Amnesia

307 12 0
                                    

Di malam sunyi dan dingin, Rhea terbangun didalam sebuah ruangan gelap dimana hanya cahaya rembulan lah yang berhasil menyelinap melalui jendela tanpa kaca yang berada tepat di hadapannya.

"dimana aku?" tanya Rhea pada dirinya sendiri. Gelap, sampai sampai ia tak bisa melihat apapun kecuali cahaya dari jendela tersebut dan... sebuah pintu.

Perlahan ia berjalan kearah pintu sambil terus meraba pijakan yang ada di depannya dengan kaki, kepalanya yang masih terasa pusing membuatnya mau tak mau harus berjalan dengan perlahan.

"kepalaku pusing sekali, sebenarnya apa yang sedang kulakukan di tempat seperti ini sih..".

Sebuah pintu kecil yang berdebu dan sulit untuk dibuka kini berhasil Rhea buka. 'tunggu dulu, pintu ini sangat berdebu dan menandakan bahwa tak pernah dibuka, lalu bagaimana caranya aku bisa berada disini' batin Rhea yang membuat tubuh nya terdiam.

Setelah ia berhasil keluar dari ruangan tersebut, dengan cepat mata Rhea menyusuri dan berusaha mengenali lingkungan di sekitar nya. Ia berada di sebuah Kuil yang di kelilingi oleh sungai buatan kecil dan berada di tengah hutan. Bulu kuduk nya merinding ketika ia menyadari betapa seram nya tempat ini.

Sebuah kuil tua yang tak terawat dan tampak sudah ditinggalkan. Banyak debu, banyak lumut, sungguh menjijikan.

Dibagian depan kuil ia menemukan sebuah kaca setinggi dirinya.

Seorang gadis berambut pirang, mata berwarna violet, kulit putih, bibir merah tipis, dan seragam sekolah dengan jas hitam dan rok pendek hitam. Rambut nya dihiasi dengan jepitan bunga sakura pink violet yang tampak serasi dengan warna matanya. "siapa... aku?". Mata Rhea melotot sempurna saat menyadari bahwa ia tak mengingat apapun, bahkan namanya sendiri. Rhea pun jatuh terduduk karna kakinya tiba tiba terasa lemas. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan dan harus pergi kemana. Ini malam hari, tak mungkin ada orang yang masih terjaga dan berkunjung ke kuil yang bahkan nampak seperti sudah terlupakan ini.

Rhea menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan, jantungnya berdetak sangat kencang saat ini, ia ketakutan.

" RHEA!! DIMANA KAU!!". Terdengar suara laki laki yang sedang mencari seseorang. Rhea menolehkan wajahnya dan melihat seorang laki laki dengan seragam sekolah yang sama dengan nya sedang berdiri di tengah jembatan yang melintasi sungai kecil sambil terus meneriakkan nama "Rhea".

'mungkin sebaiknya aku menghampirinya dan menanyakan lokasi tempat ini, mau bagaimana lagi, aku terpaksa' batin Rhea. Rhea pun berdiri dan sedikit berlari kecil menuju pria tersebut.

Mata lelaki tersebut langsung terpana pada Rhea dan ia pun juga berlari menuju Rhea.

'loh kok dia lari kesini juga?' batin Rhea.

Rhea berhenti berlari namun lelaki tersebut terus berlari dan langsung memeluk Rhea.

Wajah Rhea sontak memerah saat ia berhasil hanyut kedalam pelukan orang asing ini. 'apa ini perasaan ku saja atau memang aku tak dapat mendengar suara detak jantungnya?!' batin Rhea lagi yang membuat jantung nya makin berdebar kencang ketakutan.

"syukurlah aku menemukan Rhea, aku bisa langsung menemukanmu karna suara detak jantungmu itu cepat sekali, kupikir ada sesuatu yang terjadi padamu" katanya sambil memegang pundak Rhea.

'dia.. bisa mendengar detak jantungku? ini pasti bohong'.

"sia-" belum selesai Rhea mengatakan "siapa kau" tiba tiba saja bibirnya telah dibungkam dengan bibir pria tersebut. Wajah Rhea kini kian memerah dan dapat ia rasakan darah dalam tubuhnya mengalir dengan cepat.

Pria itu metakkan tangan kanannya pada pinggang Rhea dan tangan kirinya pada tengkuk Rhea. Matanya yang sedikit terbuka dapat Rhea lihat dengan jelas berwarna hijau tua. 'indah sekali matanya. Tapi tunggu! kenapa ia mencium kuuuuuuuu' batin Rhea mulai menjerit dan terus membuat jantungnya makin berpacu.

ThessalonikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang