END CHAPTER

1.8K 143 36
                                    

Yuki memandang kalender yang terletak di meja kerja Al dengan sedikit kesal.

Hari ini adalah ulang tahun perkawinan Al dan Yuki yang kedua. Dan untuk kedua kalinya juga Al lupa.

Ulang tahun pertama, Al lupa karena harus rapat dengan direksi untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang harus sesuai dengan deadline. Beberapa masalah keuangan perusahaan semenjak dipegang oleh Al sendiri benar-benar membuat pekerjaannya extra. Sebagai seorang direktur utama,  Al mempunyai tanggung jawab yang besar.

Al memang berkewajiban menyelesaikan masalah yang ada di dalam perusahaan, memang semenjak Al yang memimpin, keadaan perusahaan membaik. Tapi ya karena ingin perusahaan semakin maju, Al pun berusaha semaksimal mungkin. Dan Yuki pun selalu mendukung dan memaklumi rutinitas Al sebagai seorang CEO.

Teringat saat persoalan saat itu lumayan sulit, dan terkadang Al harus keluar kota bahkan luar negeri untuk melakukan presentasi. Kesibukannya benar-benar menyita waktu bersama keluarga tercinta. Quality time bersama sang isteri, Yuki, dan kedua anaknya semakin tersita.

Memang Al selalu minta maaf, saat Yuki menyatakan kekesalannya, dan dengan santai, Al menjawab, "Baby, sayang.... aku kan sudah membuktikan cintaku sepanjang tahun bersamamu dan anak-anak. Anniversary kita tidak dirayakan kan tidak apa-apa. Cinta kan tidak butuh perayaan.”

Yuki pun hanya bisa memanyunkan bibirnya,  tidak bisa berkata-kata lagi. Yuki merindukan masa-masa dulu, sebelum Al sesibuk sekarang.

Pagi harinya Al sudah pamit ke kantor karena harus menyiapkan beberapa dokumen rapat dan presentasi. Dan Al pun pergi pamit pada sang isteri ketika Yuki berada di kamar mandi.

Yuki memang sengaja tidak mengingatkannya tentang ulang tahun perkawinan mereka, karena Yuki ingin mengujinya, apakah Al ingat atau tidak kali ini. Dan kenyataannya?????

Yuki hanya bisa menarik napas panjang, dan........ya..... Al lupa lagi tanggal anniversary mereka.

"Apa sih susahnya mengingat hari ulang tahun perkawinan sendiri?" Gerutu Yuki mendengus kesal.

"Aaaaaaa....aku benar-benar merindukan Al yang dulu, yang romantis, dan aku adalah segalanya. Sekarang......dia malah lebih ingat akan kerjaannya, bahkan kalau pulang ke rumah pun yang pertama dicari itu pasti anak-anak, bukan aku, huuuuuu..."

Dan kali ini, tidak ada bunga pada moment-moment istimewa atau puisi yang dituliskan di selembar kertas seperti yang sering kubayangkan dalam angan-anganku.

Pagi ini, kekesalan Yuki pada Al benar-benar mencapai puncaknya.

"Aku izin mau ke rumah bunda dan melihat anak-anak." Begitu pesan yang Yuki kirim pada Al.

Namun tidak ada balasan sama sekali dari Al, Yuki hanya menatap layar ponselnya, dan.......... satu jam kemudian barulah Yuki menerima balasan dari Al.

"Maaf, aku sedang rapat. Hati-hati di jalan, salam untuk bunda, ayah,  dan anak- anak ya!"

"Benar kan...... bahkan dia membutuhkan waktu satu jam untuk membalasnya. Rapat, presentasi, laporan keuangan, itulah saingan yang merebut perhatian suamiku kini, ingin rasanya aku teriak dan menangis." Gerutu Yuki dalam hati.

.

.

.

Yuki pun sampai di kediaman Ghazali, seorang pelayan membukakan pintu dan Yuki langsung masuk ke dalam. Di dalam terlihat dua anak yang berlari dan berjalan tertatih saat mendengar dan melihat mama mereka datang.
"Aaaaaaa....kesayangan mama....kangen ngga sama mama?"

LOVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang