Sekolah malam

192 8 0
                                    

Leon menuntun Rhea menuju sebuah ruangan yang ada di lantai 4 rumah. Ruangan dengan wallpaper tembok hitam dan semua perabotannya yang berwarna abu abu.

Ruangan itu memiliki tata letak benda dan juga luas yang hampir sama dengan kamar Rhea. Letak perbedaannya ada di jendelanya saja. Jika kamar Rhea hanya ada jendela, disini ada tambahan balkon nya.

"ini kamarku" kata Leon. Jantung Rhea mulai berpacu, darah terasa mengalir dengan cepat didalam tubuhnya. 'apa yang ingin ia lakukan'.

Leon berjalan mendekati jendela dan membuka jendela raksasa tersebut yang lebih mirip dengan pintu menuju balkon. Cahaya mentari masuk menyerbu ke dalam ruangan dan meneranginya.

"l-l-leon..?" Rhea bertambah bingung dengan sikap Leon. Leon menatap lekat mata Rhea dan berjalan perlahan mendekatinya. Rhea selalu saja lemah terhadap mata indah Leon.

Leon memojokkan Rhea sehingga tubuhnya menyentuh tembok sekarang ini. Wajah Rhea memerah dan jantungnya berdetak lebih kencang. Leon mendekatkan wajahnya ke kuping Rhea, "aku selalu suka detak jantungmu" bisiknya.

Tangan Leon kini sudah memeluk erat Rhea, dapat ia rasakan kulit dingin Leon di tubuhnya.

"l-l-l-leon apa yang-" Leon kini lagi lagi telah menempelkan bibirnya pada bibir Rhea. 'lembut' batin Rhea. Rhea membuka sedikit matanya dan mendapati beberapa tetes air mata yang bersarang di tepian mata Leon. Leon berusaha menahan tangisnya agar tak sampai pecah.

Leon melepas ciuman mereka lalu memiringkan kepala Rhea ke kanan agar leher kirinya dapat terlihat dengan jelas. Jantung Rhea terasa berhenti berdetak, darah dalam dirinya seakan akan terasa membeku, ia takut.

"sedikit saja, kumohon" bisiknya di telinga Rhea. Tubuh Rhea melemas, ia membiarkan Leon mulai menancapkan taringnya pada leher mulus Rhea.

Dapat ia rasakan darahnya kini berpindah ke Leon. Leon menikmati nya. Kehangatan yang mengalir ke seluruh tubuh Leon, 'ini benar darah Rhea, tapi kenapa.. terasa berbeda'.

Taring Leon tlah tercabut, Rhea yang lemas karna terlalu banyak darah yang dihisap kini hanya bisa pasrah saat Leon menggendongnya dan menidurkannya di kasur.

'apa yang ingin ia lakukan?' batin Rhea. Leon memegang tangan Rhea lalu mulai menciuminya. Ia lagi lagi menancapkan taringnya di tangan Rhea. Tubuh Rhea makin lemas, Leon tau kondisi Rhea saat ini namun ia tak bisa menahan hasratnya sendiri untuk berhenti merasakan kehangatan Rhea. Kini ia berpindah tempat, ia mengangkat paha kiri Rhea kemudian menancapkan lagi taringnya disana.

"ah-" Rhea mengeluarkan suara sedikit, suara yang menandakan bahwa ia merasakan sakit.

"maaf Rhea, tapi.. bertahanlah sedikit lagi" Leon mulai menghirup wangi yang terpancar dari tubuh Rhea. Wangi seperti bunga sakura yang sangat ia sukai. Leon sedikit menarik turun kerah baju Rhea dan menampilkan dada atas Rhea.

"Leon, apa yang kau-".

" maaf Rhea, sekali lagi, kumohon".

Melihat tatapan Leon yang sendu, lagi lagi Rhea membiarkannya menghisap darah nya lagi di dada atas Rhea. Tubuh Rhea kini sudah mencapai batasnya, kepala nya terasa pusing dan tubuhnya makin memucat. Rhea menutup matanya. "aku mau tidur sebentar" kata Rhea.

Leon berhenti menghisapi darah Rhea dan kini ia berbaring di samping Rhea. Kalau dilihat lihat, seperti nya Rhea terkena anemia. Leon terlalu banyak menghisap darahnya. "apa yang ku lakukan sih" gumamnya.

Leon pun ikut tidur di samping Rhea dalam keadaan memeluknya erat. Ia sangat menyayangi Rhea, dan ia tak dapat menerima kenyataan bahwa ingatan Rhea kini telah hilang. Semua yang telah mereka lalui. Susah, senang, tangis, bahagia, dan hal lainnya yang sudah mereka jalani hilang begitu saja.

ThessalonikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang