Rhea membuka matanya. Cahaya mentari pagi telah memenuhi kamarnya melalui jendela besar di dinding.
Dengan perlahan ia mendudukan tubuhnya sambil memegang pelipisnya yang terasa sakit. Ia bermimpi aneh semalam. 'mimpi yang aneh, tapi... mimpi apa ya'. Rhea memejamkan matanya berusaha mengingat mimpi semalam namun apalah daya, ia tak dapat mengingatnya.
Tok..tok..tok..
Pintu kamar Rhea diketuk. "masuk" kata Rhea lembut sambil menatap kearah pintu. Pintupun terbuka dan ada Teo disana. "nona Rhea, saatnya sarapan".
Rhea yang masih mengenakan piyama segera melompat dari kasur nya dan masuk ke kamar mandi untuk cuci muka, sikat gigi, dan mengganti bajunya. Ia memilih memakai baju putih model kerah sabrina dan celana pendek hitam yang ia temukan di lemari pakaiannya. Rhea juga menguncir rambutnya dengan kunciran berhiaskan bunga sakura violet pink. 'apa aku sangat menyukai bunga sakura?' batinnya.
Rhea pun turun menuju lantai dasar rumah, tepatnya menuju ke ruang makan. Ruang makan yang cukup besar dengan meja makan panjang yang berada di tengah ruangan.
" selamat pagi Rhea" kata Leon saat melihat Rhea memasuki ruang makan. Seluruh anggota yang lainpun menatap lembut ke arahnya juga.
"selamat pagi semuanya".
Ia memilih kursi kosong yang berada tepat di samping Leon. Rhea melirik keatas meja makan namun ia tak menemukan 1 piringpun disana. Meja makannya sangat bersih dan kosong. 'apa makanannya belum siap?'.
Louis berdehem dan membuat seisi ruangan menatap heran kearahnya. Ia berdiri dari kursinya lalu berjalan kearah Rhea. " aku akan mengatakan tentang kondisimu ke semuanya" bisiknya.
"mohon perhatian kalian semua" kata Louis membuka ucapannya.
"saat ini Rhea terkena amnesia. Ia tak mengingat tentang kita bahkan tentang dirinya sendiri. Kalian tau kan minggu depan adalah hari yang penting, maka dari itu aku ingin kalian semua membantu untuk mengembalikan ingatan Rhea. Tapi! jangan pernah memaksanya!".
" apa dia juga lupa cara kita makan?" tanya pria dengan rambut perak dan kuping rubah yang duduk di sebelah Dion.
Louis menatap Rhea seakan akan meminta jawaban. Rhea pun menggelengkan kepalanya pelan dan Louis menghela nafasnya.
"Dia tak mengingatnya Felix, mungkin ini akan sedikit merepotkan" jawab Louis dengan senyum tak ikhlas yang terukir diwajahnya.
"Rhea, kemarilah. Kami akan memperkenalkan ulang diri kami" Louis menarik tangan Rhea lembut untuk membantunya berdiri dan berdiri tepat disamping Louis.
"namaku Louis dan aku adalah seorang iblis. Anak dari kyvernitis selatan bernama Arlond". Louis dengan rambut hitam agak ikal, kacamata, dan mata violetnya.
Kini giliran Leon yang berdiri dari kursinya. " Aku Leon, vampir. Anak dari kyvernitis barat bernama Roen". Leon memiliki tubuh yang tinggi, kulit putih pucat, mata hijau yang indah, dan rambut coklat kemerahannya yang seperti langit senja.
Seorang pria dengan rambut cokelat dan mata biru yang memeluk Rhea semalam pun berdiri. "Dion, vampir. Ayahku adalah kyvernitis utara bernama Dimitri".
Sekarang giliran yang berambut hitam dan mata hijau seperti Leon. " namaku Shu, aku itu vampir. Ayahku itu kyvernitis timur yaitu Mage".
Kini yang berambut perak, mata biru, dan berkuping rubahpun berdiri. "aku Felix, siluman rubah ekor 9. Tidak seperti yang lainnya, yang menjadi kyvernitis adalah ibuku. Ia menjadi kyvernitis di daerah tenggara, namanya Serena".
Dan yang terakhir adalah yang seperti pelayan. Rambutnya hitam dan matanya coklat muda seperti kuning. "nama saya Roen, saya adalah iblis. Orang tua saya bukan lah seorang kyvernitis. Saya adalah iblis anjing penjaga yang telah melayani keluarga Louis selama berabad abad. Dan sekarang saya juga menjadi tangan kanan dari kalian semua".
KAMU SEDANG MEMBACA
Thessaloniki
FantasyRhea, seorang gadis cantik keturunan Iblis dan Malaikat kini terkena Amnesia dimana ia melupakan segala hal termasuk dirinya sendiri. Hilangnya ingatan Rhea adalah salah satu cara iblis neraka untuk menggagalkan upacara bulan merah yang akan dilaksa...