Budayakan vote dan komen, selagi gratis. Buat penyemangat nulis, dan komen buat motivasi.
***********************************
“Ra, Pakai helmnya!” suruh Atta, memberikan salah satu helm yang berada di jok motor Sport merahnya.
Ara kembali mengangguk.Gadis ini benar-benar aneh, sejak masuk ke pekarangan rumah Atta, dia lebih banyak mengangguk, dan menuruti keinginan Atta.
“Buruan Naik!”
***
Di perjalanan pulang nyaris tidak ada komunikasi apapun antara Atta dan Ara, sepasang manusia berjiwa dingin itu kembali menunjukan siapa diri mereka.
Duuuh… brengsek, si Ara pakai acara diem-diem segala lagi. Keluh Atta dalam hati.
“Ta, di lampu merah belok kiri ya.” ucap Ara. “Oiya, nanti lurus aja, ketemu perumahan Arga Jaya, lo masuk ke sana aja, gue tinggal di sana.”
Atta mengangguk paham, kaki kirinya semakin lincak menginjak tuas porseneling motor merah yang sedang dibawanya, mempercepat laju motor tersebut, hingga Atta tak menyadari jika gadis di belakangnya sudah sangat pucah melihat gaya Atta membawa motor, BENAR-BENAR GILA!
Ara hanya bisa memicingkan matanya di punggung Atta, memeluk tubuh lelaki dihadapannya itu dengan sangat erat, sambil berkata, “Ta, Pelan-pelan dong. Gue takut, Ta!” Apalah daya, suara Ara tak bisa di dengar oleh Atta, jalanan yang berisik juga kecepatan laju motor membuat suara Ara semakin samar-samar tak terdengar.
Sesampainya di perumahan Arga Jaya, Atta baru menyadari kalau dia sedang bersama Ara. Sesekali Atta melihat ke kaca spion motornya, tapi ia tidak bisa melihat wajah gadis itu, Ara masih saja bersembunyi di balik punggung Atta, tangannya juga masih sama eratnya memeluk tubuh Atta dengan yang sebelumnya, meski lelaki itu sudah menurunkan kecepatan motornya.
“Ra, Rumah lo yang mana? Kok diem aja dari tadi?” Tanya Atta dengan hati-hati.
Tidak ada respon dari Ara, membuat Atta harus benar-benar menghentikan laju motornya. Atta juga baru menyadari kalau baju di bagian punggungnya sudah basah.
Disini Atta tidak bisa berbuat apa-apa, dia hanya bisa diam, sampai Ara benar-benar mau buka suara.
Drrrtttt…. Drrrttt…. Drrrttt….
Dengan hati-hati Atta mengeluarkan hape dari saku celanya. Telfon masuk dari nomor yang tak di kenal. Atta hanya menatap nomor itu dengan tatapan iba, ia merasa kasihan dengan pemilik nomor tersebut.
Maaf Fans, gue lagi ga bisa di ganggu. Atta membatin, menekan tombol merah tanpa rasa penasaran dengan pemilik nomor tersebut.
Secara perlahan dan dengan sangat hati-hati, tangan kanan Atta mulai menyentuh punggung tangan Ara, menggenggam tangan gadis itu yang sudah dingin layaknya manusia tak bernyawa. “Lo ketakutan Ya, Ra? Maaf!” Pelan dan sangat hati-hati.
Ara tidak menjawab dengan lisan pertanyaan dari Atta, gadis itu hanya memberikan gesekan naik-turun di punggung Atta, menandakan jawaban “Iya” dia benar-benar ketakutan.
Drrrtt…Drrttt….Drrtt….
Atta kembali menoleh ke layar ponselnya, sebuah pesan masuk dari nomor yang menelfonnya tadi.
“Ini gue kevin. Telfon balik gue, Ta.” bunyi pesan singkat di telfon Atta.
Atta tak membalas pesan dari kevin, membiarkan pesan itu hilang dimakan hama. Kini yang ada di pikirannya adalah bagaimana cara membujuk Ara untuk tidak menangis lagi.
“Eh, Ra, tadi pagi gimana bahas soalnya sama Bu Hilda” Tanya Atta mencoba mencari suasana baru, membuat topik pembicaraan, mencoba menghilangkan ketakutan yang ada pada Ara.
“Ngak jadi.”
“Kenapa? Bu Hilda sibuk?”
“Karena ngak ada lo. Bu Hilda bilang harus ada lo, baru pembahasan materinya dimulai lagi.”
Atta mengangguk paham. “Maaf ya, gara-gara gue ngak jadi bahas materi.” ucap Atta penuh sesal.
“Ngak apa-apa.” tampak dari kaca spion wajah Ara sudah jauh dari punggung Atta, tapi tangannya masih memeluk kuat. Atta hanya bisa tersenyum, karena memang Atta ingin dekat dengan gadis ini. “Makasih ya makanannya tadi. Gue suka masakannya.”
“Boleh sih suka sama masakannya si bundo, asal….”
“Asal apa, Ta?”
“Asal lo senyum. Gue mau lo senyum, senyum lo itu manis, Ra.” Jawab Atta. Sontak terukir sebuah senyum dari bibir Ara. Senyum yang begitu tulus, senyum terindah dari Ara yang pertama kali di lihat Atta.
“Kalau manis ntar, malah diabetes lo.” ucap Ara tak mau kalah dengan gombalan Atta. Senyum yang indah, mulut yang menghasilkan tawa, itulah yang ingin di lihat Atta. “Gue suka lo yang gini, dari pada minggu lalu, jutek banget. Kesal gue.” kata Atta jujur.
“Gue emang dasarnya gitu. Lo harus terima apa adanya.” Atta tersenyum mendengar kalimat Ara, itu seperti tantangan yang secara tak langsung yang di berikan oleh Ara, dan Atta menyadari itu.
“Gue dengan senang hati terima sikap lo, mau yang jutek ataupun yang suka tawa, gue ga peduli, yang gue pedulikan adalah, lo harus selalu tersenyum saat di dekat gue.” Ucap Atta tegas dengan senyum kebahagiaan yang tak bisa lagi di tutupkan. Begitupun dengan Ara yang juga tersenyum-terseyum sedari tadi.
“Do’akan saja, Ta.” jawab Ara cengengesan. Memperlihatkan gigi putih rapinya.
“Yaudah, sekarang rumah lo yang mana? Kita udah di perumahan Arga Jaya nih.” tanya Atta yang kembali menyalakan motornya.
“Lurus Aja, Ta. Ntar ada rumah warna biru, pagarnya hitam. Ga besar kayak rumah lo si.”
“Iyeee... gue liatin satu-satu kok rumahnya biar ga lewat.”
“Hehee… ga gitu, Ta. Jangan ngebut ya, gue takut.” Pesan Ara lirih.
“Iyaa…!
Tidak berapa lama, Ara kembali mengisyaratkan Atta untuk memperlambat lagi laju motornya, dan berhenti.
“Ta, Gue masuk dulu ya.”
Satu alis mata Atta terangkat. “Lo ngak tawarin gue masuk gitu?”
Ara tersenyum tipis. “Sayangnya, gue lagi ngak tertarik nawarin lo.” jawab Ara dengan suara jahatnya. “Gue masuk dulu!” lanjut Ara yang pergi begitu saja. ANEH!
Atta tersenyum sinis. “Untung gue suka sama lo, Ra. Kalau ga, udah gue buang lo di got.” Umpat Atta pelan.
***
Sesampai dikamar Ara langsung menghempaskan tubuhnya ke ranjang, pipi yang memerah, senyum yang terus terukir, serta pikirannya hanya fokus terpaku pada satu arah, ATTA. gadis cantik yang selalu memuat orang salah tingkah di hadapannya, kini malah justru sebaliknya.
“Gue harap lo ngak ngecewain gue, Ta.”
************************************
Terima kasih buat temat-teman yang terus beri dukungan buat cerita aku ini. Makasih banget teman-teman.
Vote and komen selalu ya.
Arenatta. 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
ARASANTI
RomanceAtta, murid baru yang semakin heran dengan sekolahnya ini. bukan hanya sekolahnya saja, tapi juga siswanya. salah satunya ara. sikap dingin ara semakin biadap dengan cara menjatuhkan harga diri orang lain. atta semakin tertantang untuk mendapatkan...