“Ada apa denganmu, kau akhir akhir ini sering melamun setelah izin untuk keluar” Rey mengejutkanku yang termenung di depan televise yang masih menyala, aku sama sekali tak memiliki minat untuk menonton, hanya untuk memecah keheningan saja.
“Aku baru bertemu dengan ibuku di bawah” aku melirik Rey yang tampak masih biasa saja setelah dia mengangguk beberapa kali, lalu meminum bir di tangannya.
“Ah… aku bahkan tak pernah melihat keluargamu setelah aku bekerja di bawah atasan yang sama denganmu”
“Tentu saja, aku berasal dari Brandenburg, keluargaku kebanyakan berada disana, sedangkan aku berada disini sejak kuliah” jawabku dengan nada santai.
Suara roda yang bergesekan dengan lantai terdengar, baik aku maupun Rey yang tengah duduk berdampingan langsung menoleh pada pintu kamar William, dan dia tampak sudah duduk di kursi rodanya.
“Will” aku terkejut melihatnya.
“Aku sudah mengatakan padamu untuk memanggilku kalau kau ingin turun dari ranjang” wajahku pasti menunjukkan ekspresi garang, dia tersenyum simpul.
“Aku bosan berada di atas ranjang”
Tentu saja dia akan berkata seperti itu, William begitu keras kepala dan aku sudah paham akan hal itu.
***
“Bagus Will, kau memiliki semangat yang luar biasa” dokter Ridwan menepuk bahu Will memberikan semangat pada pria itu.
2 bulan setelah kejadian Will terjatuh di kamar mandi yang membawa kecemasan bagi orang tua William kini terbayar, melihat anak laki laki mereka sedikit demi sedikit sudah bisa berjalan selangkah dua langkah, walaupun harus tetap dalam pengawasan.
Aku tersenyum melihat kehangatan Keluarga William yang kali ini datang ikut melihat perkembangan kesehatan anak laki laki mereka.
Mataku bersibobrok dengan mata Hitam William, dan itu hanya terjadi selama beberapa detik sebelum akhirnya aku menoleh ketika Aunty Dina menyapaku dengan senyuman kebahagiaannya.“Terimakasih, Ana… kau telah merawat William dengan sabar dan sangat baik” Aunty Dina merangkul bahuku sambil menatap Will yang tengah fokus pada kalimat yang di berikan oleh doter Ridwan bersama dengan Uncle Ryo.
“Sudah tugas saya Aunty, saya di bayar untuk itu”
Mungkin jika Adam selamat dari kecelakaan itu, kondisi Adam akan sama dengan kondisi William mengingat perkataan yang di sampaikan oleh Andrew.
Adam terjepit di dalam mobilnya yang terhimpit 2 buah mobil besar, kecelakaan itu adalah kecelakaan beruntuk terbesar di tahun itu dan menimbulkan hampir 22 korban jiwa Termasuk Adam.
Bahkan jika Adam selamat dan hidup dengan kecacatan, Aku akan dengan senang hati merawat pria itu sampai kapanpun, bahkan jika sampai maut merengut nyawaku sekalipun.
Namun sayang, Adam telah pergi detik itu juga.
“Kenapa Ana? Kau tampak murung” aku segera menoleh pada Aunty Dina yang ternyata masih di sampingku dan tanpa ku sadari aku telah melamun.
“Aku hanya mengingat seseorang Aunty” jawabku tenang.
“Almarhum suamimu?” pertanyaan Aunty Dima membuatku terhenyak, dari mana wanita itu tau?
“Suster-suster disini kerap membicarakanmu yang merawat William, bahkan kau tak tergoda untuk merayunya karena kesetiaanmu pada mendiang suamimu” sekali lagi Aunty Dina mengusap lengahku dengan halus dan sifat keibuannya begitu terasa.
Aku bergeming tak menanggapi perkataan Aunty Dina.
“Hidupmu akan terus berjalan sayang… 30 tahun, 50 tahun, bahkan 100 tahun lagi tak ada yang tau, kau tak bisa terus menerus berkubang dalam dukamu, kau harus menemukan bahagiamu” Aunty Dina menyelesaikan kalimat panjangnya dengan senyuman kecil, seolah memberi semangat untukku.
Mungkin kalimat itu akan beliau berikan juga kepada William, besok, lusa, atau bertahun-tahun lagi.
Aunty Dina mendekati anak dan suaminya yang masih sibuk berbincang.
Aku menekan dadaku yang berdenyut Nyeri.
Kau membolehkanku untuk itu, Adam?
------
Udah mulai PO sejak kemarin yah.
Kalian wajib banget beli.
Jangan sampai ketinggalan......***
Semoga kalian masih menanti Briana yang masih galau.
Happy Reading and Enjoyyyyyy
KAMU SEDANG MEMBACA
BRIANA ✔
ChickLitMasa lalu adalah Momok menakutkan bagiku. -Briana- ----------------------------------------- Start : 1 Februari 2019 Fin : 3 April 2019