Aku telah berada di tingkat empat dalam kurun waktu sebulan. Banyak yang memuji, banyak pula yang berperilaku aneh.
Mungkin, mereka takut padaku. Terutama teman sekamarku, Tata.
Seperti yang sudah pernah kuceritakan, ia adalah gadis campuran sepertiku. Ia adalah keturunan dari manusia dan penyihir. Itulah sebabnya, aku memanfaatkannya sebagai tameng di antara banyak penyihir lainnya.
Berbeda dengan dunia manusia, sosokku di akademi sihir ini begitu dihormati sekaligus ditakuti. Aku merupakan sosok yang tegas juga kejam. Aku tak segan untuk menyakiti siapa saja yang menggangguku dengan kekuatan sihirku.
Terdengar kejam, tapi aku sudah tidak peduli.
Aku melangkah memasuki ruang guru dan mencari miss Phina. Pagi ini, aku akan berlatih sihir padanya, atau lebih tepatnya ia akan mengajarku tentang materi sihir tingkat 4. Ngomong-ngomong, aku hanya sendiri, karena hanya aku, yang dinyatakan lulus dan naik tingkat terlebih dahulu.
"Selamat pagi, Luna. Melamun di pagi hari, apalagi di ambang pintu ruang guru itu tidak baik lho."
Suara miss Phina mengagetkanku juga membuatku malu secara reflek. Tapi, aku berusaha untuk mengatur wajahku agar terlihat biasa-biasa saja. Kaku, datar, dingin, bahkan cenderung mengerikan.
"Selamat pagi juga, Miss."
Miss Phina menatapku sambil menilai penampilanku.
"Kau hebat. Dalam waktu satu bukan, kau sudah bisa memasuki tingkat 4. Kau memang berbakat. Luar biasa!"
Aku tersenyum tipis mendengar perkataannya lantas menjawab, "Saya tidak berbakat. Saya hanya mengikuti pelajaran sihir dengan baik."
Diam-diam, dalam hati aku ingin mengumpat perkataan penuh kebohongan itu. Ayolah, ini bukan bakat! Aku bahkan telah mendapatkan kekuatan sihirku saat berumur lima tahun! Itu pun juga dilatih keras oleh ayah. Bagaimana bisa aku tak mahir menggunakan sihirku sendiri?!
"Wah jangan merendah begitu. Kau harus membuka matamu dan menerima kenyataan dalam hatimu. Terima saja kenyataannya. Kau memang berbakat, aku jamin itu," balasnya yang membuat debat batinku terhenti.
Aku menghela napas lalu mengangguk.
"Baiklah, kalau begitu kita akan berlatih di area terbuka. Persiapkan dirimu."
***
Aku menahan tanganku yang bergetar akibat serangan yang diberikan miss Phina. Ia menebaskan pedangnya dengan cepat dan hanya bisa kutangkis tanpa ada kesempatan untuk menyerang balik.
Aku berkelit dan berusaha untuk menjaga jarak darinya. Rupanya, miss Phina memiliki keahlian yang cukup baik dalam menyerang jarak dekat.
Sial, aku tidak begitu mahir untuk melawan menggunakan senjata. Sedangkan miss Phina, ia bahkan belum menggunakan sihirnya sama sekali. Aku dibuat kewalahan, karena untuk mengeluarkan sihir, membutuhkan proses yang lebih lama dibandingkan mengayunkan sebuah pedang untuk menangkis serangan-serangannya.
Aku sempat terpukul mundur karena serangannya yang tidak mampu kutahan. Tenaganya begitu kuat, sehingga aku tak lagi mampu menahan serangannya yang bertubi-tubi itu.
Ia berhenti menyerang, membiarkanku duduk di antara rerumputan sambil mengusap peluh dan mengatur napas.
"Mulai sekarang, kau harus membiasakan diri untuk berlatih teknik penyerangan juga pertahanan diri. Kau akan naik tingkat saat berhasil menguasai teknik dasar pertahanan diri dan mendapatkan partnermu."
"Apa tidak apa kalau tidak memiliki partner?"
Miss Phina mengerutkan keningnya. "
Boleh saja. Tapi dengan satu syarat. Kau harus menbuktikan kalau kau memiliki kekuatan yang besar yang bisa melindungi dirimu walau tak memiliki partner."Aku mengubah batu kerikil menjadi sebuah pedang dan menyerang miss Phina secara mendadak. Di luar dugaanku, miss Phina menyadari serangan itu dan menangkis seranganku dengan mudahnya.
Aku mundur beberapa langkah dan menatapnya ngeri.
"Jangan menatapku seperti itu. Kau terlalu gegabah, sehingga pergerakanmu menimbulkan suara. Kau harus lebih memerhatikan keadaan sekitarmu juga. Kapan kau bisa menyerang, kapan kau mempertahankan diri."
Ia melesat secara tiba-tiba sampai ujung pedangnya berhasil menggores pipiku.
Semudah itu?
"Seperti yang baru saja kulakukan. Kau melamun dan itu merupakan kesempatan emas bagiku untuk menyerang."
Aku menggeram dan mencoba bangkit.
Kali ini, aku akan menbuktikan hasil latihanku selama ini. Tak akan kubiarkan kekejaman ayah dan kebaikan hati Medusa saat mengajarku tak menghasilkan apa-apa.
Aku kembali menyerang, kali ini dengan tipuan. Aku menyerang ke arahnya dan ia akan menahan serangan tersebut. Di saat seperti itulah, aku melesat melewatinya dan membuat serangan pertahanan dirinya mengenai udara kosong. Sedangkan, pedangku dengan bebas bisa menyerangnya dari belakang. Tapi, miss Phina bisa menyadari gerakanku. Ia berkelit dan berhasil menghindari seranganku.
Aku menggunakan sedikit sihirku untuk menciptakan badai kecil yang membuat penglihatannya terganggu akibat daun kering dan tanah yang berterbangan. Segera saja aku melesat dan menorehkan sebuah luka di lengannya.
Tak kusangka, dalam keadaan seperti itu ia masih bisa balik menyerang dengan cepat. Aku lengah, karena mengira ia telah terkejut atas luka yang didapatkannya oleh seranganku. Tapi, kenyataannya aku terlalu sombong dan meremehkan. Aku, kembali mendapat luka akibat kecerobohanku sendiri.
Kami berhenti saling menyerang saat aku semakin terpojokkan olehnya.
"Luka-lukamu menutup dengan cepat. Itu mungkin sebuah kelebihan yang bisa menyelamatkanmu. Tapi, kau harus banyak belajar bagaimana caranya menyikapi musuhmu. Apa ia cepat tanggap? Apa ia penyerang jarah jauh? Penyerang jarak dekat? Temukan kelemahannya, dengan begitu, kau akan menang."
Aku yang terduduk di atas rerumputan hanya bisa terdiam. Kata-kata yang ia ucapkan bergema dalam benakku.
Temukan kelemahannya, dengan begitu, kau akan menang.
************************************
Published : 8 Maret 2019Hai~ kembali lagi ehe :3
Semoga kalian tidak bosan menunggu ya. Sebenarnya aku mau minta maaf karena pikiranku terpecah menjadi beberapa bagian sehingga aku sendiri kurang mendapat feelnya hehe.
Jadi ya begitulah hehe
See u next week~
KAMU SEDANG MEMBACA
POM #1.5 Lunaria Evil [HIATUS]
FantasiCover by @Smalltown6 Piece of Magic series 1.5 Namaku Lunaria. Sebuah nama yang indah, untukku yang terlahir saat bulan purnama. Meski begitu, takdir hidupku tak seindah namaku. Semua orang membenciku dan aku pun sering melakukan hal-hal buruk, yan...