17

47 6 4
                                    

Jumat malam Anin cukup beruntung karena tidak kerja lembur namun ia pulang tenggo, jam 5 teng, langsung go. Sebelumnya ia sudah berencana untuk pergi mencari hadiah untuk ulang tahun Vino, anak mbak Vero. Sebelumnya Anin ingin meminjam mobil sang abang untuk pergi ke salah satu mall dekat rumah, namun Athallah berinisiatif untuk ikut bersama Anin dengan mengajak Nata yang kebetulan sudah nangkring di kamarnya.

"Alah, ini cuma dalih kalian doang kan bilang mau nemenin gue? Ujung-ujungnya juga beli dan gue harus nunggu kalian milih mainan." Anin kesal karena sudah hampir setengah jam ia menunggu Athallah dan Nata yang memilih bermacam-macam gundam dengan harga selangit. Ya, harganya melebihi skin care yang biasa Anin pakai.

"Gue aja bisa langsung milih. Kok kalian nggak bisa langsung milih? Buruan bang."

"Bentar Dir, gue lagi galau mau milih yang mana. Menurut lo, better ini atau yang ini?" Athallah mengedepankan gundam di kedua tangannya kepada Anin.

I don't give a damn! Dibalik kedua mata Anin, kedua mainan gundam ini sama aja, nggak ada bedanya kecuali warna. Gundam di tangan kanan berwarna hitam dan gundam di tangan kiri berwarna perak.

Untuk perempuan di luar sana, bukan kaum kita saja yang bisa galau dengan hal yang tidak penting. Namun pria juga bisa. Athallah salah satunya.

You're such a poop! Keduanya sama aja bang. Bodo amat, buruan nggak pilih salah satu. Pilih mainan aja susah banget, apalagi pilih calon istri." Ejek Anin berjalan menjauhi Athallah.

"Bang Nata, bujuk tuh Atha biar kelar belanja gundu. Gue capek nunggu lama."

"Bukan gundu ya. Gundam!"

Nata terkekeh melihat kakak beradik yang berdebat di toko mainan. "Buruan Tha, gue udah laper nih."

"Bawel banget ya lo pada." Setelah menimbang dengan cepat, Athallah akhirnya memilih salah satu gundam yang ada di ditangan kanannya. "Nih, gue tinggal bayar. Puas lo?!"

Anin dan Nata tertawa melihat kelakuan Athallah. Sudah bangkotan tapi suka koleksi mainan. For your information, di kamar Athallah banyak sekali koleksi mainan yang ia pajang di lemari kaca. Mainan gundam dan hot wheels yang selalu ia rawat seperti anaknya sendiri, biji malika aja sampai kalah. Bahkan Ayah dan Anin tidak boleh menyentuh mainan kesayangannya itu. Sentuh sama dengan mati.

Kami berjalan menuju salah satu restoran. Perut kami sudah keroncongan. Kali ini Athallah dan Nata yang patungan untuk membayar makanan kami. Yap, Anin tidak perlu merogoh isi dompetnya untuk membayar. Salahkan mereka berdua yang harus membuatnya menunggu lama. Anin saja sudah menemukan mainan yang akan diberikan untuk Anak mbak Vero sepuluh menit setelah ia masuk ke Toy Store.

"Bang Nata, kok jumat malam nggak jalan sama pacarnya?" Ucap Anin ingin tahu. Selama ia mengenal Nata, jarang sekali teman abangnya ini memberitahu Anin siapa perempuan yang sedang berhubungan dengannya.

"Dia lagi kerja keluar kota."

"Wow, business woman ya bang? Kapan-kapan kenalin ke Anin dong."

"Siap siap." Jawab Nata sambil tertawa.

"Nggak usah, Nat. Bisa diacak-acak nanti cewek lo sama Anin."

"Ye, gue mah ngacak-ngacak cewek lo aja. Abis lo bego banget bang kalau milih cewek." Ejek Anin kepada Athallah. Ucapan Anin adalah fakta. Perempuan yang selalu diperkenalan Athallah kepada Anin selalu saja buruk. Entah buruk manner, dari yang suka mencibir Anin, padahal ia adalah adik dari Athallah sampai perempuan yang suka selingkuh.

Athallah tidak menanggapi ucapan dari Anin, namun ia hanya merenggut saja. Seolah membenarkan perkataan itu.

Kami berjalan memasuki restoran untuk mencari tempat duduk yang kosong. Menjelang hari libur, setiap restoran di mall ini cukup ramai oleh pengunjung. Untungnya kami bisa mendapati tempat duduk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DUOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang