11

45 32 12
                                    







Saat ini sepasang pemuda pemudi sedang duduk di sebuah sofa di sebuah ruangan, bersebelahan namun berjarak. Saling diam tak ada yang mau memulai percakapan, teh yang terhidang sedari tadi sudah hampir dingin, terlihat dari asap yang sudah tak ada lagi di atasnya.

Karena semakin lama semakin canggung dan tak tau tujuan yang sebenarnya kenapa ia di panggil ke ruangan CEO, friska mulai membuka suara, berharap ia segera pergi dari tempat itu, karena jujur saja ia merasa jantungnya begitu keras debarannya setiap kali bersama jeffry.

"Mas, kenapa nyuruh aku dateng kesini?" tanya friska pelan dan menundukkan wajahnya duduknya juga begitu kaku.

"Ah mmm itu, mas cuma mau tau aja, jawaban atas pertanyaan mas minggu lalu. Mas tidak memaksa kamu, tapi mas ingin memberikan kepastian saja kepadamu dengan cara melamarmu langsung." Tegas jefrry, menatap dalam manik coklat friska yang terlihat bergetar tersebut.

"Mas tau kan, status aku ini, orang-orang masih tabu mendengarnya mas." Friska menjatuhkan bulir beningnya, matanya terlihat bergetar, hatinya sakit bahwa orang yang mencintainya dan yang ia cintai tersebut terlalu memperjuangkanmu padahal status mu sangat tabu menurut kebanyakan orang.

"Memangnya kenapa kalau mas mencintai kamu fris, orang-orang bakalan membunuh mas begitu?"

"Enggak mas enggak gitu."

"Friska, aku mencintaimu dan aku tidak peduli apa yang orang lain bicarakan tentangmu." Jeffry memberanikan diri mengelus pipi lembut friska yang sudah basah oleh air mata friska. "So, jangan ragukan cinta mas, Fris."

"Mas, aku ini hanya wanita biasa, bukan dari kalangan kaya dan memiliki banyak kekurangan, dan itu akan membuat nama baikmu menjadi ikut jelek di mata or-."

Jeffry menempelkan jari telunjuknya di bibir friska. "Stttt..... jangan katakan apapun yang tidak-tidak, sekarang mas tanya sama kamu, kamu suka mas juga gk? kalau kamu gk suka, mas bakal ikhlas."tanya jeffry sembari memasang senyuman tipisnya.

Friska menjawab dengan anggukan. "Iya mas, aku suka sama mas." ucapnya begitu lirih.

Ingin rasanya jeffry berteriak sekencang-kencangnya, tapi ini bukan waktu yang tepat, dia harus menyelesaikan ini dengan cepat.

Jeffry pun menjadi penasaran dan mulai menambah pertanyaannya

"Mas mau tanya lagi, kamu mau gak jadi istri mas?"

Friska hanya diam, ia bingung, ia benar menyukai bahkan mencintai pria didepannya saat ini, tapi masalahnya apakah keluarga Jeffry juga menyukainya seperti jeffry menyukainya? tak ada yang tahu.

Jeffry terlihat gemas melihat reaksi friska, yang terlihat ingin mengatakan sesuatu tapi ditekannya dalam hati. Jeffry mulai berinisiatif lagi.

"Kamu gk mau jadi istri mas ya fris?"

Pancingannya ternyata berhasil, terlihat dari wajah kaget friska dan matanya yang semakin bergetar...

"Bukan begitu mas, hanya saja...."

"Hanya saja..." ulang jeffry yang sudah gemas.

"A-a-aku hanya t-t-takut, kalau k-kluarga m-m-mas gk suka sama aku." jawab friska tergagap diseling oleh sesegukannya.

Jadi ini yang dipikirkan oleh wanitanya batin jeffry mulai melembut.

"Fris, keluarga mas gak seperti keluarga kaya yang mementingkan status sosial. Jangan pikirkan itu, orang tua mas terutama bunda pasti senang melihatmu. Wanita yang berhasil merebut hati pria kaku ini." Jawab jeffry meyakinkan wanitanya yang terlihat ragu.

"Jadi gimana fris, kamu mau kan?" tanya jeffry memastikan.

"Mas, ak-u mau t-tapi jangan terlalu cepat untuk menikah."

"Hmm, baiklah jika itu keputusan kamu fris, jadi sekarang kita pacaran gitu?"

"Gak papa kan mas? K-kita juga butuh persetujuan keluarga kan." Jawab friska sembari menundukkan kepalanya menutup pipinya yang memanas, mungkin sudah terlihat merah.

"Gak papa kok, yang penting mas udah tau jawaban kamu dan mas udah seneng."

Gila, sungguh gila, jeffry ingin rasanya mengumumkan pada dunia jika dirinya sudah memiliki hubungan dengan wanita disebelahnya, berteriak sekencang mungkin, mungkin kalau nanti sudah sampai dirumah, ia bakal berteriak untuk melampiaskannya. Walaupun hanya menjadi pacar, tapi tak apa, yang terpenting friska menyukainya juga, sedikit lagi perjuanganmu jeff.

Ntah kerasukan setan apa sehingga jeffry melakukan sesuatu yang membuat degub jantung mereka bertalu lebih kencang berkali kali lipat. 

Yah jeffry mencium kening friska lembut, yang otomatis membuat friska kaget, tapi friska hanya bisa diam.

Cukup lama dengan aktivitas tersebut, Jeffry melepaskan ciumannya dan mengelus lembut pipi friska.

"Mas, ini sudah hampir waktu pulang, dan aku belum siap kerjaanku." Friska mencoba untuk pergi dari ruangan tersebut, ia masih segan.

"Yaudah, kamu siap-siap pulang aja, 10 menit harus udah ada di lobby." Jeffry mulai dengan sikap awalnya yang tegas walaupun masih terselip senyuman.

"Tapi mas...."

"Ets gak ada tapi-tapi, ntar mas antar kamu pulang, mas lagi kangen sama leo."

"Baiklah, kalau gitu aku keruangan aku dulu ya mas."

Masih beberapa langkah friska akan meningalkan ruangan itu, sebuah tangan langsung menarik lengannya, membuat ia bertatapan dengan si penarik siapa lagi kalau bukan jeffry.

Cup.....

Dan tanpa terduga bibir lembut telah menyapa pipinya yang putih. 

"Tunggu aku di bawah ya....." Seru jeffry yang sudah menjauhkan bibirnya dari pipi friska. Senyuman pun tak pudar dari bibirnya melihat friska yang terplongo juga membuat ia menyunggingkan senyumannya.







-#-







Mobil sudah terparkir di halaman sebuah rumah, dan sipemilik mobil saat ini berada di teras rumah di temani anak kecil yang berada di pangkuannya saat ini. Terlihat mereka sedang bercanda, tertawa dengan riangnya. Sore ini sudah menjadi saksi bahwa kebahagiaan sangatlah sederhana.

Friska baru saja keluar dari rumahnya, sembari membawa nampan yang telah diisi teh manis hangat dengan sepiring pisang goreng yang asapnya masih mengepul, pertanda baru selesai diangkat.

Friska sangat senang, senang sekali, hanya ini yang dia inginkan, melihat leo bahagia bersama dengan orang yang sudah meruntuhkan hati friska yang kaku.

"Fris, kenapa disitu aja ayo sini." Jeffry yang melihat friska melamun langsung membuyarkan lamunannya.

"Ah iya mas... ini teh sama kuenya." Sambil meletakkan teh dan pisangnya ke meja.

"Makasih ya fris."

"Iya mas."






Bahagia itu sangat simple, tergantung menyingkapinya. Bahagia tidak bisa di beli dengan uang atau harta apapun. Bahagia itu adalah jika suatu keinginan yang sangat kecil bisa di lalui dengan indah



Sekian

















YA GK LAH....
MASIH ADA LAGI....
TUNGGU KELANJUTANNYA YA☻

RUM

RASA (Jaehyun Nct)☘ [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang