Him | PanWink

854 47 6
                                    

Guanlin baru berusia 17 tahun saat ia pertama kali berkenalan dengan pemuda bermata cantik itu. Pemuda itu dua tahun lebih tua dari Guanlin, teman dari sepupu Guanlin. Saat itu Guanlin sedang berlibur ke rumah pamannya di Seoul, sekaligus mencari-cari info soal universitas karena ia berencana melanjutkan studinya di negeri ginseng tersebut.

Di hari ketiga Guanlin di Seoul, kakak sepupunya —anak dari paman yang Guanlin kunjungi— pulang ke rumah setelah kuliah seharian penuh dengan membawa seorang teman yang menginap selama dua hari. Park Jihoon namanya. Seorang pemuda asal Masan yang tinggal sendiri di Seoul untuk menimba ilmu, ia tinggal di sebuah unit apartemen mewah tapi cukup jauh jaraknya dari kampusnya. Guanlin sudah tau bahwa ia jatuh dalam pesona mata indah itu sejak pertama kali mereka bertukar tatap sambil berjabat tangan saat memperkenalkan diri masing-masing. Dan dengan beralasan terlambat bangun, Guanlin menunda kepulangannya karena ketinggalan pesawat hingga 4 hari, dan selama itu pula ia mengikuti sepupunya ke kampusnya.

Mungkin hari itu adalah hari keberuntungan Guanlin karena ia dapat bertukar id KakaoTalk dengan Jihoon, si manis yang menjadi alasannya betah di Seoul. Diawali bertukar pesan dan sesekali saling menyapa lewat telpon atau video call dengan Jihoon selama setahun terakhirnya di sekolah menengah sebelum akhirnya Guanlin pindah ke Seoul dan melanjutkan studinya di kampus yang sama dengan Jihoon.

Hubungan mereka menjadi semakin intens tiap harinya. Bahkan Guanlin selalu menjemput dan mengantar Jihoon tiap hari, makan siang bersama, dan... saling menjaga.

Guanlin belum genap berusia 19 tahun saat pemuda jangkung itu berbicara soal komitmen dengan Jihoon, dan Jihoon hanya menanggapinya dengan tawa renyah di bibir ranumnya yang membuat semangat kian membara dalam hati Guanlin. Ia sudah berjanji akan memantaskan diri menjadi pria yang baik untuk Jihoon, ia sudah membangun impian untuk menjadi suami yang bertanggungjawab untuk Jihoon, ia sudah berangan-angan akan hari tua yang akan ia lalu bersama Jihoon di sisinya dan anak cucu mereka nantinya. Dan si manis Jihoon tidak pernah menyangkalnya, ia selalu menanggapi dengan sabar pria yang lebih muda seolah ikut memupuk harapan Guanlin menjadi semakin tinggi.

Tapi harapan hanya tinggal harapan saat Guanlin melihat seorang pria hadir di sidang skripsi Jihoon dengan membawa buket bunga besar. Jihoon yang baru keluar dari ruang sidang segera berlari menghambur kedalam pelukan pria itu dan Guanlin menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri saat pria itu memberikan kecupan-kecupan ringan pada wajah memerah Jihoon yang tertawa bahagia.

Teman-teman Jihoon bilang itu kekasih Jihoon. Seorang anak pemilik perusahaan besar yang lebih tua 3 tahun dari Jihoon. Guanlin masih mengingat bagaimana teman-teman Jihoon yang ikut menonton sidang skripsi Jihoon membicarakan betapa serasinya pasangan itu.

Harapan Guanlin runtuh tak bersisa.







"Lin..."

Sebuah suara diiringi sikutan di pinggang Guanlin rasakan. Ia menoleh pada Woojin —sepupunya— yang baru saja memanggilnya.

"Ada apa hyung?" Tanya Guanlin cukup nyaring agar dapat terdengar oleh Woojin.

Woojin bergerak tidak nyaman di tempat duduknya, matanya menyapu keadaan sekitar seraya meringis pelan.

"Ayo pulang, kita tidak cocok untuk tempat seperti ini." Lirih Woojin mencoba membujuk sepupunya yang keras kepala.

Pandangan Guanlin beralih ke depan sebelum tangannya meraih gelas kaca kecil di atas meja dan menyesap isinya. Guanlin meringis pelan merasakan pahit di tenggorokannya saat cairan beralkohol itu melewati tenggorokannya.

"Hyung, kalau kau mau pulang, pulang saja." Ujar Guanlin santai tidak mempedulikan Woojin yang duduk gelisah seperti orang yang menahan kencing.

"Aku bisa dimarahi ayah kalau membiarkan kau berkeliaran semalam ini sendirian." Rengek Woojin masih mencoba membujuk Guanlin.

All About Jihoonie's oneshoot | All-winkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang