Mohon maaf untuk kesalahan pengetikan. Karena aku gak cek ulang dan memang kondisi badan yang Alhamdulillah lagi dicabut nikmat sehatnya sama Allah.
Hepi riding!!
**
Suasana malam semakin mendingin. Hujan sebentar lagi akan turun. Suara gemuruh petir sudah mulai terdengar. Maira menatap lekat bangunan yang ada di hadapannya. Bangunan besar yang mampu menampung beribu-ribu jamaah.
Masjid Istiqlal.
Masjid yang sedari kecil ayah dan ibunya ceritakan. Masjid yang selalu kedua orangtuanya banggakan. Masjid yang menjadi impian keluarga kecilnya untuk bisa melaksanakan sholat bersama di dalamnya.
Dari dalam masjid terdengar suara seorang lelaki yang sedang mengaji. Suaranya sangat indah, saking indahnya membuat Maira begitu terpana dan merasakan debaran kencang pada jantungnya.
Belum pernah gadis itu mendengar lantunan ayat suci Al-Quran seindah ini, selain lantunan yang sering ayahnya bacakan saat dirinya hendak tidur waktu kecil dulu. Suaranya sangat jernih. Sejernih air yang mengalir dari pegunungan. Seperti sebuah radio yang memutarkan murottal yang dibacakan oleh Sheikh favoritnya. Imam besar Masjidil Haram, Sheikh Mishari Rashid Alafasy.
Bacaannya sangat menyentuh ke hati yang paling dalam. Mampu menggetarkan setiap hati. Mampu menembus kerasnya dinding yang meliputi sebagian hati dan mampu meruntuhkan kerasnya hati.
Rintik-rintik hujan mulai berjatuhan. Maira menengadahkan wajahnya pada langit yang bertambah hitam. Gelapnya malam seakan bertambah ketika awan hitam mendominasi langit. Bulan kalah, bintang pun enggan memunculkan dirinya. Seakan takut pada awan hitam yang sudah tak sanggup menahan bebannya.
Semakin deras, Maira berlari masuk ke dalam masjid. Mata gadis itu langsung terjatuh pada punggung lelaki berbaju koko putih dengan peci hitam yang menutupi rambutnya. Lelaki itu menunduk, suara lantunan ayat suci Al-Quran semakin terdengar. Gadis itu yakin bahwa lelaki itulah pemilik suara indah ini.
Saking asyiknya memandang punggung lebar milik lelaki itu, Maira tidak sadar jika lelaki itu menghentikan bacaannya. Menoleh dengan perlahan ketika merasakan ada seseorang yang masuk kedalam masjid selain dirinya.
Dan mata serta bibir gadis itu membulat sempurna ketika menyadari wajah tampan si pemilik suara indah itu.
"Assalamu'alaikum, Maira."
Maira benar-benar tertegun. Benarkah lelaki yang duduk di mimbar sana adalah lelaki yang beberapa hari lalu mendatangi rumahnya dan berniat melamarnya?
Bagaimana bisa ia melantunkan ayat suci Al-Quran dengan nada yang mengalun begitu indah dan mampu memanjakan telinganya? Bukankah beberapa hari lalu saat Abah meminta dirinya untuk sholat berjamaah dan menjadi imam, tetapi lelaki itu justru menggeleng dengan kaku. Keringat dingin muncul tiba-tiba diwajah tampannya. Wajahnya pucat seketika. Tak lama, ia pamit dengan alasan masih ada urusan yang harus lelaki itu selesaikan.
"Maira!"
Maira masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Wajah dingin yang biasa tampak pada wajahnya seakan menghilang berganti dengan wajah teduh karena terbasuh oleh air wudhu. Suara datar yang ia dengar beberapa hari lalu, seakan berubah menjadi suara lembut selembut sutera.
"Azzam?"
"Maira!"
Maira masih menatap wajah itu dengan tak percaya.
"Mai!"
"Maira!"
Maira merasakan guncangan hebat pada tubuhnya. Suara lembut yang menyapanya berganti menjadi suara lembut yang setiap pagi ia dengar. Suara Ummi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamu'alaikum Kekasih Halalku
General FictionIni kisah seorang manusia yang terbelenggu masa lalu. Tentang seorang lelaki yang memendam dendam, membenci takdir yang berlaku tak adil, juga membenci Tuhan yang tak pernah berpihak padanya. Kebahagiaan yang menghilang seiring dengan masa lalu yang...