DIBALIK TOPENG

152 59 19
                                    

Budayakan vote dan komen ya teman-teman. Ingat vote dam komen free, ngak ada biaya Rp 1 pun. Hanya kuota kok yang diambil. Dikit juga kok. Hehe

*****************************

Didalam gedung yang kumuh dan berdebu itu kini selalu di-isi oleh delapan pemuda, berkumpul, mengadakan diskusi untuk menghancurkan Atta. Jangankan menghancurkan, membunuhnya pun mereka tidak segan.

Salah satu dari tujuh orang yang tengah duduk dilantai itu berdiri. Dia adalah Iqbal, Sahabat Atta. Dia berjalan dengan santai, membawa gulungan kertas, lalu diberikan kepada salah seorang yang tengah duduk diatas meja.

"Ini bukti kalau Atta bakalan ikut gabung dalam olimpiade kali ini." ucap Iqbal.

Laki-laki yang duduk diatas meja itu langsung menerima kertas yang diberikan oleh Iqbal. Dia adalah Ari, Manusia yang nyaris mati ditangan Atta.

Ari mengangguk-angguk seraya terus melihat peserta lomba yang dikirim oleh SMA V-Nex. Disana bukan ada Atta sendirian, melainkan ada sosok gadis yang menjadi partner Atta.

"Cewek ini yang pulang bersama Atta kemarinkan?" Tanya Ari, dan langsung dianggukan oleh Iqbal.

"Pacar-nya?"

"Gue belum dapat informasi pasti, tapi kata orang kenalan gue disana, mereka sedang dekat." jawab Iqbal.

"Bagus! Jika kita tidak bisa menghancurkannya secara langsung, Maka gadis ini yang akan membantu kita." Ucap Ari, lalu tertawa dengan puasnya

***

Disebuah kaffe kopi yang cukup terkenal dikalangan anak remaja jakarta, Kevin dan Atta mampir hanya sekedar minum kopi sambil ngobrol santai. Setengah jam telah berlalu, dan kopi mereka pesan juga sudah habis, hanya meninggal korek dan kotak rokok yang masih tergeletak diatas meja.

Tanpa permisi lelaki kurus yang rambutnya tidak pernah disisir itu langsung mengambil sebatang rokok dari kotaknya. Membakar, menghisap, kemudian menghasilkan asap yang keluar dari mulutnya.

"Gimana penghasilan lu?" Tanya Atta.

"Penghasilan apaan?" Tanya kevin balik. Pertanyaan Atta sangat ambigu bagi dirinya.

"Penghasilan selama lu ngemis di sekolah." jawab Atta cengengesan.

"Itu bukan ngemis bego, tapi malak." jawab kevin kesal. "Lumayanlah," jawabnya sambil ikut membakar batang rokok dimulutnya.

Percakapan singkat itu terhenti karena hape Atta yang berbunyi dari dalam saku celananya. Atta mengeluarkan Hapenya, dan tertulis Nama si penelfon, IQBAL.

Setelah mengangkat telfon dari Iqbal, Atta memberi tahu Kevin kalau sahabatnya akan ikut gabung disini. Kevin mengangguk, meng-iyakan ucapan dari Atta.

Pintu kaffe selalu terbuka, ada yang masuk untuk sekedar minum dan ada yang keluar karena telah berlama-lama duduk didalam kaffe sambil menikmati Wi-Fi yang telah disediakan.

"Sorry yah lama," ucap seseorang dari samping dan kemudian bergabung bersama Atta dan Kevin.

"Kelamaan lu, nyet. Udah dua jam lebih gue nungguin." jawab Atta mengada-ada. "Eh, kenalin nih, kawan gue. Namanya Kevin."

Kevin tersenyum. "Kevin," ucap Kevin yang lebih dulu menjulurkan tangannya. "Iqbal. Sahabat Atta." jawab Iqbal dengan jelas. Kevin hanya menganggu dan terus mengamati tingkah laki-laki yang tengah bersalaman dengan dirinya.

"Eh, Ta. Kapan kita ngumpul lagi nih? Udah kangen gue sama Jo sama Bram." Tanya Iqbal girang.

"Belum bisa gue pastiin sih. Gue lagi sibuk!" jelas Atta.

Karena malesnya jadi nyamuk diantara dua sahabat ini, Kevin langsung melihat ke arah jam tangannya, sudah pukul 18:10. Ia langsung menyandang tasnya yang hanya berisikan satu buku saja.

"Bro, gue cabut dulu. Ada rapat!" jelas Kevin berdiri dari bangkunya dan siap untuk pergi.

Atta mengangguk, karena Atta tau setiap manusia itu pasti ada kesibukan. Ia juga tidak ingin mengekang Kevin untuk berdiam lebih lama bersamanya.

"Oiya, Ta. Hati-hati ya!" ucap Kevin kemudian pergi begitu saja.

***

Didalam kamar, Atta duduk dimeja belajarnya, memikirkan apa maksud dari Kevin tadi. "Hati-hati ya?" seharusnya kalimat itu yang Atta ucapkan kepada dirinya, tapi ini malah terbalik.

Atta mengambil ponselnya yang terletak dimeja belajarnya. Mengetik sebuah pesan digrup yang khusus ia buat hanya berisikan dirinya, Bram, dan Joe.

Atta : Malamku sepi bagaikan anak itik yang kehilangan kambing betina :v

Tak berapa lama, Bram dan Joe-pun ikut mengomentari pesan Atta yang SUPER GAJE!

Bram : Si Ibnu suka main Tantan
Kalau sepi chat aja mantan!

Joe : Idiih.... suka chatan sama. mantan :v cari yang baru sono!

Bram : Yang baru bisa dicari, tapi kenangan yang lama susah dilupakan. Asik...!

Joe : Mantul! Dari siapa lu bisa merangkai kata-kata kayak gini?

Atta : Ya dari gue lah, Jo. Masa dari si Tira. Kalau dari tira mah bukan diajarin merangkai kata, tapi cara merangkai lemak didalam tubuh. Hahahaha

Atta : Beli itik didalam goa
Ada yang tau nomor ara?

Joe : 80jt buat nomor tuan putri :v

Bram : idih... gue ngak minta uang lu, Ta. Gue cuma butuh ginjal lu, buat dijual :v

Atta : Brengsek -_-, Ntar ngak gue kasih tau jawaban pas ulangan mampus kalian. Hahaha

Bram : 0812-3456-****

Atta : Awas kalau salah, gue bakar semua motor yang lu jagain dirumah makan padang

Joe : Siap! Asal jangan motor yang di kaffe gue

Atta langsung menelfon nomor yang telah diberikan oleh Bram, dan tanpa memperdulikan grup yang kini ia tinggalkan. Kini ia fokus menelfon tuan putrinya, Nadiva Aransati.

Panggil pertama tidak diangkat oleh Ara, panggilan kedua, ketiga sama sekali tidak diangkat oleh Ara. Atta mencoba terus menghubunginya, tapi semuanya nihil. Dih, sok ngartis gaya lu! Cantik kagak, jelek iya. Cibir Atta dalam hati.

Terkadang cinta bisa membuat orang gila, membuat orang lupa akan waktu, dan bahkan bisa membuat orang itu lupa dengan lingkungannya. Berbeda lain hal jika seseorang bisa mengontrol ke-egoisannya itu, yang masih peduli dengan lingkungannya, akan waktu, dan itu kini mustahil untuk didapat.

Karena seratus panggilannya tidak pernah diangkat sekalipun oleh Ara, akhirnya pria tampan itu tertidur lelap dimeja belajarnya. Alis yang tebal, rahang yang tercetak sempurna serta jiwa yang tenang membuat dia tetap menjadi lelaki tertampan didunia meski sedang tertidur. Sungguh tuhan membuat lelaki yang tengah tertidur itu tanpa cacat fisik.

*****************************

Terimakasih telah membaca ARASANTI, ikuti terus kisahnya sampai Tamat ya kawan-kawan.

Salam Arenatta!

ARASANTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang