08

11.2K 1.6K 171
                                    

Semilir hembusan angin bertiup membelai helai demi helai rambut caramel Renjun yang tengah asik duduk di salah satu bangku yang tersedia dipinggir lapangan basket sekolah.

Dengan pandangan terfokus pada sketchbook dipangkuannya dan tangan yang lihai menggerakkan pensilnya diatas permukaan putih sketchbook tersebut, bak seorang pelukis yang sedang berkonsentrasi menciptakan suatu mahakarya.

Kening yang berkerut serta bibir yang tanpa sadar mengerucut maju hingga beberapa senti, serta sesekali pensil yang ia letakkan didagunya seolah sedang memikirkan sesuatu, menandakan bahwa Renjun kini tengah seratus persen menumpahkan segala kemampuan menggambarnya pada sketchbook ditangannya itu.

Akibat terlalu fokus menggambar, tanpa ia sadari telah berdiri Mark dibelakangnya.

Tanpa izin, Mark dengan jahil menangkupkan tangannya pada kedua mata Renjun.

"Anjir"

"Sst! Ngomongnya!" Bisik Mark menyamarkan suara asli miliknya.

"Siapa sih?"

"Tebak!" seru Mark

"Haechan? Singkirin gak tangan dekil lo dari muka gue. Cepetan!" Cerocos Renjun seenaknya.

Tanpa sadar Mark kelepasan tertawa mendengar jawaban dari Renjun tersebut.

"Mark? Mark ya? Mark kan? Ngaku deh!"

"Yah ketauan"

Mark menyingkirkan tangannya dari wajah mungil Renjun dan langsung mendudukkan diri di sebelah Renjun.

"Lagi ngapain sih. Serius amat?" Tanya Mark penasaran.

"Lagi gambar" jawab Renjun yang sudah kembali fokus menggores pensil tajamnya pada sketchbook dipangkuannya.

Mark yang baru kali ini melihat wajah Renjun yang sedang berkonsentrasi merasa sangat gemas. Ingin sekali Mark mencubit bibir mungil Renjun yang sudah kembali mengerucut.

Renjun yang mendengar suara kekehan mark disampingnya pun merasa terganggu, dengan cepat ia mengarahkan tatapan sebalnya pada Mark.

"Apa ketawa-ketawa?" Protes Renjun dengan suara sedikit meninggi.

"Gak boleh?"

"Gak!"

"Lagi gambar apaan emang?" Tanya Mark penasaran.

Mark sedikit mencondongkan tubuhnya berniat melihat ke permukaan sketchbook yang sedang Renjun gambar dipangkuannya.

Tanpa sadar Mark memposisikan kepalanya tepat beberapa senti dari hadapan wajah Renjun.

Renjun yang tampak kaget sedikit memundurkan kepalanya menghindar dari aroma wangi citrus yang menguar dari leher Mark.

Tanpa aba-aba Mark menolehkan kepalanya menatap wajah Renjun yang sedikit memerah dan hanya berjarak beberapa senti dari hadapannya.

Renjun yakin baru saja ia mendapati mata kelam Mark sekilas menatap kearah bibirnya.

Jantung Renjun berpacu dua kali lipat dari biasanya. Pusing seketika menghampiri kepalanya.

Menatap mata kelam Mark terasa begitu menghipnotis kesadaran Renjun detik ini juga.

Renjun membeku selama beberapa detik, sebelum akhirnya ia mendengar suara Mark yang entah mengapa terdengar semakin berat menyapa telinganya,

"Ren"

"Hm?"

"Can i ki-"

Belum sempat Mark menyelesaikan kalimatnya, Renjun dengan cepat menutup mulutnya rapat yang terlihat seolah ia menenggelamkan bibir mungilnya kedalam mulutnya sendiri.

A Cliché Story ¦| Noren ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang