-nya tanpa henti.
"Apa?" Tanyaku setelah selesai menyembuhkan Nergha lalu aku duduk di sofa sambil kepalaku bersandar ke badan sofa.
"Kau tidak tidur di Manhattan hari ini? Bukannya kau kuliah ya?" Tanya Ravene dengan nada heran. Apa aku salah jika tidur di sini.
"Memang kenapa jika di sini?" Tanyaku tanpa basa-basi atau mungkin bisa menjadi suatu basa-basi jika tidak bertanya ke point-nya saja. Nergha tertidur--aku juga ingin tidur karena sama lelahnya dengan Nergha.
"Ah tidak, maksudku besok pagi kau kuliah lalu nanti malam akan ada konser Avril Lavigne--kau tidak akan melewatkannya kan?" Ravene duduk di sebelahku, padahal tadinya aku ingin tidur dari malam sampai malam lagi tapi berhubung konser idola Evey malam besok--setidaknya aku mengenang dia saat dia berubah wujudnya yang memang terlalu mirip dengan Avril.
"Tentu saja tidak, lebih baik sekarang kau pergi. Aku ingin tidur dan soal kuliah mungkin bolos satu hari tidak akan masalah. Oh ya tolong bangunkan aku sebelum malam" aku tersenyum getir lalu mulai tidur di sofa.
"Terserahmu lah!" Ravene berkata gusar, dia bangkit dari duduknya lalu pergi. Yah aku tidak terlalu peduli dengan hal itu. Aku terlalu khawatir dengan keadaan Kakakku begitu pula dengan Ella--tunggu dulu, apa hubungannya itu. Ah masa bodoh.
**********
*Ella POV*
Pagi ini aku tidak bebicara sepatah katapun dengan Lucky--mungkin dia masih marah karena aku pulang malam ditambah di antar pulang oleh Alex yang notabene adalah temanku sendiri. Kenapa Ayah dan Ibu tidak pulang ke rumah? Lama sekali mereka bekerja? Tak ada yang bisa ku harapkan selain diriku sendiri yang harus melakukannya.
"Aku pergi Luck, kau tak perlu menemaniku untuk ke kampus maupun menjemputku karena aku tak ingin merepotkanmu" kataku sambil melihat Lucky yang masih diam di meja makannya dengan tatapan benci, kesal dan marah kepadaku. Aku tahu kalau aku telah mengecewakannya maka dari itu aku tak mau mengganggunya lebih jauh.
Aku pergi dengan berjalan kaki, well aku tidak naik taksi karena aku berangkat terlalu pagi dan tidak kesiangan, kalau telat biasanya aku akan mengeluarkan uangku untuk menaiki taksi.
Duk
Tak sengaja aku menabrak seseorang--untung tidak sampai jatuh.
"Ah maaf!" Kataku cepat-cepat sambil berhenti untuk melihatnya tapi ternyata dia tidak menghiraukan perkatanku dan malah berjalan meninggalkanku. Kurasa laki-laki itu sibuk sekali sehingga dia tak melihat yang sedang menabraknya atau mungkin memang tidak peduli toh apa urusannya denganku.
Aku berjalan kembali dengan langkah dua kali lebih cepat karena tidak ingin terlambat. Yah dan ketika sudah sampai suasana kampus begitu ramai seperti biasa. Begitu aku masuk kelorong entah kenapa banyak cewek memandangku dengan sinis--biasanya mereka tidak menghiraukanku tapi hari ini sungguh berbeda, well aku ingin cepat-cepat pulang agar tidak selalu dipandangi seperti itu.
DUK
Lagi-lagi aku menabrak seseorang dan akhirnya terjatuh. Hoh...sungguh menyebalkan--aku tidak ingin terulang kembali. Untung kacamataku tidak jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eveylyne's Blood
Vampirsebuah cerita tentang seorang gadis yang tidak tahu akan kenyataan yang sebenarnya tentang dunia ini--dia adalah Ella, Ella tidak peduli tentang hal itu, yang dia perlukan hanya keajaiban yang membuat hidupnya berubah dan ternyata dia akan mendapatk...