05

149 25 0
                                        

Satu pesan tiba-tiba saja sampai di dalam benakku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu pesan tiba-tiba saja sampai di dalam benakku.

"Luna, apakah kau ada di sana?"

Aku sangat mengenal suara ini...

Dia, masih hidup?!

"Medusa? Kau masih hidup?!"

Hening selama beberapa saat. Aku menunggunya menjawab dengan sabar meski aku sangat bertanya-tanya dalam hati.

Selama ini, jika Medusa masih hidup, mengapa ia baru mengubungiku saat ini?

"Syukurlah kau bisa menjawabku. Luna, aku memiliki satu perintah untukmu."

"Perintah? Kenapa Medusa? Aku sudah bukan murid ayah lagi! Kenapa kau menghubungiku karena hanya karena hal itu?!"

"Luna. Aku mohon agar kau menurut padaku sekali ini saja. Kau diminta melakukan hal yang sudah direncanakan sejak dulu. Kurasa kau sendiri sudah tahu itu. Saat ini, musuhmu sudah beranjak remaja. Kau diminta untuk mengawasinya."

Mataku membulat sempurna. Musuh?
"Tapi Medusa... aku sudah hidup bahagia di sini. Aku tidak ingin mengingat kembali mengenai hal mengerikan itu."

"Luna. Kau tidak ingin aku memaksamu, kan? Tolong lakukan perintahku. Aku janji, ini perintah terakhir yang kuberikan untukmu."

Aku merasa tertohok dan bersalah. Sepertinya Medusa tidak sedang berada dalam posisi yang baik, terlihat dari cara bicaranya. Aku mengalah, lantas bertanya padanya perihal musuh yang katanya sudah beranjak remaja.

"Baiklah."

"Musuhmu sedang bersekolah di bangku kelas dua sekolah dasar. Kalau aku tak salah hitung, umurmu sekarang 17 tahun, kan? Ini saatnya untukmu untuk melatih kembali kekuatan yang kau punya."

Aku memutar bola mata. Jadi musuhku sembilan tahun lebih muda dariku. Oh tolonglah, haruskah aku menyamar dan belajar bersama anak sekolah dasar? Selama itu, hanya demi mengawasinya?

"Luna, waktuku tidak banyak. Ia tinggal di bagian timur kota tempatmu tinggal. Namanya Catherine Anastasya. Carilah informasi mengenainya di sana."

***

Aku menapakkan kedua kakiku di koridor sekolah dasar. Kedua kakiku mengikuti langkah seorang guru yang tinggi semampai--wali kelasku.

Beberapa saat kemudian, ia berhenti di depan sebuah kelas. Tanpa berpikir dua kali, aku sudah bisa menebak bahwa kelas itu adalah kelasku.
Aku mengikuti wali kelasku yang bernama miss Berta itu memasuki kelas.

"Selamat pagi anak-anak. Hari ini kalian kedatangan murid baru. Silakan perkenalkan dirimu," ujarnya sambil mempersilakanku untuk berkenalan di depan 'bocah-bocah' ini.

Aku berdehem dan berusaha mengatur suaraku agar terdengar seperti suara 'anak-anak' alih-alih suara bernada tinggi yang terdengar dipaksakan.

"Perkenalkan namaku Silvi Rexiana. Kalian bisa memanggilku Silvi. Salam kenal semuanya," ucapku riang sambil bergaya layaknya anak yang ceria.

POM #1.5 Lunaria Evil [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang