That Boy | KingWink

855 54 2
                                    

Krek krek

Jaehwan menghentikan petikan di gitarnya, lehernya memanjang melongokkan kepalanya dari balik tembok pembatas antara anak tangga dan koridor asrama di lantai 2. Terlihat siluet seorang lelaki tengah berjalan sembari menenteng sepatunya dengan langkah mengendap-endap.

Jaehwan menghela nafasnya, meletakkan gitar kesayangannya di samping, lalu berjongkok dan mengintip dari balik tembok itu.

Pria di lorong itu tampak menengok ke kanan kiri, berjalan berjinjit untuk mengurangi suara derap langkahnya. Dirinya berhenti di depan sebuah jendela besar yang mengarah ke pagar belakang asrama. Ia lantas memakai sepatunya hati-hati, sekali lagi menengok ke kanan dan kiri sebelum membuka jendela sepelan mungkin agar tidak menimbulkan bunyi berisik yang dapat terdengar hingga ke pos pengawas asrama. Pria bertubuh mungil itu hilang di balik jendela setelah melompatinya.

Setelah merasa bahwa pria itu telah pergi, Jaehwan menegakkan tubuhnya. Mata sipit itu melirik jam di dinding. Pukul 9 malam, sudah lewat 2 jam dari batas jam malam asrama. Ia menghela nafas sekali lagi dan kembali duduk di anak tangga sambil memangku gitarnya untuk dimainkan mengiringi alunan lirik yang dinyanyikannya.

Tuk!

"Yak! Berisik! Kembali lah ke kamarmu!"

Jaehwan meringis sembari mengelus kepalanya yang nyeri sehabis dipukul dengan gulungan koran tebal. Ia menoleh dan mendapati pengawas asrama tengah memandangnya tajam sambil berkacak pinggang.

"Aish! Iya iya, dasar pak tua." Gerutu Jaehwan.

"Hey, apa kau bilang?!"

"Ampun ampun.... baiklah aku ke kamar dulu, ssaem."

Dengan langkah seribu Jaehwan segera berlari menjauhi pengawas asrama sekaligus guru sejarahnya yang sudah siap hendak memukul kepalanya lagi. Larinya berubah menjadi jalan sambil menenteng gitarnya setelah sampai di anak tangga terakhir lantai 3 tempat kamar khusus untuk siswa kelas akhir di sekolah Produce.

Saat tiba di kamarnya, bukannya tidur, Jaehwan malah berbaring seraya memikirkan lelaki tadi yang melompat keluar lewat jendela melanggar jam malam asrama.

Lelaki mungil itu, Park Jihoon, juniornya di sekolah, berada di tingkat dua dan tidak mencolok sama sekali di sekolah. Seingat Jaehwan ia belum pernah melihat Jihoon di lingkungan sekolah sampai saat kejadian malam itu, Jaehwan entah kenapa ingin bermain gitar menyendiri duduk di anak tangga penghubung antara lantai 2 dan lantai 3. Tepat jam 9 malam Jaehwan dikejutkan oleh seorang lelaki bermata cantik yang mengendap-endap keluar melalui jendela. Sejak saat itu Jaehwan selalu duduk di tangga itu setiap malamnya untuk melihat juniornya itu dari balik tembok.

Raut lelaki itu lucu sekali saat sedang mengendap-endap. Ia akan menggigit bibirnya yang merah, matanya yang berkilauan bak menyimpan galaksi di dalamnya bergerak ke kanan kiri dengan lucu, kakinya yang menjijit saat berjalan membuatnya terlihat seperti seekor kelinci yang tengah mengendap menghampiri makanan di rerumputan.

Jaehwan baru mengetahui identitas lelaki itu setelah satu minggu dengan tidak tau malunya berjalan di koridor sekolah lantai 2 tempat kelas khusus untuk siswa tingkat 2. Untung saja ternyata Bae Jinyoung yang dikenalnya di ekskul vokal ternyata satu kelas dengan Park Jihoon, sehingga ia dapat berpura-pura menghampiri Jinyoung untuk melihat Jihoon di lingkungan sekolah.

Tapi untuk apa pria itu keluar setiap malam?

***

Keesokan harinya, Jaehwan sudah duduk di anak tangga biasa dengan gitarnya sejak jam 7 malam. Lagi, tepat pukul 9, pintu kamar nomor 3 dari jendela di sudut lain koridor terbuka menampilkan sosok Jihoon dengan jaket denimnya. Masih seperti sebelum-sebelumnya, Jihoon menenteng sepatu converse hitamnya sampai di depan jendela.

Jihoon sedang memakai sepatunya saat Jaehwan menyadari dirinya yang tahu-tahu sudah berada 3 langkah di belakang Jihoon.

"Hey, kenapa kau selalu mengendap-endap keluar setiap malam?"

Mungkin Jaehwan lebih terkejut dari sosok Jihoon sendiri mendapati dirinya yang dengan lancang bertanya.

Lelaki mungil itu berbalik ke arah Jaehwan. Mata berkilauannya membelalak lucu. Ia menoleh ke kanan ke kiri dulu memastikan apakah ada orang lain disana selain mereka sebelum mengalihkan pandangannya untuk menatap Jaehwan tajam.

"Tetaplah diam dan duduk di tangga itu seperti sebelum-sebelumnya, dan jangan menggangguku."

Ketus sekali.

Berbanding terbalik dengan wajah manisnya, ternyata mulut Jihoon tajam sekali. Setelah berujar dengan nada tidak bersahabat, ia melompat dari jendela, meninggalkan sosok Jaehwan disana.

***

Jaehwan rasa ia tidak pernah melewatkan satu hari pun duduk di tangga seperti biasa dari pukul 7 malam sampai pukul 10 malam. Tapi sosok Jihoon tidak pernah terlihat lagi sejak malam itu. Pun saat Jaehwan berakting menghampiri Jinyoung di kelasnya saat jam istirahat, sosok Jihoon tidak terlihat di kelasnya dan hanya ada tas orangenya. Padahal Jihoon selalu berada di kelas memakan bekalnya saat Jaehwan berkunjung sebelumnya.

Sudah seminggu, dan Jaehwan semakin khawatir.

Apa anak itu berhenti dari sekolah?

Apa dia sakit dan pulang ke rumah?

Apa Jaehwan lalai hingga tidak menemukannya?

Ceklek

Suara kenop pintu yang dibuka pelan berbunyi.

Suara ini, Jaehwan mengenalnya!

Buru-buru Jaehwan berjongkok dari balik tembok pembatas tangga untuk mengintip koridor lantai 2 asrama.

Itu Jihoon! Disana terdapat Jihoon yang mengendap-endap seperti biasa.

Huft~ syukurlah...

Jaehwan mengelus dadanya lega, bibirnya mengulas sebuah senyuman hingga pipi bulatnya terangkat. Tidak lepas matanya memperhatikan sosok Jihoon di ujung sana yang sedang memakai sepatunya.

Dan lagi-lagi Jaehwan dikagetkan dengan reaksi tubuhnya sendiri yang tiba-tiba berlari menghampiri sosok Jihoon yang nampak terkejut melihat Jaehwan berlari ke arahnya.

"Tunggu!"

Suara Jaehwan yang cukup nyaring membuat Jihoon membulatkan matanya panik sembari menatap sekitar koridor.

Langkah Jaehwan terhenti 3 langkah dari Jihoon. Ia mengambil nafasnya setelah berlari saat suara derap langkah lain dari arah tangga terdengar.

Oh astaga! Apa itu pengawas asrama?

"Hey, kemari."

Kulit Jihoon terasa lembut sekali di telapak tangan Jaehwan yang kini meraih tangan itu dan menariknya untuk bersembunyi di balik rak sepatu. Jantung Jaehwan berdegub kencang mendapati dirinya berhimpitan dengan sosok Jihoon yang ternyata terlihat semakin manis dari jarak sedekat ini.

Tak lama sosok pengawas terlihat berdiri di koridor, mengedarkan pandangannya dengan tangan yang mengacak pinggang. Cukup lama ia memperhatikan sekitar sebelum akhirnya kembali merajut langkah pergi dari sana.

Rasanya malam ini Jaehwan sering sekali dibuat terkejut dan menghela nafas lega, karena kini ia mengelus dadanya seraya bernafas lega menyadari dirinya dan Jihoon telah aman dari sosok pengawas kejam itu.

"Terimakasih."

Halus, lembut, merdu, suara itu menggelitik indera pendengaran Jaehwan hingga ia mengalihkan fokusnya pada sosok Jihoon yang masih saling menempelkan dada dengan rapat dengannya. Ia, Jihoon, juniornya itu tersenyum begitu cantik ke arah Jaehwan yang kini membeku di tempatnya.

Cup!

"Selamat malam."

Jaehwan tidak sempat bereaksi saat tiba-tiba Jihoon mengecup pipi kirinya kemudian menghilang dari balik jendela.

Ah, perasaan ini... kenapa jantung Jaehwan detaknya cepat sekali?

END

© Lady F
2019-04-10

All About Jihoonie's oneshoot | All-winkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang