BRIANA - 15

7.1K 942 15
                                    

"Briana, aku boleh menanyakan sesuatu?” Tanya William ketika hanya tingal kami berdua di dalam apartemen ini, langit sudah menggelap pertanda malam sudah tiba.

“Tanyakanlah” kataku sambil mememberikan segelas jus jambu untuknya, William menerimanya dengan senang hati.

“Kenapa suamimu meninggal? Maksudku, peyebabnya” tubuhku yang hampir ku hempaskan pada sofa mendadak terhenti, pasti posisi tubuhnya terlihat aneh sekarang.

Aku berusaha menghempas rasa tidak nyaman dalam hatiku, dan kemudian melanjutkan niat awal untuk duduk di sisinya, menonton televise yang sudah menyala sejak tadi.

“Kecelakaan beruntun, 5 tahun lalu, dia terjepit dan tak bisa di selamatkan” aku menghela nafasku ketika aku mampu mengatakan hal itu dengan begitu lancar dan tenang, seolah hal itu sudah tidak begitu mengganggunya.

“Olive juga terjepit, truk menabrak bagian bagian penumpang dengan sangat keras” aku melirik wajah William, namun yang terlihat hanya bagian samping wajahnya.

Struktur wajahnya begitu kokoh dan tajam, ekspresinya begitu datar, mungkin Will masih merasakan rasa kehilangan yang cukup besar.

“Kenapa kau memilih menceritakannya padaku?” tanyaku padanya, dan dia menoleh.
Sehari ini sudah 2 kali mata kami bertemu dengan intens walau hanya sepersekian detik, aku merasakan keintiman yang begitu kuat ketika pandangan kami bertemu.

“Mungkin karena aku merasa memiliki nasib yang sama denganmu” akhirnya William menggedikkan bahunya pelan, bersikap santai di depanku, lalu mulai meminum jus jambu yang tadi ku ambilkan.

Kalau aku boleh menebak, Will sedang menyembunyikan kegusarannya dengan meminum jus miliknya.

***

“Pelan Will, kau tak boleh terlalu bernafsu”
Aku memapah tubuh besarnya yang sangat kontras perbedaannya dengan tubuhku yang jauh lebih kecil darinya.

Kakinya selangkah bergerak, di ikuti dengan langkah-langkah berikutnya.

Dokter Ridwan mengatakan kalau Will boleh mulai mencoba berjalan sendiri di apartemen di bawah pengawasan tentunya.

Nafasnya mulai terdengar terengah di telingaku.

“Kita harus berhenti Will, kau tak boleh memaksakannya” aku segera mewantiwanti William, namun dengan keras pria itu menolak dan mengatakan kalau dia belum lelah.

“Will” aku menjerit tertahan ketika Kaki William sudah mulai bergetar karena kelelahan, beruntung aku sudah mencapai sandaran sofa dan kami tidak terjatuh.

Will memiliki tubuh yang besar, dan jika dia tak bisa menopang tubuhnya dengan benar, aku tak akan mampu membuatnya berdiri.

Setelah membuatnya kembali duduk di kursi rodanya, aku menatapnya dengan tajam seraya berkacak pinggang berdiri di depannya.

Dia mendongak menatap wajahku, aku yang sudah terlanjur kesal menghiraukan jantungku yang mulai berdebar tidak nyaman.

“Kau tidak boleh memaksakan dirimu, Will. Kau harus tau batasanmu” aku berkata denan suara yang cukup keras padanya, persetan dengan atasan dan bawahan, persetan dengan keluarganya yang menggajiku, aku berhak atas kesembuhannya.

“Aku ingin cepat sembuh, Ana” nada suaranya terdenar jengkel, dan aku baru menyadari kalau William memanggilku ‘Ana’, sementara dia tak pernah memanggilku dengan nama itu selama ini, dia selalu memanggil namaku secara lengkap, Briana.

“Aku tau, aku menginginkan kesembuhanmu, keluargamu, orang-orang yang menyayangimu, semua menginginkan kesembuhanmu, tapi kau harus melakukannya secara perlahan William, kau bukan manusia yang memiliki kekuatan super yang bisa dalam sekejap menyembuhkan dirimu sendiri” aku mengomel panjang lebar padanya karena kesal.

Dia hanya memandangku dengan wajah yang… aku tak pernah mengerti ekspresi yang dia tunjukkan.

Bibirnya bergerak seolah ingin mengatakan sesuatu, namun seolah kembali tertelan dan dia kembali mengatupkan bibirnya.

“Aku akan mengambilkan minuman untukmu” setelah puas mengomel, akhirnya aku kembali terfokus pada William, nafas pria itu masih terengah.

“Minumlah” kataku setelah kembali dan menyodorkannya segelas air dingin.

“Briana, kau pernah mengunjungi makam suamimu?” lagi… William bertanya dengan tiba tiba, namun aku mengangguk menjawab pertanyaannya.

“Aku ingin cepat sembuh agar bisa menunjungi makan Olive”

--------
No Edit
Typo = Maaf

Semoga kalian suka part ini.
Happy Reading and enjoyyyyy

BRIANA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang