BRIANA - 4

7.9K 930 9
                                    

Pria dengan paras yang sama persis dengan pria terkasihnya duduk dengan damai di hadapannya.

“Kamu terlihat lebih kurus, Ana” katanya memulai percakapan karena sejak tadi kami masih diam saja.

“Tapi aku senang Kamu baik baik saja” lanjutnya setelah meneliti wajahku sejak tadi.

Tentu saja… semua orang yang melihatku akan tau kalau aku baik baik saja, tapi tidak dengan hatiku yang sudah hancur sejak aku kehilangannya.

“Mama nanyain kamu terus” aku tersenyum kecil ketika mengingat wanita mungil yang begitu menyayangiku seperti beliau menyayangi kedua anaknya.

“Salam untuk Mama” kataku padanya.

Dia mengangguk.

“Datanglah ke rumah, temui beliau” aku mengangguk akan mempertimbangkan kalimatnya.

“Kamu apa kabar Andrew?” tanyaku padanya, aku tau dia baik baik saja, aku hanya tidak tau harus memulai percakapan dengan pria yang parasnya hampir mirip dengan Adam.

“Seperti yang kamu lihat, walau aku harus bekerja lebih keras lagi, karena hanya ada aku sekarang” aku mengangguk mengerti.

“Aku yakin kamu bisa melakukannya, An”

“Walau tak sebaik Adam” sahutnya.

Dia tampak menatap keluar jendela café kecil di pinggiran kota ini, tempatnya nyaman dan kopi di tempat ini adalah yang terbaik.

“Adam memang selalu jadi yang terbaik” kataku santai.

Andrew mendengus pelan.

“Dia akan selalu jadi yang terbaik”

***

Apartemen ini masih tampak sepi ketika aku kembali dari makam dan tak sengaja bertemu dengan Andrew, saudara kembar Adam.

Aku memilih membersihkan apartemen ini terlebih dahulu sebelum mereka kembali, setidaknya aku memiliki kesibukan untuk kembali menghalau kesedihanku atau aku akan menangis semalaman dengan foto Adam di dekapanku.

Aku memulainya dari kamarku.

Sebenarnya apartemen ini selalu bersih karena petugas kebersihan yang di pekerjakan oleh keluarga Will akan selalu datang setiap tiga hari sekali, dan aku hanya perlu membereskan seperlunya saja.

Aku memasuki kamar William untuk membereskan ranjang pria itu yan masih berantakan karena aku beregas pergi ketika mereka meninggalkan apartemen ini.

Beberapa lembar foto terjantuh ketika aku membereskan selimutnya.

Aku memungutnya.

Ku rasakan bibirku tertarik ketika melihat beberapa foto berukuran sedang di tanganku.

Aku tau kenapa Will tak bisa melupakan wanita ini, Olive begitu cantik dan tampak kalem, kebersamaan mereka begitu natural dan romantis, begitu serasi.

Sebuah foto berukuran kecil terselip di tengah beberapa foto, aku sangat tau foto macam apa itu, masih begitu kecil.

Tuhan…. Will kelangan 2 hal penting sekaligus dalam hidupnya.

***

Aku memberenggut ketika memasangkan dasi di leher Adam.

“Kamu kan tau kita harus berangkat 3 jam lagi” gerutuku padanya.

Dia menarik pinggangku agar tubuh kami berhimpitan, lalu mengusap pinggangku menggoda.

“Adam” sentakku kesal, lalu meninggalkannya.

“Sebentar sayang, aku akan kembali sebelum jam keberangkatan kita, Okey?” dia menyusulku ke dapur, namun aku tak menghiraukannya.

Kami akan pergi ke Tokyo 3 jam lagi untuk bulan madu kamu, dan dia di telfon karena ada hal mendesak yang harus segera di selesaikannya di kantor.

“Kamu kan punya anak buah, kenapa sih harus kamu yang turun tangan” aku melipat tanganku di depan dada, membentengi diriku.

“Briana, Please” dia tampak frustasi.

“Okey, aku nggak akan maafkan kamu kalau kamu terlambat” senyumnya tampak mengembang, lalu menarik tubuhku ke arahnya, merengkuhku dan memberikan kecupan singkat di puncak kepalaku.

“Aku janji, nggak bakal telat”

***

From : Husband
Kita ketemu di Bandara.
Kamu ke Bandara sendiri, bisa kan?

Aku harus menahan kekecewaanku ketika mendapat pesan text darinya.

Okey

Aku memesan taksi yang akan membawaku menuju Bandara, sendirian.

Tepat setelah aku sampai di Bandara, Adam mengirimkan pesan kalau dia akan segera berangkat, aku sempat menanyakan bagaimana dengan mobil yang di bawanya, namun tak ada jawaban darinya.

Hingga setengah jam berlalu, masih tak ada kabar darinya.

Aku mencoba menelfonnya.

“Adam… Come on, don’t make me scared” bisikku ketika lagi lagi telfonku masuk ke dalam kotak suara.

Senyumku sempat mengembang sesaat ketika aku mendengar dering phonselku berharap Adam kembali menghubungiku, namun sedetik itu juga senyumku lenyap ketika melihat nama Andrew disana.

“Ana… Where are you?” Tanya Andrew dengan suara panic, suaranya di latar belakangi dengan suara suara yang cukup berisik, terdengar roda yang bergesekan dengan lantai, aku cukup mengenal suara suara itu.

“Ana?” pemikiran buruk mulai muncul.

“Bandara” sahutku pelan.

“Ana… Adam kecelakaan”

“No… Adam, Noo”

---------------

Semoga kalian suka sama part ini.

Happy Reading and Enjoyyyyyyyy

BRIANA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang