👑Empat👑

74 12 0
                                    

Malam yg sunyi di kerajaan Liu Yaowen. Kesunyian yg bahkan tak menimbulkan suara lain selain suara halaman buku yg dibalik.

Yaowen terus saja membaca buku buku yg berhubungan dengan dunia manusia. Sudah hampir 1 hari semenjak keputusan jiaqi, yaowen membaca buku.

Buku demi buku dia baca dengan teliti bagaikan sebuah titik saja dia teliti dengan baik. Sejauh ini yaowen telah berhasil membaca 50 buku yg berhubungan dengan perkembangan dunia manusia.

"Yaowen, cepat turun. Waktunya makan!!" teriakan dari seorang wanita yg membuat yaowen berhenti membaca kemudian beranjak jadi tempat duduknya.

"Ada apa memanggilku kebawah? Apa itu penting?" seru yaowen dari pinggiran tangga.

"Turun cepat yaowen, kau belum minum seharian ini, belum lagi besok kau akan pergi kedunia yg berbahaya. Jadi kau tak boleh kekurangan sedikitpun" balas wanita tersebut dari bawah sambil memandang yaowen yg jika dilihat lihat yaowen memang seperti orang yg terlalu memaksakan sesuatu.

"Ya ya ya ya ya, baiklah aku turin" ucapan yaowen hanya di sambut oleh senyuman yg ramah nan indah dari wanita tersebut.

"Yaowen, selama kau di dunia manusia kau jangan lupa untuk minum darah yak, mami tak mau kalau kau malah sakit disana, kau tau kan manusia kalo mengetahui keberadaan kita, kita akan bernasib seperti ibu nya jiaqi" yah wanita itu ternyata ibu dari yaowen sendiri.

Namun, karna dari dulu saat yaowen masih berusia 6 tahun, ibu nya seperti menganggap yaowen seperti tak ada dan juga lebih berfokus pada adik nya.

Selama itu pula, yaowen hanya berusaha bahagia dengan bermain bersama 4 pangeran. Semua menganggap hidup di kerajaan Liu menyenangkan, dengan segala kemewahan yg ada.

Benar, kerajaan Liu memang paling megah, paling mewah, tapi tidak dengan kasih sayang keluarga. Yaowen tak pernah mendapatkan kasih sayang seorang ibu selama iya hidup.

Tak ada yg mengetahui tentang siksaan batin yg yaowen rasakan. Yaowen selalu nampak bahagia di mata setiap orang, namun hanya tuhan dan hati kecil nya saja yg tau betapa perihnya hidup sebagai pangeran sulung di kerajaan Liu.

"Yaowen, kau mendengarkan aku atau tidak?" yaowen hanya memandang ibunya sebentar kemudia kembali pada gelasnya.

"Sudah lah, tak usah kau bersikap seperti itu pada ku. Sejak kapan juga kau mau peduli dengan aku? Bukanya kau hanya peduli dengan adik ku saja, tidak dengan ku? Jika kau benar menyayangi aku, dimana kau selama ini? Kenapa kau selalu mencampakan aku, kau tak pernah melihat ku semenjak dia lahir" ucapan yaowen memang sudah terbilang kasar pada ibu nya. Yah meski yaowen membenci ibu nya kerna perselingkuhan nya dengan manuisa, yaowen harus bersikap sopan.

Plak!!

Sebuah tamparan keras mendarat di didi yaowen hingga gelas yg ia pegang jatuh ke lantai dan menumpahkan sisa darah yg ada pada gelas tersebut.

"Kau ini anak yang tak tau sopan santun" kata2 yg tak di tanggapi oleh yaowen. Yaowen hanya mengusap pipinya dan pergi meninggalkan tempat itu. Jujur dalam hati yaowen iya menangis keras karna sikapnya kepada ibunya, namun apa boleh buat rasa bencinya lebih besar.

Yaowen kembali kekamarnya. Pipinya sudah tak merah karena vampire memiliki kecepatan sembuh lebih cepat. Namun, rasa sakit yg mendalam ada pada hatinya. Hati nya menjerit jerit, bahkan dia berharap di dunia manusia nanti dia tak akan pernah bertemu wanita sepeerti ibunya.

Yaowen duduk di kasurnya sambil menatap sebuah lukisan pertamanya dulu. Saat itu dia berusia 4 tahun dan di dalam gambar itu ada ayah ibu dan dia di tengah nya. Semua kehidupannya di masa kecil sangat bahagia.

Yaowen selalu berharap ketika ia mati nanti semoga saja dia terlahir kembali sebagai anak di keluarga yg biasa saja. Bukan keturunan raja, namun kasih sayang keluarga lebih kaya dari harta di dunia.

"Tuhan, mengapa kau ciptakan aku sebagai vampire yg miskin? Aku tak ingin nerasakan ini. Aku selalu berharap selalu bahagia layaknya ge chengxin, selalu diperhatikan keluarga seperti ge jiaqi, keluarga yg penuh canda tawa seperti ge jing yuan, dan hidup bebas dengan kepedulian keluarga seperti ge yaxuan" air mata perlahan mengalir deras dari mata yaowen.

Semakin lama semakin larut, mata yaowen juga semakin berat. Hingga dia tertidur dalam keadaan duduk bersandar di tembok dengan tangan yg masih menggenggam erat gambarnya.

Sementara ibu yaowen masih terduduk diam di meja makan sambil mencoba merenungi kata kata anak sulungnya tadi.

"Aku baru menyadarinya, memang selama ini semenjak adik nya lahir, aku terlalu terfokus pada adiknya sampai aku melupakan bahwa yaowen adalah anak ku juga. Maafkan mama yaowen, mama salah" air mata mengalir dari mata wanita yg wajahnya sudah mulai menua.

"Mama janji akan berubah yaowen, mama akan berusaha membagi rata kasih sayang mama pada kedua anak mama ini" senyuman dia sela sela tangisan ibu yaowen sangan manis dan tulus.

D E N J E LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang