BAB SATU

54K 2.7K 35
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ 

---

Hujan mengguyur Ibukota dengan begitu derasnya. Dinginnya seakan bertambah pekat seakan mampu menusuk hingga ke tulang setiap insan di atas bumi Allah ini.

Gadis berkhimar hitam itu termenung menatap rintik-rintik hujan yang mengguyur tanah yang beberapa hari ini tandus. Dalam hati, ia bersyukur karena Allah masih begitu baik, memberikan nikmat yang amat begitu besar bagi kehidupan hamba-hambaNya.

Di saat banyak manusia yang membuang-buang air dengan sia-sia, justru Allah menggantinya dengan tetesan yang tiada tara.

"Allahumma shoyyiban naafi'aan." Bibirnya bergerak. Mengucapkan do'a kala hujan turun. Doa yang diajarkan oleh Ibu dan Ayahnya ketika dirinya masih duduk di kelas satu SD.

Ia tersenyum. Mengingat bagaimana indahnya dulu waktu jaman masih kecil. Jaman dimana dirinya belum mengenal dengan yang namanya takdir, Jaman dimana saat hujan seperti ini, ia dan kedua orangtuanya bershowalat dengan tubuh mungilnya yang berada di dalam dekapan Ayah saat itu.

Tiap tetesnya seakan tak luput dari pandangan. Setiap tetesnya menghantarkan kenangan. Kenangan manis yang amat ia rindukan. Ia menyukai hujan, karena hujan adalah saksi bisu dimana kenangan-kenangan indah yang dulu pernah dialaminya terputar. Namun hujan juga yang akhirnya membuat rindu itu membuncah namun tidak mendapat titik terang untuk bertemu.

Oh Allah, mengapa seperti itu? Mengapa rindu selalu hadir bersamaan dengan Rahmat-Mu yang paling besar itu.

Almaira Putri Maryam. Gadis yang kerap disapa Maira itu tersenyum dengan bibir merah meronanya. Wajah yang putih berseri dengan pipi kemerah-merahan. Matanya bulat dengan bulu mata yang lentik. Belum lagi alis rambutnya yang hitam nan tebal seakan menambah kesan sempurna pada wajahnya.

Dengan mata bulatnya, gadis berkhimar lebar itu menyapukan pandangannya. Suasana cafe siang ini cukup ramai. Beberapa orang berjas dan berdasi terlihat sibuk membicarakan sesuatu yang mungkin berpengaruh dengan perusahaan yang mereka pegang. Atau ada segerombolan muda-mudi yang asik berbincang ringan sesekali tertawa dengan lelucon yang dilontarkan oleh salah satu temannya. Bahkan di luar cafe, terlihat beberapa pengendara beroda dua sedang meneduh. Melindungi tubuhnya supaya tidak terguyur oleh rintik-rintik hujan yang mengguyur semakin deras.

Tak jauh dari tempat di mana  Maira duduk, ada sepasang muda-mudi dengan tangan saling menggenggam. Menatap mata satu sama lain, seakan tatapannya cukup untuk membuktikan rasa cinta keduanya. Sesekali anak perempuan dengan rambut ombre itu tersipu malu tatkala sang kekasih melemparkan gombalannya.

Maira tersenyum tipis melihatnya. Hal seperti itu seakan menjadi hal yang lumrah. Di mana mereka yang tidak memiliki hubungan halal, rela menjual cintanya pada ikatan yang tidak Allah ridhoi.

Pintu kaca cafe terbuka dan tertutup silih berganti. Pengunjung yang sudah merasa bosan, memutuskan untuk pulang berganti dengan pengunjung baru yang datang untuk sekedar mengopi atau minum teh hangat yang cocok untuk menghangatkan tubuh dikala dingin siang itu.

Almira masih enggan meninggalkan tempatnya. Selain karena di luar masih hujan deras dan dirinya masih menikmati setiap tetes hujan lewat dinding kaca, juga karena dirinya menunggu seseorang yang akan menjemputnya.

Matanya kembali menyapu keseluruh penjuru ruangan. Setiap pengunjung tak luput dari pandangannya. Hingga matanya jatuh tepat pada seorang lelaki yang entah sengaja atau tidak sengaja menatapnya.

***

Mata abu itu menatap kosong pada dinding kaca ruangan pribadinya yang menampakkan view kota Jakarta. Dari lantai dua puluh dimana ruangan pada pendiri perusahaan berada, kota Jakarta terlihat begitu kecil. Mobil-mobil yang berjejer dijalan. Pengendara motor yang berusaha untuk menyalip, polisi yang berusaha mengatur lalu lintas agar tidak terlalu padat dan rumah-rumah penduduk, gedung-gedung yang tak kalah lebih tinggi dari perusahaannya terlihat dari atas tempatnya berdiri.

Assalamu'alaikum Kekasih HalalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang