👑Sebelas👑

58 12 0
                                    

••• JIAQI POV •••

Aku terbangun dari tidurku yg nyenyak. Saat aku membuka mata ku, sudah tergantung sebuah seragam sekolah menengah atas yg kemungkinan itu identitas baru ku disini.

"Haduh.... Apa lagi ini? Kenapa harus sekolah? Gw aja udah melupakan semua kegiatan sekolah gw dulu 20 tahun lalu." Aku terduduk di pinggir kasur sambil memegangi baju itu.

"Ah!!!" teriakan itu sudah tertebak bahwa Yaxuan berteriak karna tak mau memakai baju bodoh ini. Dan lihat, di meja sana sudah tersedia banyak buku juga alat tulis.

"Menyebalkan sekali. Habis ini apa? Harus berteman dengan makhluk menjijikan seperti mereka?" Aku hanya pasrah melihat semuanya. Kini ku berjalan ke kamar mandi.

Kesan pertama yg aku lihat adalah kamar mandi ini tak jauh berbeda dengan kamar mandi di istana Ma. Aku berjalan menuru sebuah tempat yg di batasi 2 buah kaca, disana tempat shower.

Setelah selesai mandi aku memakai baju itu, memang memakai baju apapun itu aku tetap terlihat tampan. Bahkan meski harus memakai baju bodoh ini. Kini baju itu sudah rapih ku kenakan di tambah lagi sebuah dasi sudah tersimpul dari balik kerah baju bodoh ini.

Aku turun kebawah dan melihat semua sudah menunggu di meja makan. Terdapat 6 kursi di setiap kursi sudah tersedia 1 gelas yg terisi penuh dengan darah.

"Kalian nungguin gw? Kenapa gk panggil aja?" tatapan ku tertuju pada ge JingYuan yg masih memainkan gelasnya dengan cara mengelilingi atas gelas menggunakan jari telunjuknya.

"Ge, kita gk suka kalo harus balik lagi sekolah. Kitakan udah lulus sekolah di dunia kita, apa harus kita melakukan sekolah lagi di dunia manusia ini?" terlihat Yaxuan dengan muka cemberutnya dengan keduatangan terlipat dimeja.

"Gw juga males. Kalian tau, selera manusia rendahan banget sampe baju seragam ini aja cuma kemeja putih polos dengan logo sekolah di saku di lengkapi dasi dan celana coklat aja" jujur aku pun merasa tak nyaman dengan setelan baju seragam ini.

"Yasudahlah, ayo kita minum saja. Kita lakukan saja ini demi misi kita" kini Chengxin mulai angkat suara. Pandangannya memang malas, namun dia masih tetap berusaha menjaga wibawannya. Aku akui memang Chengxin sangat berwibawa dan seharusnya dia yg punya tugas sebesar ini bukan aku.

Mendengar ucapan Chengxin kami pun mulai meminum darah yg sudah disediakan. Aku yakin bahwa yg masuk kesini selain pengantar dari resto itu siapa lagi coba yg tau kalo kita vampire, bahkan tukang kebun saja seorang manusia.

Saat kami sedang menikmati minuman kami. Tiba tiba terdengar ketukan pintu yg berasal dari pintu utama. Kami salang memandang menandakan kemalasan yg sama untuk keluar sana. Anehnya aku tak mencium aroma darah manusia bahkan aku tak mencium aroma tubuh vampire. Lalu siapa yg datang itu. Tatapan kami mulai tertuju pada ge Jingyuan, sesaat ge Jingyuan melihat kami bergantian dan menghembuskan nafas berat.

Saat ge Jingyuan pergi, kami mulai fokus pada gelas kami masing masing. Sebelum pergi kami harus merelakan taring kami untuk di potong, jujur ini akan terasa sangat sakit, melebihi patahnya tulang. Karna taring kami ini satu satunya alat untuk kami untuk berburu dan taring kami juga senjata utama untuk bertahan hidup. Tapi apa boleh buat, karna tugas bodoh ini aku harus merelakan taring ini demi merahasiakan identitas kami sebagai vampir.

Sangat hening suasana ruang makan ini. Tak ada suara lain selain benturan antara gelas dan meja kaca ini. Aku heran kenapa ge Jingyuan belum juga kembali. Dan juga siapa yg datang aku takmencium aroma manusia juga aroma vampire. Ini seperti aroma bunga mawar yg baru mekar. Perasaan ku mulai tak tenang, karna yg memiliki aroma mawar hanya lah putri hutan. Jujur, putri hutan memang di jodohkan dengan Chengxin, tapi dia terus mengejarku, dia kata bahwa aku adalah kriterianya. Padahal aku sudah berusaha bersikap secuek mungkin padanya agar tak menghancurkan perjodohan keluarga Ding dan keluarga yg memiliki kekuasaan untuk hutan yg kami tinggali.

"Chengxin, lu nyium aroma mawar gk?" aku berusaha mencaritahu kebenarannya. Lalu Chengxin menghirup udara dalam dalam.

"Ah iya, ini aroma bunga mawar. Itu tandanya putri hutan lagi ada disini" kami pun terbelalak karna ini hal yg tak pernah kami bayangkan.

"Dari mana dia tau kalo kita disini? Gw kira ayah kita merahasiakan ini semua, karna kan ini misi penting" Yaxuan panik dengan ini, kepanikan Yaxuan bagai tak beralasan, sebab yg memiliki hubungan Chengxin dan yg memiliki masalah adalag aku.

"Kok gege yg khawatir sih? Kan yg masalah mereka berdua" Yaowen menatap aku dan Chengxin bergantian.

"Ah lu gk tau sih. Gw males ketemu tuh makhluk, lu tau kan lilitan di tangannya itu suka ngiket gw, itu juga alasan kenapa setiap ada perjanjian yg berhubungan dengan tuh makhluk gw gk suka dateng" Yaxuan terlihat putus asa dengan kedatangan putri hutan itu.

Putri hutan itu bagaikan makhluk seperti manusia tapi tubuhnya banyak tertutup akar akar dan bajunya seperti daun yg dipilin menjadi sebuah baju, dengan banyak lilitan di sepanjang tangannya. Memang wajahnya cantik tapi sikapnya terlalu angkuh untuk makhluk seperti dia.

"Yaudalah kita lari lewat pintu belakang aja" Chengxin memeberikan ide yg membuat kami tersenyum dengan penyelesaian nya.

Kami pun langsung menuju pintu belakang. Kami tak memperdulikan Ge Jingyuan yg mungkin agak kewalahan dengan makhluk seperti dia. Selain angkuh, dia sangat keras kepala. Lagi pun ge Jingyuan paling bukan sekolah, buat usianya dia pasti jadi mahasiswa.

Kami langsung berlari sekencang kencangnya. Kami memiliki kecepatan lari diluar kemampuan manusia, jika dibandingkan antara lari kami dengan motor sport dengan kecepatan maksimal itu belum ada apa apanya. Bisa dikatakan kecepatan lari kami setara dengan 600m/s.

Saat sampai disekolah yg sudah ditetapkan kami mulai mencari ruang kepala sekolah. Aku merasa risih dengan tatapan para gadis manusia itu. Seakan akan mereka ingin menerkam kami dengan tatapannya. Tiba tiba dari belakang ku ada yg menabrakku hingga membuatnya jatuh. Aku menghela nafas sambil membenarkan tas yg aku gantungkan di bahu kiri ku.

"Hei! Apa kalian harus berjalan berbaris seperti itu?! Ini jalanan umum bukan milik kalian saja! Sudah lah kalian minggir, aku buru buru harus pergi!" gadis itu membersihkan roknya yg kotor karena terjatuh kemudian kembali berlari.

"Dasar manusia tak punya otak" gumamku.

"Sudahlah, ayo kita kesana. Seperti disana ruang kepala sekolahnya" Yaxuan menarik tanganku.

Benar saja disitu ada ruang kepala sekolah, kami pun memasuki ruangan tersenbut. Ruangan ini cukup luas untuk 1 orang yg menempatinya.

"Ah, kalian anak baru itu. Silahkan duduk disitu" pria tua itu mempersilahkan kami duduk di sofa depan meja kerjanya.

"Perkenalkan saya Zhang GuMin. Saya kepala sekolah disini. Saya dengar kalian baru pindah kekota ini. Saya ucapkan selamat datang dikota kecil kami dan selamat datang disekolah ini" pria itu memperkenalkan diri dengan tersenyum, kerutan di dahi dan lipatan di bawah matanya menunjukan kurang lebih berusia 65 tahun. Jika dibandingkan dengan bangsa kami, wajah seperti itu pasti umurnya sudah melebihi 500 tahun.

"Ah iya tuan kami baru pindah kesini, perkenalkan saya Ding Chengxin, sebelah kanan saya ini Ma Jiaqi, sebelah kiri saya ini Song Yaxuan dan sebelahnya lagi adalah Liu Yaowen" Chengxin memperkenalkan kami. Ingin sekali ku berkata untuk apa kau sopan pada manusia seperti mereka, banyak dari mereka yg sering memburu para vampire dan bertekat untuk memusnahkan bangsa vampire. Padahal leluhur vampire dan manusia sudah memiliki janji untuk tak saling memburu dan membunuh tapi manusia mengingkari janjinya.

"Ah saya dengar kalian tinggal di berlima, satu lagi kemana? Apa dia tak ikut bersekolah disini juga?"

"Oh itu gege kami, dia sudah kuliah" Yaowen menjawab dengan sangat antusias.

"Cih kapan ini akan berkahir. Memvosankan sekali" gumamku pelan, namun mungkin ini terdengar oleh Chengxin dia mencubit pahaku pelan.

"Apaan sih ah?" gerutuku padanya. Sedangkan diahanya tersenyum canggung pada pria tua itu.

"Baiklah apa kalian sudah tau kelas kalian?"

"Tentusaja tuan. Kami sudah mengetahuinya" Chengxin terus saja tersenyum, itu mebuatku muak.

"Baik lah, silahkan menuju kelas kalian, sebentar lagi bell tanda mulai pelajaran"

"Baik tuan, kami pamit ya" ucap Yaowen dan diikuti bungkukan bada dari Chengxin, Yaxuan dan Yaowen kecuali aku.

D E N J E LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang