👒Sembilan👑

65 12 0
                                    

Waktu berasa berjalan lebih cepat, jian semakin tak yakin dengan tetangga baru luo luo. Di ruang bawah masih ramai oleh suara para gege nya bersama geng nya yg makin siang makin rame aja.

"Ah, masa iya rumah itu berpenghuni sekarang? Gk yakin deh gw, secara dari jaman gw masih zigot juga tuh rumah udah kgk ada isinya" jian berbicara pada dirinya sendiri sambil menatap cermin yg ada di sebrang kasur tepatnya di sebelah pintu masuk.

Rasanya jian gk pengen ikut soalnya banyak beredar kabar klo rumah itu angker. Tau lah rumah itu bertahun tahun gk ada yg huni trus sekarang tiba tiba ada kabar klo rumahnya ada yg ngehuni dan yg kurang masuk di akal jian yg ngehuni itu pemuda seumurannya.

"Dedek gemayyyyy babang anci udah dateng nihhhh" teriakan itu sudah tak asing lagi di telinga jian.

Jian membuka jendela dan terlihatlah seorang qianxi dengan motor ninjanya sudah terparkir di depan pager rumahnya.

'Tumben dia nunggu di depan, biasanya dia langsung nyelonong masuk kedalem tanpa permisi' batin jian.

"Bentar ya ge, jian ganti baju dulu" balas jian berteriak.

Jian hanya memakai jeans berwarna biru muda di lengkapi kemeja tak dikancing dengan warna senada dan memakai saos putih polos sebagai daleman. Pastinya juga jian membawa tas selempang berwarna biru dongker.

Jian bergegas lari menuruni tangga. Dalam hati ia masih kurang percaya dengan kabar itu tapi demi memastikan dia memmbulatkan tekat untuk pergi.

"Ge yuan, jian pergi dulu ya sama ge qianxi" teriak jian saat melewati ruang tengah. Di ruang tengah masih ramai oleh geng junkai dan yuan.

"Iya ji, tiati ya" balas junkai. Jian malah memasang raut wajah kesal karna yg menjawab junkai.

"Ji, pulang beliin ayam di mekdi dong" itu teriakan terakhir yg terdengar oleh jian dan berasal dari orang bernama sun yihang.

Selama di perjalanan hanya ada keheningan yg ada. Jian sedang memikirkan apa benar rumah itu berpenghuni sedangkan qianxi masih fokus mengemudikan motornya. Sampai akhirnya qianxi mengerem mendadak karena ada seitang anak yg tiba tiba menyebrang jalan, hingga jian tak sengaja memeluk qianxi. Seketika keduanya merasa canggung.

Tak beberapa lama dari kejadian mereka sampai di depan pagar rumah tua itu. Suasana yg amat mencekam membuat bulu kuduk mereka berdiri.

"Ge, apa iya disini ada penghuninya?" tanya jian sambil memeluk tangan kanan qianxi. Sebenernya qianxi seneng sih bisa dipeluk gitu sama jian, tapi ini suasananya gk bagus.

"Yakin sama gw ji" senyum qianxi seakan akan memberi penyemangat.

Mereka pun mulai berjalan menuju pintu depan bersama.

......

Ketiga pangeran masih dalam keadaan tidur hingga mereka mulai mencium kedatangan darah manusia. Seketika merela terbangun dari tidurnya dan saling menatap tak percaya.

"Jiaqi, apa hidung gw bermasalah? Kok gw berasa nyium bau darah manis ya?" chengxin terperanjat tak percaya dengan penciumannya.

"Iya ge, apa idung gw juga bermasalah?" yaowen juga masih tak percaya dengan penciumannya.

"Gk mungkin kita salah mengenali bau darah, ini benar benar bau darah manis" jiaqi berusaha meyakinkan semua dan juga dirinya bahwa itu tak salah lagi adalah darah manis.

"Harusnya kita kan yg nyari tuh darah, ini malah darah itu yg datengin kita. Untung ge jing yuan gk ada, klo ada bahaya" chengxin yg sedang berusaha bersikap sewajarnya dan mengendalikan hawa nafsunya agar ketika mereka bertemu mereka akan terlihat biasa saja.

D E N J E LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang