17: TO THE POINT

1.5K 253 41
                                    

"Taehyung? Maaf aku terlambat." panggil Yeni yang menemukan Taehyung tengah duduk sendirian di halte seperti orang hilang.

Taehyung lantas bangkit dari duduknya, dia menggeleng tak masalah. Sebenarnya ia pun baru datang karena habis memompa bannya. "Tak masalah, ayo berangkat." Yeni mengangguk kemudian mereka lantas menaiki motor, di bantu Taehyung, Yeni naik dengan sangat hati-hati karena motor Taehyung memang tunggi.

Selama perjalanan keduanya lebih banyak diam, baik pihak Yeni mau pun Taehyung memilih untuk tidak bersuara. Keheningan menemani perjalanan mereka sampai akhirnya tiba pada sebuah rumah sakit.

Yeni menatap bingung rumah sakit tersebut, bukankah Taehyung bilang ingin mengajaknya menemui ayahnya? Tapi kenapa malah rumah sakit? Atau jangan-jangan— ah Yeni. Kenapa tidak berpikir sampai sini, harusnya ia membeli buah dulu.

"Ayah mu sakit?" Taehyung tersenyum miris bila mengingat ayahnya yang sudah lama terbaring di atas kasur rumah sakit.

"Dia koma sudah lama, aku harap dia segera sadar." Yeni bungkam, entah harus bilang apa. Tapi yang pasti ia merasa terpukul atas keadaan ayah Taehyung, mengingat dulu ia pernah menyukai Taehyung dan memuja-muna pria itu sampai setengah gila.

"Ayo temui ayahku." Yeni mengekori Taehyung dari belakang.

Mereka tiba pada ruangan rawat inap VIP, nampak jelas kalau wajah Taehyung langsung berubah sendu ketika melihat ayahnya yang terbaring lemah di atas kasur dengan bantuan alat pernafasan dan beberapa alat yang menempel pada tubuhnya.

"Semoga ayah mu cepat sadar. Aku akan selalu mengirim doa untuk beliau." Taehyung menatap ayahnya sendu, entah sudah hari keberapa ia terus mengirimkan harapan agar ayahnya cepat bangun, tepatnya, dua tahun yang lalu. Semua mimpi buruk nya terjadi, dimana ia mendapatkan kabar kalau perusahaan ayahnya bangkrut akibat beberapa orang kepercayaannya melakukan tindak korupsi dengan menelan gaji para karyawan dan menjual saham perusahaan kolega ayahnya secara ilegal sehingga ia harus bertanggung jawab atas semua itu.

Seluruh harta ayahnya habis di jual, mulai dari mobil, rumah, beberapa perhiasan, barang-barang mahal dan semua yang memiliki nominal untuk menggaji para karyawan.

Saat itu, keluarga nya sedang berusaha melupakan keluh kesahnya, mereka putuskan untuk pinknik di pantai. Ya, walaupun tidak memiliki mobil mewah lagi, tapi ayah Taehyung adalah supir taksi sehingga ia bisa menggunakan mobil perusahaan nya itu untuk berlibur.

Ke empatnya menangis bersama, menumpahkan seluruh beban yang meraka hadapi selama ini. Ya Taehyung pikir keluarga nya sangat sempurna walau badai menghadang, pondasi keluarganya tetap kuat. Ia bangga, ibunya tidak merengek karena kehilangan seluruh perhiasan nya, adiknya pun tidak nangis karena seluruh mainan nya di jual, dan ayahnya tidak menyesali tinggal di rumah kecil, semuanya menerima dengan baik walau kadang mereka merasa lelah.

Tapi Taehyung benar-benar mencintai keluarga nya, dia bahkan rela tidak sekolah untuk membantu ibunya berjualan di kedai kimchi milik tetangga rumahnya.

Sesuai piknik selesai, mereka pulang untuk kembali kerumah. Karena besok semuanya akan di sibukan dengan tugas nya masing-masing, di perjalanan mereka masih saling bertukar cerita dan bercanda ria, Taehyung pikir keluarga nya akan hancur berantakan setelah kekayaan tak lagi bersama mereka namun nyatanya salah.

Saat itu jalanan sepi, dan Taehyung ingat kalau adiknya kebelet buang air besar sehingga ayahnya mempercepat kemudinya di jalanan yang tidak terlalu besar, namun siapa sangka kalau dugaan jalanan sepi itu ternyata salah. Dari arah berlawanan, terlihat sebuah truk yang sedang melaju juga sehingga ayah Taehyung yang saat itu terkejut buru-buru membanting stirnya sehingga mobilnya jatung ke dalam sebuah jurang yang curam.

Lucid Dream ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang