"Kamu hari ini jangan capek capek dulu, mama tadi sudah bilang sama pihak sekolah" ucap Mama Ina-ortu Raisa.
Anak perempuan itu hanya mengangguk, saat keluar dari jeep hitam punya Om nya. Lelaki tampan, memakai kemeja di padu dengan dasi, tatanan rambut yang rapih, sepatu yang keren, membuat lelaki bernama Akbar menjadi pusat perhatian saat mengantar keponakannya.
"Nanti Om jemput disini ya, kamu tingga chat om aja"ucapnya, sangat cool.
Bu Dini pun kepincut dengan Om Akbar, pipinya memerah saat Om Akbar memberi senyuman pada Bu Dini.
Hampir satu minggu Raisa tidak masuk sekolah, kabarnya. Anak itu pergi keluar negeri, ada yang mengatakan bahwa sekolah Nusantara sudah di bayar dengan keluarga Raisa. Sehingga, Raisa bisa masuk kapan pun dia mau.
Sebagian yang mengetahui kondisi Raisa, beranggapan bahwa perempuan itu sedang menjalani pengobatan keluar negeri.
Pendiam sekali Raisa hari itu, hanya Isyana yang dia ajak bicara. Selebihnya Raisa menanggapi hanya dengan anggukan dan juga senyuman. Isyana pun bingung kenapa Raisa aneh sekali."Lo kenapa deh Sa? Kok kayak orang gagu gitu?" tanya Raline mengerutkan dahinya.
"Iya Sa, biasanya lo itu kan paling receh, paling ceria banget deh. Kok beda sih!" ucap Pevika, mengiyakan.
"Pev, tuh Johan ngeliatin dari jendela!" kata Raisa, matanya mengarah ke jendela.
Pevika menoleh, dan ternyata benar. Lelaki itu sedang mendengarkan pembicaraan yang terjadi di dalam, Raline terkaget dengan sikap Raisa yang seketika benar berubah.
"Sa, kok jadi aneh sih! Merinding gue asli!" celoteh Raline.
"Ohh iya Sa, kemaren Kevin nanyain lo. Kayaknya dia suka sama lo gitu deh!" ucap Isyana, Raisa hanya memperhatikan ke arah Isyana.
"Syan, ati ati deh sama Moses! Kamu juga Line, jangan terlalu tomboy. Tengok dikit, ada yang suka sama lo dan peduli banget!" kata Raisa, teman teman di sampingnya pun terkejut.
"Lo ngomong apa si Sa, kok jadi ngalor ngidul gitu!" elak Raline, dirinya semakin merasa aneh dengan Raisa.
"Ini pasti karena Albert, gue yakin banget! Sama cowo brengsek itu, muka pas-pas an, ternyata jahad!" celetuk Pevika.
"Gaboleh gitu Pev, Johandy menang putih tinggi aja bangga!"
Bel pun berbunyi, mereka kembali ke kelasnya masing masing. Lama kelamaan Raisa masih saja diam. Pevika, mengajak ketiga temannya main kerumahnya. Perempuan Bali itu, membeli beberapa makanan di supermarket sebelum kerumahnya. Senang rasanya, apalagi bulan Oktober ini. Terutama untuk Pevika, dirinya baru saja meresmikan hubungannya dengan Johandy, Raisa sendiri semakin menjauh dengan Albert, Isyana sudah tidak berkomunikasi lagi dengan Moses, sedangkan Raline, hatinya sedang mencintai seseorang. Tetapi, entah siapa yang dia maksud.
"hadeuhh!! cape juga ya" keluh Isyana menyandarkan tubuhnya di sofa rumah Pevika.
"Baru juga sehari, gimana berhari hari" kata Raline, yang berada di sebelahnya.
"Komen aja nih Raline, udah percis kea netijen di Instagram gue!” celoteh Isyana, sedang memainkan Ponselnya.
Tak lama Raisa datang, dengan dinginnya. Perempuan itu menyuruh kedua temannya untuk merapihkan tempat di taman belakang rumah Pevika, mereka membuat acara kecil kecilan di belakang rumah temannya itu.
Raisa termenung kearah kolam ikan. Pevika, Raline, dan Isyana datang membawa beberapa makanan yang telah di masaknya dan air sirup.
"Nah ini kan keren, ehh foto dulu dong" ucap Pevika, mereka berfoto saat makanan telah tertata rapih.
KAMU SEDANG MEMBACA
LDR (Long Distance Religionship)
RomanceMenyudahi sebuah hubungan tentulah mudah, tapi untuk melupakannya sungguh semua orang akan berkata sulit. Karena sebagian dari mereka memulai nya dengan rasa yang tulus ikhlas, hingga menjadi kisah dalam hidupnya yang bahkan mungkin susah terlupakan...