Author POV
Will masih diam di tempatnya, kursi rodanya hanya dia putar agar bisa melihat pintu putih yang tertutup itu secara benar.
Bahkan setelah kedua orang tuanya Pamit setengah jam yang lalu, Will masih enggan bergerak menuju kamarnya.
Ia masih penasaran kenapa Briana tampak suram setelah pulangnya wanita itu setelah pergi seharian ini, kemana wanita itu pergi, sampai dia tampak sedih?
Kalah dengan rasa penasarannya, Akhirnya Will memutuskan untuk mendekati pintu yang masih setia tertutup sejak tadi.
“Briana” panggilnya di sertai ketukan pelan.
Ketika tak mendapat respon apapun, Will menjadi ragu.Apa wanita itu sudah terlelap?
Dengan sedikit lancang, Will menekan knop pintu dan terbuka.
Hanya sedikit celah, namun suara dari dalam terdengar begitu jelas.
“Adam, maafkan aku” suara itu terdengar parau di tengah isakan dan wanita itu menangis sampai sesegukan, bahkan beberapa kali terbatuk.
Adam…. Nama itu kembali di sebutkan oleh Briana, ini kedua kalinya dia mendengar Briana mengucapkan nama Adam, yang pertama ketika Briana mengigau sampai menjeritkan nama pria itu dan sekarang.
Will tak ingin tau lebih lanjut, mungkin Briana ingin sendiri saat ini.
***
Briana mengetuk kamar Will dan masuk setelah di persilahkan, baru saja Will akan berusaha menggerakkan tubuhnya agar ia bisa berpindah ke kursi roda yang berada tepat di sisi ranjangnya, namun Briana dengan tenang seperti biasa membantunya.
Will menatap wajah Briana yang tampak sayu.
Matanya sembab, dan William tau, itu adalah bekas tangisan wanita itu semalam.“Bagaimana harimu kemarin” suara Briana masih terdengar serak dan diam-diam dia bersyukur kalau William tampaknya tak tertarik dengan perubahan kondisinya pagi ini.
“Baik, aku, Dad dan Mom mengobrol banyak dengan dokter Ridwan” jawab William.
“Kau bisa meninggalkanku” lanjut Will ketika mereka sampai di depan wastafel yang sudah di desain khusus agar William tidak kesusahan.
Walau sedikit ragu, akhirnya Briana mengangguk dan meninggalkan pria itu.***
Willian menatap punggung Briana yang hanya mengenakan kaos tipis, selama ini Will tak pernah tertarik dengan wanita selain Olive, apalagi setelah kepergian Olive.
Namun setelah mendengar teriakan Briana malam itu, dia sedikit terusik.
Rasa penasarannya muncul ke permukaan begitu saja.
“Briana” panggil William.
Wanita itu menoleh padanya sesaat, memberikan senyum yang menyenangkan walau tampak tak seperti biasanya.
“Maaf sebelumnya, tapi semalam aku mendengarmu menangis” William dapat melihat dengan jelas, Briana yang awalnya tengah mengaduk adonan pancake langsung terhenti.
Briana sama sekali tak berani menolah.
Dan pada akhirnya Will akan penasaran dengan perubahan sikap Briana, apalagi ekspresi wajahnya yang berpendar sendu begitu ketara.
“Maaf, mungkin pertanyaanku membuatmu tidak nyaman” mendadak William menyesal karena bersikap lancang menanyakan hal yang bersifat pribadi pada wanita itu.“Tidak… em, Will…. Aku hanya tidak siap untuk menceritakannya” sanggah Briana langsung.
Briana hanya tak ingin membuat suasana canggung karena mereka akan selalu bersama setiap waktu.
“Ya… kau berhak menyimpannya, Briana. Aku hanya bertanya” kata Will sambil terkekeh canggung, dia belum pernah sepenasaran ini pada kehidupan orang lain sebelumnya.
“Selamat pagi” sapa Rey ceria seperti biasanya, pria itu selalu berpenampilan menarik, apalagi wajahnya yang tak bisa di katakan jelek selalu menarik perhatian kaum hawa.
“Pagi Rey” balas Will yang penuh syukur ketika tanpa di duga Rey sudah datang seperti pagi-pagi sebelumnya.
“Siap untuk keluar hari ini boss?” Tanya Rey.
Will tersenyum lebar.“Tentu, tapi kita harus sarapan terlebih dahulu”
“Kalian ada acara mau keluar?”
“Seperti yang kau katakan, Briana. Aku butuh sinar matahari.”
------
Selamat malam minggu
Happy Reading and enjoyyy
KAMU SEDANG MEMBACA
BRIANA ✔
ChickLitMasa lalu adalah Momok menakutkan bagiku. -Briana- ----------------------------------------- Start : 1 Februari 2019 Fin : 3 April 2019