KASUS ATTA

679 160 135
                                    

Jam istirahat pertama di buat heboh oleh pak yuda. Guru paruh baya itu tengah menggendong salah seorang siswa yang tak sadarkan diri ke ruang UKS.

Setelah membaringkannya di ruang uks, pak yuda mempercepat langkahnya menuju ruang BK. Kedua tangannya mengepal di sertai getaran yang se-dari tadi bersama siswa pingsan itu. Lumuran di sekujur wajahnya mengalirkan darah segar.

Selama beliau mengajar di sekolah ini, ia tidak pernah menemukan kejadian yang separah ini. Jika saja dirinya datang terlambat, mungkin siswa yang ia bawa tadi akan tewas.

Pak yuda berjalan masuk ke ruang BK tanpa mengucapkan salam. Mungkin ia sudah sangat gemas dengan anak yang saat ini duduk di hadapan bu Sri.

Bu Sri dan Atta menoleh ke belakang. Melihat sosok pak yuda yang berjalan mendekat.

PPPRRAAAKKK….!

Temparan keras langsung melesat di pipi kiri atta. Bu Sri tampak kaget. Membuat mulutnya seperti huruf “O” dan di tutupi dengan telapak tangannya.

“Kamu lagi yang bikin ulah.” Geram pak yuda dengan suara keras.

Atta hanya diam, memegangi pipinya yang begitu keras di tampar oleh pak yuda. “Kamu saya skors satu bulan.”

Pak yuda kembali keluar ruangan. Entah kemana ia sekarang. Tubuhnya masih terus bergetar hebat.

***

Atta berjalan masuk ke dalam kelas. Mengambil tas-nya, lalu pergi begitu saja.

Iqbal, kawan dekat atta berusaha menghentikan langkah pria jangkung itu untuk meninggalkan kelas.

“Minggir!” Kata atta dengan dinginnya.

“Lo kenapa sih? Semakin hari tingkah lo itu semakin aneh aja?” Tanya iqbal.

Atta mengangguk, berlagak seperti orang paham. Iqbal mengerutkan dahinya tak mengerti.

BRUUGHHH

Pukulan keras di layangkan oleh atta. Jika saja iqbal tidak memegangi kozen pintu, mungkin ia sudah jatuh ke lantai. Semua orang hanya menatap iqbal miris, tak berani menolong jika masih ada atta di sana

“Jangan halangi gue!” dingin dan tak bersahabat. Seperti itulah gambaran yang keluar dari mulut atta.

Sudah menjadi rahasia publik kalau iqbal selalu di pukul oleh atta. Tapi bagi iqbal sendiri itu tidak masalah, karena persahabatan bukan sekedar tempat untuk bersenang-senang daong.

Baru saja lima langkah pria itu keluar dari kelas, ia kembali di seret ke ruang kepala sekolah oleh pria gendut dengan kacamata lensa. Pria itu kira-kira berusia 50an.

Atta tau siapa bapak itu, ia adalah orang tua Ari. Siswa yang di buat babak belur oleh atta.

***

“Saya ingin dia di keluarkan dari sekolah ini!” tegas pria berbadan besar itu.

Pak budi diam sejenak, menatap atta dengan tatapan kecewa.

“Tenang dulu pak.” Pinta pak budi pelan. “Ini hanya masalah anak remaja, jadi tidak usah di perkeruh. Kita cari jalan damainya saja. Itu lebih baik.”

Praak…!

Bapak berkacamata itu memukul meja dengan kuat, membuat vas bungan berukuran kecil itu terjatuh. Atta sendiri hanya bertingkah layaknya orang bodoh yang sedang memainkan kuku jarinya. Jika benar ia di keluarkan, itu tidak masalah.

Pak budi menelan ludahnya susah payah. Ia tahu orang yang di hadapannya saat ini sudah marah besar karena anaknya yang terluka parah, tapi di sisi lain, atta adalah genius SMA Harapan. Meski terkenal bad boy.

ARASANTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang