👒Sepuluh👒

53 13 1
                                    

Kemarin adalah hari yg cukup baik untuk qianxi, secara setelah sekian lama ia mencoba mendapatkan hati dari seorang wanita bernama wang jian kini telah terbuka sebuah jalan untuk memilikinya. Jian sudah mulai melihat kehadiran qianxi di hidupnya, bahkan jian kemarin sudah membalas pelukan yg selama ini qianxi inginkan.

"Jian, akhirnya lu bisa liat kehadiran gw. Setelah hampir 10 tahun gw berusaha dapetin kunci hati lu di dalam kegelapan, akhirnya sekarang gw udah dapet sedikit pencerahan dan jalan buat miliki lu" qianxi berbicara dengan dirinya di cermin sambil membenarkan pakaiannya.

Hari ini ada jadwal qianxi untuk kuliah, sebelum berangkat ia berencana untuk menjemput jian. Yah karena pertengkaran jian dan junkai tempo hari, jian sudah tak mau di antar oleh kedua kakaknya. Jadi junkai dan yuan setiap pagi langsung saja pergi ke kampus. Meski gk ada jadwalnya masuk, mereka selalu dateng buat tugas tugas yg belum selesai kadang juga buat pacaran, kecuali yuan.

"Dah siap semua. Tingga cus lah klo gini" setelah selesai qianxi langsung turun ke bawah.

Kebetulan hari ini orang tuanya belum pulang. Yah, keluarga Wang dan Yi sedang pergi ke luar kota karena urusan bisnis. Sementara yg jaga perusahaan yg ada di sini adalah qianxi dan junkai. Setiap jam 12 siang mereka selalu menyempatkan untuk ke kantor, itu pun di jadwal bergantian.

"Gw naik mobil apa naik motor aja ya?" di garasi qianxi tak langsung mengendarai salah satu nya, tapi malah berfikir dulu dia harus naik apa.

'Kalo naik motor trus tiba tiba ujan pasti itu bakal perih buat luka ditangannya jian. Tapi kalo naik mobil takut macet gk bisa nyalip sana nyalip sini'  batin qianxi.

"Ah naik motor aja lah, tpi siapin jas ujan juga buat antisipasi takut tiba tiba ujan kan kagak lucu njer" qianxi mengambil 2 pasang jas hujan di loker garasi. Kebetulan banget kan jas nya masih utuh belum ada yg pake.

Setelah semua dipersiapkan, qianxi pun langsung melesat menuju rumah keluarga Wang. Dan kebetulan sekali seorang Wang Jian baru saja keluar dari halamannya.

"Eh dedek gemay. Berangkat bareng gegeg anci aja yuk"

"Boleh. Tapi sebelum kesekolah anterin ke toko alat tulis dulu ya. Jian mau beli buku petak sama alat buat MTK"

"Ashiaaaaap"

Jian langsung naik ke motor. Setelah qianxi merasa sudah siap, mereka langsung berangkat menuju toko alat tulis untuk membeli keperluan jian.

Selama diperjalanan tak ada percakapan di antara mereka. Qianxi yg fokus mengendarai motor dan jian yg berada di dunia lamunanya. Qianxi memang ingin bicara seauatu tapi saat melihat jian di spion nya, nampak jian seperyi sedang banyak pikiran alhasil dia memilih diam saja. Tak betah dengan suasana hening, qianxi memberanikan diri untuk memulai pembicaraan.

"Jian?" qianxi mencoba memangggil jian, namun tak ada jawaban.

"Jian" masih tak ada jawaban

"WANG JIAN" panggil qianxi dengan sedikit berteriak.

"Ah iya ada apa ge?" respon yg ditunggu kini terjadi.

"Lu kenapa? Kok ngelamun terus?" tanya qianxi dengan suara yg sama saat memanggil tadi.

"Ah, jian mau beli buku petak kan ge" jawab jian yg gak nyambung.

"Gw tanya, lu kok ngelamun bukan mau ngapain" qianxi kembali berteriak.

"Oh kirain nanya mau ngapain" terlihat di kaca spion jian tersenyum garing.

"Jadi lu kenapa?" teriak qianxi.

"Jian ngerasa gk tenang aja ge, kaya ada yg terjadi sama orang terdekat jian, ge" qianxi menatap spion nya, terlihat raut wajah jian benar benar tak tenang.

Kemudia tangan kirinya menggapai tangan jian dan melingkarkan di pinggangnya. Setelah kedua tangan jian melingkar di pinggang qianxi, qianxi menggenggam nya dengan erat.

"Jangan terlalu banyak fikiran jian, mungkin itu perasaan lu aja. Udah ya jangan gelisah lagi. Bentar lagi kita sampe di toko" qianxi berusaha menenagkan perasaan jian dengan ucapannya. Terlihat sedikit cahaya mata jian terpancar lagi. Jian kini benar benar memeluk qianxi dengan erat, qianxi benarbenar menunggu hal seperti ini.

Tak lama dari itu mereka pun sampai di toko alat tulis. Jian langsung masuk dan membeli peralatan yg ia butuhkan, sedangkan qianxi hanya duduk di motor sambil membayangkan rasanya pelukan yg baru saja ia rasakan.

Qianxi tak sadar bahwa jian sudah ada di belakangnya. Qianxi masih tersenyum sambil melamun. Jian mencoba menepuk nepuk bahu qianxi, namun karna lamunannya terlalu dalam akhirnya jian melakukan 1 tepukan kencang ygbisa disebut pukulan.

"Auhhhh" rintih qianxi sambil mengusap usah bahunya yg kena pukul tadi.

"Ah lagian gege bayangin apa sih? Ditepuk pelan masih gk sadar akhirnya aku pukul" jian cemberut karna kelakuan qianxi, sedangkan qiamxi hanya tersenyum sambil mencubit pipi jian.

"Ahhhhh sakit" jian kembali memukul mukul punggung qianxi, tapi qianxi masih saja mencubiti pipi jian.

Tak lama, ponsel milik jian bergetar menandakan ada panggilan masuk.

"Halo" qianxi menatap dengan serius sambil memberi isyarat 'siapa itu?' namun jian hanya membalasnya dengan isyarat lagi 'tunggu'

"Tuan, tuan jangan bohong. Itu pasti bukan gege saya. Gege saya hari ini ada jadwal dikampus" jian terlihat tidak percaya, namun qianxi juga tak tau siapa yg dimaksud gege nya. Secara gege jian ada 3, yuan dan junkai keduanya juga ada jadwal di kampus.

"Tuan, saya mohon jangan bercanda ini tidak lucu" kini air mata jian sudah membasahi pipi yang tadi memberi kesan ketenangan. Raut wajah qianxi pun kini berubah menjadi khawatir.

"Baiklah saya akan kesana sekarang" jian benar benar menangis. Qianxi turun dari motor dan memeluk jian dari samping sambil mengusap usap punggung jian.

"Ada apa ji? Kenapa lu nangis? Trus tadi siapa yg telpon?"

"Katanya orang itu pihak rumah sakit?" jian menggenggam kuat kerah jaket yg dipakai qianxi.

"Memang ada apa?" qianxi masih berusaha mencari tau sambil berusaha menenangkan jian.

"Katanya, ge junkai kecelakaan, sekarang dia di rumah sakit" kini tangisan jian semakin menjadi jadi.

"Oke oke, sekarang kita kesana aja ya. Dimana rumahsakitnya?" qianxi memegangi pipi jian dan menghapus air mata jian dengan ibu jarinya. Jian menggangguk kan kepala.

"Katanya ge junkai ada di rumah sakit yang deket deket kampus kalian, aku lupa tadi namanya apa"

"Yauda jangan nangis lagi ya, kita ke tempat ge junkai sekarang okeh. Nih minum dulu" lalu qianxi mengambil air yg ada di saku tas jian, tanpa kata kata jian langsung meminumnya.

Setelah itu, qianxi langsung bergegas menuju rumah sakit yg terdekat kampus cuma 1. Jian memeluk erat qianxi yg melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, masih bisa dirasakan qianxi kalau jian masih menangis di punggung nya.

D E N J E LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang