BAB LIMA

31K 1.8K 19
                                    

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

---

Azzam terkenal dengan kepiawaiannya dalam mengurus masalah besar. Beberapa masalah yang pernah dialami oleh perusahaannya dapat dengan mudah ia selesaikan.

Korupsi adalah salah satu masalah kecil bagi Azzam. Azzam memiliki banyak teman yang berprofesi sebagai pengacara. Tidak heran jika mereka dengan semangat membantu masalah Azzam kali ini. Selain karena Azzam yang teman baik mereka, juga karena bayaran yang fantastis mereka akan dapatkan. Azzam tidak pernah tanggung-tanggung mengenai perusahaannya.

Masalah korupsi yang terjadi pada kantor cabang di Ukraina tinggal sedikit lagi. Azzam sudah meminta sahabatnya untuk mengurusi masalah tersebut. Tinggal menunggu waktu beberapa hari, maka pelaku tindak korupsi itu akan dijatuhkan hukuman. Karena dari bukti yang ada dan cukup untuk menjebloskannya ke penjara.

Azzam menyesap teh hangat yang baru saja disajikan oleh pramusaji. Mata tajamnya menatap lurus pintu kaca yang menampakkan jalan Ukraina malam itu.

"Dari bukti yang ada, kita bisa langsung menjebloskannya ke penjara. Aku yakin, pengadilan pun akan berpihak pada kita." Krishna, sahabat sekaligus pengacara Azzam menjelaskan. Matanya menatap kertas yang ia pegang. Kertas berisi bukti-bukti atas tindak korupsi yang dilakukan oleh pegawai kliennya.

"Atur bagaimana baiknya. Aku mau perusahaanku kembali seperti semula." Jawab Azzam dengan tatapan tajam yang menusuk langsung pada mata coklat Krishna.

"Mudah bagiku, Zam. Kamu hanya perlu duduk tenang dan tunggu hasil." Krishna tersenyum seraya menepuk dadanya dengan bangga.

Dan Azzam akui, Krishna tidak pernah ingkar dengan kata-katanya. Azzam tidak perlu menjawab dan menyangkal, maka Krishna akan membuktikan hasil kerjanya.

Ponsel yang tergeletak di atas meja berdering. Nama Adam tertera di sana. Tanpa berpikir panjang, lelaki itu mengambilnya dan menggeser tombol hijau yang langsung disambut oleh suara Adam dengan sopan.

Krishna merasakan aura berbeda saat beberapa detik setelah Azzam menerima telepon dari seseorang. Tatapan tajam yang dimiliki olehnya seakan bertambah tajam bak pisau belati yang mampu menguliti setiap orang yang tak sengaja menatapnya. Bibirnya membentuk garis lurus. Tidak mengatakan kata apa pun namun berhasil mampu membuat Krishna menerka bahwa ada sesuatu yang membuat Azzam seperti ini.

"Siapkan pesawat. Besok saya kembali ke Indonesia."

Hanya kata itu dan tanpa menunggu jawaban lagi, Azzam langsung memutuskan sambungan teleponnya sepihak.

"Ada apa?" Krishna bertanya.

"Tidak. Aku harus ke Indonesia besok pagi. Ada sesuatu yang harus ku selesaikan."

Krishna tidak menjawab. Lelaki itu hanya tersenyum maklum seakan tahu apa yang terjadi di Indonesia sana. Pasti ada sangkut pautnya dengan seseorang yang amat begitu dibencinya.

***

Maira menundukan kepalanya. Ummi dengan setia mengusap pundaknya dan Abah dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya.

Ketiga orang di hadapan mereka pun sama. Seorang lelaki yang menunduk sesekali mencuri pandang pada gadis berkhimar navy yang sedang menundukkan kepalanya. Sesekali lelaki itu menjawab pertanyaan Abah. Atau ikut tertawa ketika Abah dan Abinya melemparkan lelucon.

Seorang wanita yang usianya tidak jauh berbeda dari Ummi, terlihat tersenyum bahagia. Matanya tak lepas menatap Maira.

Ah, anak itu, cantik sekali. Batinnya tak henti memuji Maira.

Assalamu'alaikum Kekasih HalalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang