6- Partner

213 12 1
                                    

Rafa berjalan memasuki gedung aula dengan tangan nya yang membawa satu kardus besar berisi snack yang akan dibagikan untuk para wali murid yang datang.Diikuti dengan Lenna yang berjalan mengekor dibelakang Rafa sambil memasang wajah jutek nan dinginnya seperti biasa.

"Disini kan?"Rafa menunjuk meja didekat pintu aula yang tadinya di tempati Lenna untuk menyambut tamu yang datang.

"Hmm"cuek Lenna.

"Daritadi wajah ditekuk mulu kek baju yang belum disetrika"cibir Rafa.

"Daripada lo, wajah kek topeng monyet"

"Cuma gara gara malu aja lo jadi gini"

"Gue nggak malu!"

"Terus kalo bukan malu, apa namanya?"

"Cih, ngapain coba malu sama orang kek elo"

"Terus napa wajah lo jadi merah kek tomat?"

Refleks Lenna langsung memegang kedua pipinya dan merasakan panas di kedua pipinya saat ia menyentuhnya.

"Siapa juga yang merah"sangkal Lenna.

"Susah emang ya, ngomong sama es batu"

"Serah lo deh, dah sana pergi"usir Lenna dengan ekspresi juteknya.

"Udah untung gue bantuin, malah diomelin"Rafa mendengus kesal dan langsung beranjak keluar dari aula.

Sedangkan Lenna tak memperdulikan akan kepergian Rafa. Sebenarnya Lenna juga merasa tidak enak memperlakukan Rafa yang sudah membantunya, tapi semenjak kejadian tadi saat Lenna tak sengaja memegang tangan Rafa, membuatnya menjadi ilfeel untuk mengucapkan terima kasih pada Rafa.

Wajahnya semakin terlihat dingin dan jutek, dirinya berusaha untuk tak memikirkan Rafa lagi karena setiap kali ia memikirkan Rafa, ia akan merasa bersalah padanya.

****

"Hei! Ciee yang lagi jadi pembantu sekolah, lagi ngapain lo?"tanya Raisa mengejutkan Dimas dan Desi yang sedang menyapu halaman aula.

"Lo nggak liat?nih gue lagi nyapu ni halaman, padahal udah disapu tadi plus udah bersih, tapi bukannya disuruh istirahat malah disuruh nyapu lagi"gerutu Desi kesal.

"Bwuahahahha....."tawa Raisa pecah ketika mendengarnya.

"Jahat lo ya, sahabat sendiri lagi susah, lo nya malah ketawa"

"Abisnya cerita lo bikin ngakak sih, oh ya terus terus?"

"Pengertian dikit kek ya sama muridnya, jan mentang mentang jadi guru bisa seenaknya nyuruh muridnya, disuruh ini lah itulah, dipikir nggak cape apa? Nah tuh guru? Kerjanyan cuma mondar mandir kek setrikaan sama ngomel ngomel doank"lanjut Desi.

"Untung gue nggak nerima tawaran buat jadi panitia"respon Raisa.

"Gue juga nyesel tau, gue pikir jadi panitia itu berarti gue bakal disuruh mendampingi guru buat jadi perwakilan dari siswa siswi teladan di sekolah, eh ternyata gue malah jadi pembantu disini"tambah Desi.

"Ngimpi lo jadi murid teladan? Kalo pejalaran aja lo lebih milih dandan daripada merhatiin guru"cibir Raisa.

"Abis males gurunya aja kalo jelasin pelajaran berasa kayak lagi nge dongeng"

"Nggak semua kaliii, lo nya aja yang emang dasar nya males"

"Hussshhh..... lo berdua kerjanya gosipin guru mulu, entar kualat loh"Dimas yang sedari tadi diam pun akhirnya mengeluarkan suaranya.

"Lo kalo ngomong jangan sembarangan ya, lo doain kita?"ucap Raisa.

"Bukan kek gitu, emangnya lo nggak pernah denger ya, kata pak ustad guru itu sama aja kayak orang tua kita di sekolah, jadi kita juga harus berbakti sama mereka"ucap Dimas dengan nada seperti ustad yang sedang khutbah jumat di masjid.

Badboy And Introvert Girl Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang