BRIANA - 2

10.1K 1K 11
                                    

Baca sambil dengerin lagu di mulmed ya.
Apa lagu Favorit kalian saat ini?

-------------------------------------------

Aku membuka pintu penghubung ke balkon kemudian menutupnya lagi.

Hawa dingin langsung menyengat kulitku yang hanya berbalut gaun tidur tipis berwarna ungu, kesukaanku.

Pemandangan kota di malam hari begitu menyenangkan dan begitu menenangkan.

Pemikiranku melayang pada percakapanku dengan Will sore tadi, dan juga dengan Rey beberapa saat yang lalu.

Aku terkekeh pelan, namun air mataku tak bisa ku hentikan, terjatuh begitu saja.

“Adam…. Kamu apa kabar?” aku menatap langit malam yang tampak mendung, tak ada bulan yang menyinari bumi, dan hanya sedikit bintang yang berpendar sendu.

“Adam, Aku rindu”

***

Aku menatap Will yang sedang melakukan terapi bersama dengan dokter Ridwan di dampingi beberapa suster yang membantu dokter Ridwan.

Masih sama, Will memang seolah tak ingin sembuh, dia masih tampak tak ingin berusaha lebih keras.

“Dok…” sapaku ketika dokter Ridwan mendekat dan menatapku serius.

“Will tidak ada perubahan sama sekali” kata dokter Ridwan, aku tau aku yang salah disini, aku tak bisa membuatnya lebih semangat untuk sembuh.

“Will tidak mau sembuh dok” kataku, lalu aku menceritakan kejadian kemarin pada dokter Ridwan, reaksinya sama dengan reaksiku juga Rey, kami sama sama terkejut.

“Saya tidak tau harus berkata apa pada keluarganya” desah dokter Ridwan frustasi, pasalnya sudah hampir 2 bulan Will di Negara ini dan masih belum ada kemajuan sedikitpun.

****

Aku membantu Will untuk merebahkan dirinya, Terapi dan wajenang yang di berikan dokter Ridwan mungkin membuatnya lebih lelah hari ini.

Aku menoleh ke arah pintu kamarnya ketika mendengar bell berbunyi nyaring.

“Aku akan membukakan pintu, istirahat lah” kataku setelah aku merapikan selimut yang meutupi tubuh kekarnya.

Uncle” sapaku pada pria tua yang baru saja masuk ke ruang tamu, beliau adalah ayah dari Will yang mungkin ingin mengunjungi anak laki lakinya.

“Apa kabarmu, Ana?” Tanya Beliau sambil memelukku singkat.

Beberapa kali aku bertemu dengan Uncle Ryo yang lebih sering berkunjung ketimbang Aunty Dina, aku diminta untuk memanggil mereka Uncle dan Aunty agar tidak terlalu formal, katanya.

“Baik Uncle” aku menggiringnya masuk hingga kami sama sama berdiri di depan pintu kamar Will yang tertutup.

“Will mungkin sudah tidur, Uncle bisa masuk terlebih dahulu untuk mengecek kondisinya” beliau mengangguk dan membuka pintu kamar Will secara perlahan.

Aku menuju ke dapur untuk membuat 2 cangkir kopi, untukku dan untuk Uncle Ryo, kebiasaan kami jika beliau datang berkunjung adalah menghabiskan beberapa jam untuk berbicara dan tentu saja kondisi kesehatan Will yang menjadi topik utama’nya.

Baru saja aku kembali ke ruang keluarga, Uncle Ryo sudah duduk menatap jendela besar yang menghadap keluar, menampilkan pemandangan langit malam Berlin.

Uncle” sapaku terlebih dahulu seraya meletakkan secangkir kopi di meja di hadapannya.

“Will sudah tidur, kelihatannya dia lelah” katanya.

Aku mengangguk pelan.

“Tampaknya sulit membuat dia kembali mempunyai semangat hidup” suara Uncle Ryo memecah keheningan setelah beberapa saat kami saling diam.

“Maaf Uncle” kataku, aku di beri tugas untuk merawatnya, namun sampai saat ini Will masih dalam kondisi yang sama, tak ada yang berubah.

“Tidak… bukan salah kamu, Ana” sanggahnya langsung.

“Will sudah sangat lama bersama dengan Olive, dan kehilangan wanita itu tentu memberikan luka yang sangat besar di benaknya..”
Ku dengar beliau menghela nafas.

“Sejak kecil, Will sudah mengenal Olive, mereka tumbuh dan besar bersama, dan di tengah kesibukanku dan Dina tentu Olive adalah satu satunya orang yang mau mendengar keluh kesahnya selama ini, mengingat Will hanya memiliki sedikit teman”

Ya Tuhan….

Aku tak tau harus menanggapi cerita Uncle Ryo seperti apa, aku sama sekali tak mengenal Will sebelum ini, dan pertama kami bertemu ya ketika Will menjalani pengobatan di rumah sakit dimana aku bekerja sebelum akhirnya aku di tugaskan untuk merawat putra seorang pria kaya raya.

“Aku harap kamu bisa bersabar menghadapinya, Ana” kata Uncle Ryo menutup pembicaraan kami.

Malam ini Uncle Ryo akan menginap, dan aku memilih pamit untuk membersihkan kamar tamu yang biasa di gunakan beliau jika menginap disini.

Shit… Olive, Don’t Leave Me"

Update pagiiiiiii.
Semoga kalian suka.

Happy Reading and Enjoyyyy

BRIANA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang