Prolog

7.3K 519 15
                                    

Barangkali yang ku dengar barusan hanyalah gurauan semata, tentunya hal itu tidak benar-benar terjadi 'kan? Iya kan? Aku jamin itu hanya kerjaan orang iseng yang ingin menggertak temannya.

"Ingat, jam sembilan malam kalian harus bisa menghabisi nyawanya. Jangan sampai gagal, ini yang terakhir kalinya kalian kuberi kesempatan. Dan setelah berhasil menghabisinya, kalian akan hidup dengan limpahan uang yang telah kujanjikan."

Gertakan macam apa itu? Bahkan karena tak sengaja mendengarnya, kalimat itu terus terngiang di kepalaku. Dan sialnya aku terpancing, aku penarasan, mereka terus membahas ingin membunuh Min Yoongi. Namanya tak asing namun aku benar-benar tidak tau dia siapa, apa dia artis?

Lantas begitu orang tersebut pergi aku segera menemui Jay di meja kasir, menanyakan sesuatu padanya.

“Jay, apa ada artis bernama Min Yoongi?“

“Serius Yen? Kau tidak tau siapa dia?“

“Itulah kau, hidupmu terlalu rata. Kau bahkan tidak peduli akan hal sekitar, jangan mentang-mentang TV mu sering rusak makanya kau tidak pernah nonton berita. Kau masih punya ponsel—“ aku membekap mulutnya, dia selalu seperti ini. Mulutnya comel seperti ibu-ibu, lagipula apa salahnya jarang nonton berita? Tidak ada yang penting, dan perlu di ingat. Tidak ada yang bisa kita harapkan saat menonton berita. Meskipun negara ini menemukan banyak berlian pun pasti tidak akan membaginya 'kan?

“Jadi dia benar-benar artis?“

“Bahkan dia ada di sini,“ matanya fokus pada sesuatu di belakangku. “Tapi baru saja pergi.“ aku langsung menoleh ke belakang, suara lonceng pintu terdengar. Itu dia. Dia baru saja keluar.

Akupun bergegas keluar, mengejarnya. Meskipun rasanya konyol aku mempercayai hal ini tapi aku harus memberitahunya, aku ini parnoan. Dan mudah kepikiran.

“Hei, yang pakai baju hitam. Berhenti!“ aku berteriak seraya berlari mengejarnya.

Pria itu berhenti, menoleh ke belakang. Lantas segera kupercepat lari dan menghampirinya.

“K-aku …,“ nafasnya terengah-engah, dia jalannya cepat juga ternyata. “Kau dalam bahaya, ada seseorang yang berniat membunuhmu.“ kataku panik namun tau apa reaksinya? Dia justru tertawa geli di tempatnya.

“Aku serius!“ aku sedikit berteriak, membuatnya langsung diam dan menatapku serius kali ini.

“Seseorang ingin membunuh mu, aku mendengarnya sendiri. Aku berani sumpah!“ dia kembali menatapku lekat, wajahnya seolah bingung harus bereaksi apa untuk menjawabku.

“Dengar, aku akan baik-baik saja. Dan terimakasih telah mencemaskanku, kau sepertinya mabuk.“ dia pergi. meninggalkanku begitu saja tidak mengindahkan ucapanku barusan. Bahkan dia berjalan dengan tenang, tidak denganku. Aku terus cemas, takut jika yang ku dengar tadi benar-benar terjadi.

Mengepalkan kedua tanganku, aku kembali berlari menyusulnya. Menarik tangannya dan memeluknya erat. “Ku mohon dengarkan aku … jangan pergi dulu … jam sembilan mereka akan melakukannya padamu. Tolong percaya lah …“ suaraku samar-samar.

Pelan-pelan dia berusaha melepaskan pelukanku, lalu kulihat dia meremas pundakku. “Dengar, aku tidak tau apa  yang terjadi denganmu sehingga kau terus mengangguku seperti ini, tapi kukatakan sekali lagi jika aku baik-baik saja.“ aku geram, dia terlalu arogan dan menyebalkan. Ingin aku bersikap tak peduli saja, terserah apa yang akan menimpanya, namun sialnya hati kecilku terlalu baik. Aku tak pulang karena ini.

Aku membalikan tubuh, memejamkan mata seraya meremas kuat-kuat mantel yang kukenakan. Merapalkan doa kalau pria itu akan baik-baik saja seperti katanya.

“Tidak, aku harus membawanya ke cafe—“ Bruk! Tubuhku menegang tatkala melihat pria itu terpental jauh setelah sebuah mobil berhasil menabraknya.

“ASTAGA YOONGI!“ aku teriak histeris, segera berlari menghampirinya.

Dan sialnya, tubuhku bergemetar hebat, aku takut darah. Aroma pekat seperti besi membuatku mual dalam sekejap, mataku mulai berkunang-kunang manakala darah di kepalanya terus mengucur deras. Dia bisa kehabisan darah. Namun aku juga tidak bisa membiarkan pria karena rasa takutku, dia itu sedang sekarat.

Inilah kali pertama bagiku berani melawan rasa takut akan darah, terduduk si aspal dengan keadaan tubuh yang bercampur dengan darah segar milik pria itu. Aku menggoyang-goyangan tubuhnya, mengumpulkan kesadarannya. Dia tidak boleh mati, tidak.













🔸🔸🔸







Genre: fantasy, romance

Gais, ini versi revisinya ya. Jadi kalo agak beda wajar dan ini udah di perbaiki. Mungkin akan ada perubahan alur kedepan nya, ga akan secara kesuluruhan. Mungkin yang agak ga nyambung bakal di benerin.

Terimakasih yang udah stay dan para pembaca. Jangan lupa vote dan komennya yang uwu💜




Lucid Dream ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang