2

34 6 3
                                    

Sudah satu minggu Anin bekerja di perusahaan 2 Seasons Resorts. Perusahaan yang tidak hanya mengoperasi lebih dari 10 hotel di wilayah Asia, namun juga mengoperasikan bisnis Real Estate di Indonesia sehingga tidak salah lagi jika perusahaan 2 Seasons Resorts menjadi salah satu perusahaan ternama dengan income terbesar di Indonesia.

Salah satu job desk Anin di kantor ini adalah menjadi konselor perusahaan 2 Seasons Resorts untuk negara Indonesia dan Malaysia. Selain itu, Anin juga bekerja sebagai pelobi perusahaan, dimana salah satu tugasnya untuk bisa mendapatkan proyek baru dan bernegosiasi untuk kesepakatan bisnis antara 2 Seasons Resorts dan perusahaan lain.

Sebagai seorang probation di kantor, seminggu ini Anin diwajibkan bekerja cepat untuk mengenal profil perusahaan dan juga job desk-nya secara dalam. Baru satu minggu bekerja namun Anin sudah merasakan tekanan kerjaan yang berat dan gila-gilaan. Contohnya seperti dokumen kerja selama 2 bulan kebelakang saja tebalnya kayak tiga buku skripsi, apalagi ia yang diminta oleh pak Niko-sekretaris Bosnya agar mempelajari semua dokumen untuk 3 tahun kebelakang.

Back at the moment, ketika Anin mengunjungan ruangan direktur perusahaan untuk memperkenalkan diri agar kedepannya mereka bisa bekerja sama dengan baik, namun ia dibuat terkejut dengan fakta bahwa direktur perusahaan ini adalah seorang yang ia sapa di lift saat mengembalikan dompetnya yang tertinggal di Starbucks.

"Selamat siang pak Rayan dan pak Niko. Perkenalkan saya Anindira, konselor baru di perusahaan bapak. Mohon kerja sama dan bimbingannya." Anin tersenyum dihadapan direktur dan juga sekertarisnya yang berdiri didekat kursi direktur sambil memegang iPad.

Pria dihadapannya itu sedang membolak-balikkan file pada map yang ia pegang dan menghiraukan Anin yang berdiri dihadapannya untuk memperkenalkan diri.

"Ya, saya Niko sebagai sekertaris pak direktur, bapak Rayan. Mohon kerja samanya ya." Ujar pak Niko sangat amat ramah. Ia menjulurkan tangannya kepada Anin. "Saya disini akan banyak berkomunikasi dengan kamu terkait pekerjaan."

Lalu, bosnya menutup map tersebut dan menatap wajah Anin. Cukup ketara pada wajah Pak Rayan bahwa ia sama kagetnya dengan Anin ketika mata mereka bertemu.

Ah, untung gue tadi di lift nggak banyak ngomong ngawur, Ujar Anin dalam hati.

"Tolong kerja secara maksimal dan sebaik mungkin ya Anindira. Saya tidak ingin ada kesalahan dan lepas proyek baru karena negosiasi yang kamu lakukan. Jika kamu kurang tahu atas job desk yang diberikan, kamu bisa diskusikan kepada divisimu atau tanyakan pada Bu Wuri." Kalimat mengancam namun dengan tutur kata yang halus membuat bulu kudu Anin naik, apalagi saat ini bosnya tersenyum bak malaikat.

Alamak, senyum malaikat tapi rasanya kenapa sebelah kaki serasa nyemplung di neraka, panas.

"Baik pak. Kalau begitu, apakah saya bisa undur diri? Masih ada pekerjaan yang harus saya kerjakan." Pak Rayan mengangguk dan menyilahkan untuk Anin keluar dari ruangannya.

Anin berjalan cepat keluar dari ruangan bosnya.

Hah, apa tadi? Gila, gue merinding. Wibawanya terpancar banget dari cara dia berbicara. Pesonanya sebagai direktur di salah satu kantor terbesar di Indonesia sama sekali tidak bisa terbantahkan.

Saat ini kantor sudah menunjukkan suasana detik-detik menuju pulang tetapi Anin masih melanjutkan sedikit lagi dokumen yang harus ia tuntaskan untuk dipelajari. Tiba-tiba ponselnya berdering tanda pesan masuk.

Gama: Gue lagi di daerah kantor lo nih. Lo bawa motor atau naik ojek online? Mau gue jemput nggak?

Anindira: Ojek. Jmpt gue dong. Tlp klo udh di dpn.

DUOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang