Selamat membaca!
Eits... Cuma menyarankan untuk tidak lupa memberikan vote dan komen! Free kok, ga bayar.*****************************
Sejak kejadian seminggu yang lalu, kini Ara malah semakin dekat dengan Atta, kemana-mana selalu bersama Atta, Kekantin, ke toko buku, ke perpustakaan, atau hanya sekedar jalan-jalan santai di sore hari.
Meskipun mereka sudah bisa di bilang dekat, tapi Ara masih terus menunjukan sikap dinginnya pada Atta, dan begitupun sebaliknya, Atta masih saja berpura-pura menjadi pria kalem. “Biar Keren.” gitu kata Atta.
Sosok pria dengan wajah penuh lebam berdiri di kelas 2IPA1, membuat kelas yang tadinya ramai akan canda tawa, kini hening seperti tak di huni, kelas yang tadinya banyak cerita, kini hilang hangus terbakar oleh kebisuan.
Semua mata menoleh ke arah pintu masuk, menatap dengan takut pria yang masih terus berdiri dengan wajah keruhnya. Siapa lagi pria itu kalau bukan KEVIN ARGA, preman SMA V-Nex.
Dengan langkah pasti Kevin berjalan, mendekati meja bagian depan, mendekati seorang gadis yang masih asik membaca buku, seorang gadis yang tidak pernah peduli dengan kedatangannya. “Ketemu lagi!” ujar Kevin cengengesan.
Gadis itu hanya menatap kevin tajam, layaknya elang yang siap mencakar mangsanya dari atas langit.
“Lo ngak rindu dengan kehadiran gue gitu, Ra?” tanya kevin dengan pedenya. Kemudian menarik salah satu bangku, lalu mendekatkan pada bangku Ara.
“Mau lo ap---”
Kalimat Ara terhenti karena melihat kehadiran Atta. Atta mencoba mengatur nafasnya setelah sampai di kelas Ara, kelihatannya ia habis berlari. Ada rasa sedikit kaget diraut wajah Atta, dia baru menyadari kalau Kevin juga di sana.
“Eh, lo disini lo Vin,” Ucap Atta. “Ra, ini masakan dari bundo. Cobain deh!” ujarnya sambil memberikan sebuah kota nasi pada Ara.
“Aroma rendang nih.” Ara mencoba menerka. Atta mengangguk sebagai bentuk jawaban “Iya.”
“Kantin dulu yok!” Ajak Ara yang beranjak dari bangkunya. Menarik tangan Atta untuk mengikutinya.
“Vin, Gue duluan ya…!” teriak Atta.
Kevin tak menjawab, raut wajahnya menggambarkan ketidak sukaannya pada Atta. Seisi kelas masih sama sunyinya, tidak berani mencibir semua penolakan dari Ara yang tak langsung diberikan pada Kevin. Mereka hanya berani mengumpat di
dalam hati, mentertawakannya dalam hati, jika mereka bersuara, itu namanya cari mati!***
Di jam istirahat, dimeja sudut pojok kantin sudah di penuhi oleh Atta, Joe, dan Bram. Mereka nampak asik menceritakan bagaimana kenangan mereka dulu di SMP, betapa nakalnya si Atta, dan betapa cengengnya si Iqbal.
“Bro, Bagi Dana Bro!” ucap seseorang. Sepertinya itu anak kelas tiga. Terlihat dari raut wajahnya yang sudah tua dan berserakan. “Buat….” ucapnya menggantung, tapi tangannya seolah memberi kode dengan jari telunjuk dan jari tengah menempel di bibir, lalu di jauhkannya sekitar 10cm.
Bram dan Joe dengan cepat mengeluarkan dompetnya, mencari lembaran uang dua ribu buat sumbangan kecil-kecilan, sedangkan Atta masih bersikap bodo amat dengan pria yang sedang mengemis di sampingnya.
Karena melihat Bram dan Joe akan memberikan uangnya, Atta segera mengambilnya dari tangan Bram dan joe, lalu memasukannya ke kantong celananya.
“Sorry bro! Kalau ngemis jangan jadi siswa, jadi gelandang aja sana.” Ucap Atta dengan nada santai.
Bram dan Joe kaget melihat aksi Atta yang kini menantang, Joe mencoba menyenggol lengan Atta, memberi kode agar Atta memberikan uang itu pada Pria yang berdiri di sampingnya.
Pria itu tersenyum miring, wajahnya sudah nampak geram dengan Atta, Tangannya sudah mengepal kuat, mengeluarkan urat-urat di lengannya, mengumpulkan semua tenaganya di bagian tangan kanannya yang siap memukul siapa saja.
“Dika!…..”
Pria itu menoleh. Itu panggilan dari Kevin.
“Dik, meja sana ngak usah di minta.” teriak Kevin. Pria itu mengangguk, dan meninggalkan kantin bersamaan dengan Kevin.
Kejadian tadi memang tidak menjadi tontonan bagi anak-anak yang lain, karena mereka semua sibuk mengeluarkan uang yang akan di berikan pada seniornya.
“Ta, lo gila yah!” teriak Bram yang duduk di hadapan Atta.
Atta hanya cengengesan sambil meregangkan tubuhnya sesekali.
Tidak berapa lama setelah itu, Ara datang bersama Annes, bergabung dimeja Atta karena meja yang lain sudah tidak ada lagi yang kosong.“Wiiih…. tumben lengket.” Ejek joe.
Bram tersenyum, lalu merangkul Annes dari samping. “Kan udah gue kasih duit.” Joe, dan Atta tertawa keras mendengar ucapan dari Bram.
Ara hanya tersenyum tipis, sedangkan Annes, udahlah, dia kesal banget mendengarnya.
Annes menoyor kepala Bram. “Duit apaan. Lu aja miskin gitu.” ejek Annes.
“Eittss… Biar miskin tapi mobil sama motor mah tetap banyak,” ucap Joe, menyenggol tangan Bram. Bram hanya mengangguk sambil terus tertawa.
“Ya, iyaa-lah. Kan tukang parkir.” Ketus Annes. Seisi meja semua tertawa, baik Ara yang tadi malu kini ikut tertawa, Annes pun begitu. Apa yang lucu? Entahlah, pikiran anak remaja memang ANEH!
Semua makanan dan minuman sudah habis ditelan mulut-mulut kelaparan, semua makanan juga sudah di bayar, kini mereka berjalan bersamaan meninggalkan kantin. Udah kayak satu geng aja!
Atta membiarkan Joe, Bram dan Annes berjalan lebih dulu. Tinggal Ara dan dirinya yang mengekor dari belakang.
“Udah lama kenal Kevin?” Tanya Atta.
“Kenal? Hmm… mungkin.”
“Kenapa mungkin?”
“Ya gue ngak tau, Ta!”
“Eh, lo kok cantik sih hari ini,” tanya Atta yang memfokuskan pandangannya pada wajah Ara.
“Udah, Ta. Gue malu nih.” jawabnya risih. Atta hanya tertawa, kan kembali fokus ke depan. “Eh, Ta. Nanti temanin Gue dong.”
“Kemana?”
“Udah, ikut aja. Lu bawa mobilkan?”
“Ngak… Gue bawa motor. Bundo soalnya mau pakai mobil.”
“Hmm… yudah. Asal jangan ngebut ya.” Atta mengangguk mengerti
***
Pikiran Atta terus melayang, berimajinasi tentang tempat yang indah, mencoba berfikir positif, berfikir jika Ara akan membawanya ke Pantai hanya sekedar melihat matahari tenggelam, atau pergi ke gunung hanya sekedar melihat padatnya jakarta dengan ribuat rumah dan bangunan pencakar langit yang saling menyatu jika dilihat dari jarak yang sangat jauh. Namun pemikiran tentang Pantai dan gunung ditepis oleh Atta, Ia menyadari kalau Ara tidak akan mengajaknya ke pantai atau ke gunung, mungkin ketempat paling indah, yaitu surganya TUHAN!
Anak muda memang memiliki tingkat imajinasi yang tinggi, membuat kita seakan bisa terbang kemana yang kita inginkan, atau kita bisa tenggelam sedalam-delamnya dimana hanya kegelapan yang bisa kita bayangkan.
*****************************
Salam hangat dari gue, Arenatta!
Salam kenal dan salam bahagia.
Selamat sukses dan selamat menikmati apa yang seharusnya di nikmati :)
KAMU SEDANG MEMBACA
ARASANTI
RomanceAtta, murid baru yang semakin heran dengan sekolahnya ini. bukan hanya sekolahnya saja, tapi juga siswanya. salah satunya ara. sikap dingin ara semakin biadap dengan cara menjatuhkan harga diri orang lain. atta semakin tertantang untuk mendapatkan...