Udah vote belum nih Arasanti? Vote dan komen gratis kok. Kalau ada yang minta bayaran, chat aja aku. Ok! 😘😘
***
Perlahan tapi pasti, begitulah kondisi langkah atta saat ini. Baru saja tubuh jangkung atta memasuki kantin, sebuah senyum sinis langsung menyambutnya. Ya itu senyuman dari ara. Gadis itu sudah menyadari kedatangan atta.
Atta menghela nafas berat. Ia sudah tidak peduli lagi dengan ocehan dari ara nantinya.
“Mas, pesan mi ayam ya!” pesan atta.
“Iyaa den.”
Setelah memesan makanan, atta langsung duduk di dekat jo dan bram.
Mereka tentu tidak terkejut lagi dengan kedatangan atta, sebab kondisi perut mereka yang sama-sama kosong.Sesekali atta menoleh ke meja ara, gadis itu terlihat masih duduk di sana dengan raut wajah yang tenang dan datar. Sesekali ia memberikan senyum tipisnya pada atta. Senyum yang nyaris tak terlihat.
“Ara!” sapa seseorang. Suaranya sangat lantang, membuat si penyapa menjadi sorotan semua orang. Termasuk atta.
Ara hanya menoleh. Wajah datarnya membuat atta geram di ujung sana. Gadis itu benar-benar tidak punya hati. Beda halnya dengan atta yang hanya berpura-pura menjadi cowok dingin dan kalem.
“Gue mau ngomong sama lo.” lanjut pria itu. Dia adalah denis, atlet sepak bola yang paling kece di SMA ini.
“Ngomong aja.” jawab ara dingin.
Anes yang sadar akan posisinya saat ini beranjak dari mejanya ke arah bram. Soalnya bangku di sana masih bisa di muatin dua orang lagi.
Tiba-tiba saja denis berlutut di samping ara, membuat gadis itu harus merubah posisinya menghadap denis.
“NADIVA ARASANTI, MAU NGAK LO JADI PACAR GUE.” ucap denis sambil memberikan seikat bunga. Entah dari mana bunga itu berasal, soalnya tadi kedua tangannya terayun begitu saja tanpa memegang apapun.
Ara tersenyum sinis. Sudah ia duga, seniornya ini akan menyatakan cintanya dalam waktu dekat.
Keadaan hening sejenak. Ara terus menatap denis, tatapan kosong terpantul menghadap lantai, sedangkan denis kini tengah dag-dig-dug menanti jawaban dari ara. Tapi gadis itu malah belum meresponnya. Membuat denis menjadi kikuk sendiri.
“Ta, Bram, si denis di terima ngak?” tanya joe pelan.
“Ngak kayaknya.” opini bram.
“Menurut gue si, yes!” jawab atta. Tapi tatapannya masih fokus pada satu titik. Ara dan denis.
“Kalau menurut gue sih, pasti di tolak.” ungkap anes tanpa ada yang bertanya padanya.
Dua menit telah berlalu.
Sumpah, si denis udah benar-benar kikuk banget. Kalau gue sih jadi denis mending pergi aja.“Lo nembak gue?” tanya ara dengan bodohnya.
Denis menghela nafas berat. Jika saja gadis di depannya ini bukanlah cewek cantik yang jadi incaran banyak orang, mungkin udah ia gebukin si ara sekarang.
“Iya, ra. Gue nembak lo. Gue suka sama lo.” jelas denis lantang.
Ara mengangguk paham. Kepala ara mulai berputar, menatap ke segala arah. Tampak dengan jelas semua orang menunggu hasil jawabannya. Termasuk penjual tukang nasi goreng, ketoprak, batagor juga menunggu jawaban dari ara.
“Di terima ngak teman-teman?” tanya ara pada siapa saja.
“RA, TERIMA AJA.”
“TERIMA, RA.”
“JANGAN, RA. DIAKAN PLAYBOY.”
“DITERIMA AUTO NYESEL KAMU SAY.”
“TOLAK, RA. LO NGAK SAYANG GUE LAGI?”
Ara tak menghiraukan semua ucapan dari anak-anak yang berada di kantin saat ini. Sebenarnya ia sudah dapat jawabannya, tapi ia hanya ingin mengulur-ulur waktu sedikit saja. Sekitar lima menit itu sudah cukup.
“Yah, kak denis.” ara memelas. “Banyak yang nyuruh ara nolak kakak. Maaf ya.” lanjut ara pergi begitu saja.
Baru tiga meja yang ia lewati, kemudia ia menghentikan langkahnya. Mencari anes.
“Nes, lo yang bayarkan.” tanya ara. “Tuh si curut udah makan soalnya.”
Anes mengangguk. Menatap lekas penunggung ara yang menjauh dari kantin.“Gadis kejam.” desis atta pelan.
matanya masih terpaku menatap denis dengan iba.
Denis berdiri dari tempatnya. Membuat tanda silang pada kedua tangannya. Entah kepada siapa. Mata atta hanya bisa mengikuti kemana kode itu di lempar oleh denis.
Dahi atta semakin berkerut melihat segerombolan anak laki-laki yang tertawa dengan kode-an dari denis. Di antara mereka juga ada yang mengeluarkan duit dari dompertnya dan di bagikanya pada segerombolannya yang lain.
“Mereka taruhan?” tanya atta pelan.
“Iya. Sering gitu kok.” sahut anes. Membuat atta menoleh dengan kening heran.
“Sekolah biadap.”
“Bukan sekolahnya yang biadap. Tapi sebagian siswanya.” jawab bram.
“Kelas yok. Hampir bel nih!” ajak joe.
Semua orang lekas pergi. Atta membayar makanan yang sama sekali belum tersentuh oleh bibirnya. Selera makannya seketika hilang dengan adegan per adegan di sekolah ini.***
Di dalam kelas otak atta tak bisa begitu terfokus pada papan tulis yang telah di coret-coret dan di penuhi angka. Ya, pelajaran matematika.
Kepala atta masih mencerna kejadian tadi. Sifat ara yang terkesan dingin saat awal ia bertemu berubah menjadi seorang perjahat hebat, menurutkan harga diri seseorang dengan waktu kurang dari setengah jam.
“Ta, jawab dong soal yang di papan tulis.” panik bram.
“Iyaa, ta. Bantuin kita napa!” tambah joe.
Tak ada jawaban dari atta. Tatapan ia masih kosong. Pandangannya masih terfokus pada buku petak-petak tanpa terkena tinta sedikitpun.
“ATTA!” teriak joe emosi.
Atta menggeleng-gelengkan kepalanya. Jiwanya yang melayang entah kemana berhasil di tarik kembali ke dalam tubuh atta.
Atta menoleh. “Sifat asli Nadiva arasanti itu gimana sih?” tanya atta tiba-tiba.
Kedua sahabatnya itu saling tatap. Tercetak senyum seketika.
“Lo suka sama dia?” pancing joe.
“Panggilannya ara. Lo naksir ya?” tanya bram sambil terkekeh.
“Ngak. Penasaran aja.” bohong atta.
Sebuah spidol melayang dengan cepatnya mengenai kepala atta. Atta mengiris sambil mengusap-usap kepalanya. Dengan senang hati atta mengambil spidol yang jatuh ke lanti. Kemudian menerbangkannya kembali menuju guru matematika itu.
“Gue hanya tertantang dengan sikap penolakanya tadi.” lanjut atta menjawab pertanyaan sahabatnya. Kemudian keluar kelas begitu saja tanpa di suruh.
Seisi kelas langsung shock dengan sikap atta. Tidak menyangka atta akan melempar balik spidol itu. Dan dalam sejarah murid bandel di SMA V-Nex ini, tidak pernah ada murid yang berani melempar sesuatu ke guru, meskipun guru itu melemparnya.
Dan satu hal lagi yang membuat kelas 2IPS 4 ribut adalah pak adi, guru paling senang memberikan skors kepada murid-murid yang suka membangkang. Apalagi atta yang berstatus murid baru, baru saja melawannya.
************************************
Terima kasih karena masih terus membaca "Arasanti" semoga kalian suka dengan karya saya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARASANTI
RomanceAtta, murid baru yang semakin heran dengan sekolahnya ini. bukan hanya sekolahnya saja, tapi juga siswanya. salah satunya ara. sikap dingin ara semakin biadap dengan cara menjatuhkan harga diri orang lain. atta semakin tertantang untuk mendapatkan...