"Bosen gak sih begini terus?" celetuk Raline, melihat sekeliling teman temannya yang sedang menikmati makanan di kantin.
"Lo mau kayak gimana emang? Ehh iya, di Jogja lo jeger sekolah ya?" tanya Isyana.
"Jeger itu apa Syan?" tanya balik Pevika dengan wajah polos, menoleh ke temannya. Raisa asik menikmati semangkuk soto.
“Jagoan! Dasar kudet!" sahut Isyana, melanjutkan menyantap somay.
Segerombolan Cups melewati meja mereka, Pevika terdiam melihat Moses dan temannya lewat. Matanya melirik sampai menoleh ke tempat Cups duduk.
"Heh!" Raisa menggebrak meja, membuat Pevika terkaget. Dan tersenyum pada temannya itu.
“Aku perhatiin, ya Pev. Kalau Cups lewat, atau ada gerombolan mereka. Kamu suka banget ngeliatin mereka. Ada yang kamu taksir?" tanya Raisa, perempuan berambut hitam, ikal, dan panjang itu pun menaikkan sebelah alisnya.
"Ya palingan kakak Dingin AP-2" celoteh Raline.
"Yang mana Line? Emang ada?" tanya Isyana.
"Johandy! yang jangkung. Kalau natap orang kayak mau ngebunuh, super duper dingin, diam, ngomong seperlunya. Mungkin ya, selera humor dia gak terlalu receh. Kayak Raisa" jelas Raline, mengutarakan pada Raisa.
"Ada yah lelaki kayak gitu, pastinya kalau lagi nge-Date Sunyi, serasa di hutan" ucap Raisa, seperti ke kanak-kanakan.
"Diam diam Sagne, kan gak ada yang tau ya sistah!" ujar Isyana, beranjak dari posisi duduknya ke berdiri.
Mereka berempat menigggalkan Kantin yang semakin ramai, karena adanya Cups disana. Berpapasan dengan beberapa temannya yang telah mereka kenal, karena LDKS. Dan menuju ke tempat mereka berkumpul, sebuah taman samping sekolah. Yang tidak banyak murid mengetahui, bahkan mungkin bisa saja bolos melewati tempat itu.
Tetapi Pevika ingin pergi ke toilet terlebih dahulu, berpencar dengan ketiga temannya. Perempuan berdarah Bali itu, hanya merapihkan rambut dan mengeluarkan parfum nya. Selesai itu, dia langsung kembali berjalan ke basecamp. Tapi...
"Suttt jangan bilang siapa siapa kalau gue disini"
Mulut Pevika tertutup telapak tangan lelaki yang sangat dia kenal, matanya terbelalak melihat mata lelaki itu yang jarak nya sangat sangat dekat dengannya. Lelaki itu segera melepaskan tutupan telapak tangannya dan mengajak Pevika kesudut lantai 3 yang jarang di lewati siswa. Dengan bangku panjang yang ada, dan angin yang menggelegar dengan rasa sejuk sekali.
“Tadi gue panik. Gak sengaja" ucap lelaki itu, mereka berdua duduk di bangku itu.
Mata Pevika masih menatap Lelaki itu, sedangkan dia mengahadap ke depan. "Dengan pemandangan komplek, aku jatuh cinta mulai dari detik ini sama kamu, Johandy" gumam hatinya.
Lelaki itu menoleh, dengan tatapan sinisnya yang khas. Lamunan Pevika pun menjadi senyuman manis yang terbalas oleh wajah yang datar. Pevika gugup, duduk bersebelahan dengan jarak yang tak jauh. Sepertihalnya sepasang kekasih sedang terlibat masalah. Berdiam bersama kurang lebih 15 menit, hanya menatap komplek rumah. Membuat Pevika bosan, perempuan itu bersenandung lagu-lagu daerah Bali. Johandy kembali menoleh nya.
"Berapa lama di Bali?" tanya Johandy Singkat.
"10 tahun, kenapa?"
"Umur sekarang? 10 tahun?"
"Ohh, 15 Jadi, aku lahir di Sydney. Sampai umur 5 Tahun, pindah ke Bali. Dan sekarang umur 5 tahun di Jakarta" jelasnya.
Kembali ke suasana hening, hanya terdengar teriakan dari siswa yang sedang bercanda. Dengan segala keraguan, Pevika pun memberanikan diri untuk kembali bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LDR (Long Distance Religionship)
RomanceMenyudahi sebuah hubungan tentulah mudah, tapi untuk melupakannya sungguh semua orang akan berkata sulit. Karena sebagian dari mereka memulai nya dengan rasa yang tulus ikhlas, hingga menjadi kisah dalam hidupnya yang bahkan mungkin susah terlupakan...