Ambiguously

797 60 16
                                    

Creak... Blam!

"Aku pulang..."

Suara itu terdengar lelah dari kejauhan, membuat Jihoon yang berada di dapur segera beranjak dari tempatnya menuju ruang tengah di mana Daniel yang Tengah duduk di sofa berada.

"Welcome home, Niel." Dengan nada yang mania Jihoon menyambut kekasihnya yang sudah 6 tahun lamanya menjalin kasih bersama.

Usia mereka baru menginjak 20 Tahun pada Tahun ini, namun sepasang kekasih itu sudah mengambil langkah yang serius dalam hubungan mereka. Terbukti dari keduanya yang mulai tinggal bertama sesak lulus SMA dan memutuskan untuk masuk universitas yang sama, kendati keluarga Jihoon semuanya telah pinda ke Tokyo. Apa lagi yang diharapkan keduanya selain pernikahan setelah semua pengorbanan itu?

Daniel membuka kedua matanya yang semula terpejam, mendapati wajah manis Jihoon yang tersenyum hangat sambil berdiri di depannya. Tangan Daniel meraih sebelah tangan Jihoon yang menggantung di samping tubuhnya, membuat tubuh kecil itu terjatuh dengan mudahnya di atas pangkuannya yang kokoh.

"Ji, kemari lah." Suara rendah Daniel berbisik lembut tepat di samping telinga Jihoon ketika kedua tangan beruratnya merengkuh tubuh Jihoon ke dalam pelukannya.

Jihoon terkekeh kecil, menempatkan tanggan di atas kedua tengan Daniel yang berada di perutnya, membelai lembut tangan besar yang terasa hangat tersebut. Tiba-tiba Jihoon merasa jantungnya penuh dengan rasa cinta yang menyeruak untuk pria yang Tengah memangkunya.

Jihoon mencintai Daniel. Sangat.

Ia selalu mensyukuri tiap detik kebersamaan mereka. Jihoon ingat, teman-temannya selalu menceramahinya saat SMP karena ia yang tidak perdah berhenti mengikuti Daniel. Bahkan Jihoon sampai ikut ekskul dance karena ada Daniel di sana. Jihoon Belajar mati-matin agar dapat masuk kelas unggulan, kelas di mana Daniel berada. Jihoon yang menangis hebat di acara kelulusan SMPnya karena barus terpisah dengan Daniel, Sedang hubungan mereka baru berjalan beberapa bulan. Si bodoh Jihoon tak dapat berhenti menyalahkan dirinya sendiri karena tidak dapat masuk ke SMA yang sama seperti Daniel.

Namun Jihoon tidak menyangka, justru masa SMAnya menjadi masa terindah di sepanjang kisah cintanya dengan Daniel. Jihoon ingat hari-kari di mana Daniel tertinggal kereta terakhir menuju rumahnya karena berkencan dengan Jihoon sampai lupa waktu. Atau ketika Jihoon tidak dapat menahan rindunya dan muncul di apartemen Daniel di pagi hari saat Daniel kendiri bahkan belum bungun dari tidurnya yang lelap. Ah.. Daniel memang tukang tidur yang sangat susah untuk dibangunkan.

"Niel, kenapa pulangnya larut sekali?" Tanya Jihoon lembut. Kali ini tangannya mengusap sure Daniel yang menumpukan kepalanya di bahu Jihoon.

"Hm... Aku lembur. Kau tau, kafe selalu ramai di malam minggu kan."

Jihoon menghela nafas pelan mengiyakan, sekaligus mengasihani nasib pacarnya yang harus lembur dan menyebabkan waktu istirahatnya berkurang.

"Sekarang istirahatlah. Kau pasti lelah."

Daniel mengeratkan pelukannya di perut Jihoon, mencium lembut leher Jihoon yang jenjang. Ia mendengung menanggapi perkataan Jihoon.

"Niel~ istirahat sekarang." Ulang Jihoon dengan nada yang lebih tegas.

"Ssstt... aku sedang beristirahat di tempat ternyamanku."

Sial! Bagaimana bisa Daniel mengatakan hal superti itu dengan mata terpejam? Apa dia tidak tau apa akibat perkataannya terhadap jantung Jihoon yang vampyr melompat keluar dari rongganya?

Si bodoh Jihoon yang tersipu malu hanya bisa terdiam di tempatnya. Tangannya yang semula terhenti kembali melanjutkan tugasnya mengusap surai lembut mataharinya.

All About Jihoonie's oneshoot | All-winkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang