Livius, Rhea, dan Chris

67 4 2
                                    

Livius menautkan alisnya. "Berdirilah".

Mereka semua berdiri namun tetap tertunduk karena malu. Mereka tidak mengawasi Rhea dengan baik, mereka sangat malu akan hal itu.

Tiba tiba saja Dimitri muncul disamping Livius. " bagaimana kalau kita mengobrol didalam?".

"Ide bagus" Livius tersenyum lembut.

Pintu rumah berwarna putih dengan ukiran emas didepan mereka terbuka dengan sendirinya dan menyajikan sebuah ruang tamu dengan sofa emas dan dinding putih.

Livius duduk dikursi single emas yang mirip dengan singgasana raja, sedangkan yang lainnya duduk di sofa.

"Aku punya sebuah cerita lama. Apa kalian mau mendengarnya?" Tanya Livius dengan lirikan mata yang tertuju pada Leon.

Leon menganggukkan kepalanya.

Livius tersenyum kecil. "Ini tentang Rhea dan Chris".

>>>>>>><<<<<<<

Dengan tatapan sendu, Livius menatap kearah taman bunga mawar hitam dari jendela ruang kerjanya di lantai 6 istana.

"Aku merindukan mu, Helen" katanya dengan suara kecil. Helen adalah istrinya yang meninggal saat melahirkan putra pertamanya.

Suara langkah kaki kecil terdengar dari luar pintu ruangannya dan kemudian terdengar suara ketukan pintu.

Daun pintupun terbuka dan menampakkan seorang anak laki laki yang masih lengkap dengan piyama birunya sedang mengusap mata kanannya. "Ayah..." Katanya dengan suara parau karena baru saja bangun tidur.

Livius tersenyum lembut lalu merentangkan tangannya, bermaksud untuk mengajak bocah itu masuk kedalam pelukan. Chris kecil berlari menghampiri Livius dan memeluk erat ayahnya itu.

Aroma mawar tercium lembut dari jas yang Livius pakai saat ini, samar samar tercium juga bau mint yang menyegarkan.

"Chris..bukankah hari ini kau harus sekolah ya?" Livius melepas pelukannya lalu menggosokkan hidungnya dengan hidung Chris.

Chris tertawa kecil dengan wajah yang merona merah. "Iya.. Aku akan bersiap sekarang. Sampai jumpa nanti sore ayah".

Dengan sedikit melompat lompat Chris keluar dari ruangan dan segera bersiap untuk sekolah, sedangkan Livius kembali menatap taman mawar itu.

Dikepala Livius terus saja terngiang kalimat dari peramal kerajaan yang mengatakan bahwa pengganti dari Helen akan segera tiba.

Livius menautkan alisnya lalu tertawa renyah. 'Bagaimana bisa aku masih tak dapat melupakan Helen' batinnya.

Tak berapa lama kemudian kini gilaran gadis kecilnya yang masuk ke ruangan. Rambut pirang sebahunya acak acakan menandakan ia baru saja bangun. "Ayah, selamat pagi" ia berlari sekencang mungkin lalu mencium pipi Livius.

"Pagi Rhea" jawab Livius lembut.

Mata violet Rhea mulai menelaah seisi ruangan Livius, membuat sang raja menaikkan satu alisnya.

"Apa yang sedang kau cari sayang?".

"Aku mencari kak Chris".

"Saat ini Chris sedang bersiap untuk sekolah, Rhea juga akan mulai sekolah 10 tahun lagi, oke?".

Rhea mengerucutkan bibir mungilnya. "Tapi aku mau sekolah sama kak Chris sekarang".

ThessalonikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang